_Tak pernah kutemukan cinta tanpa hadirmu_
Gavariel Mahendra
"Mahen!!" ujar Naya dengan panik lalu berenang menghampiri Mahen yang sedang berusaha mengepak-epakkan tangannya agar tidak tenggelam
Naya berusaha menarik Mahen untuk menuju ke tepi danau, Mahen terlihat sudah tak sadarkan diri. Naya khawatir bahkan ia sangat panik sekarang, segala cara Naya lakukan agar Mahen siuman sampai ia memberikan Mahen nafas buatan namun Mahen tetap tak sadarkan diri
Naya hanya bisa menangis dan memeluk tubuh Mahen, sambil memukul-mukul dada Mahen dan akhirnya Mahen pun menyemburkan air dari mulutnya sampai akhirnya ia tersadar
"Huaaa mas pacar!!" tangis Naya semakin pecah kala melihat Mahen tersadar, ia sungguh bersyukur melihat Mahen yang sudah sadar dan Naya pun memeluk tubuh Mahen dengan sangat erat. Sungguh Naya tidak sanggup jika harus kehilangan Mahen
"Maafin aku, karna udah maksain kamu buat naik sampan, maafin aku karna gara-gara aku kamu jadi kaya gini, maafin aku__" ujar Naya sambil terus menangis dan memeluk tubuh Mahen
"Kamu tau! aku tadi hampir kehilangan akal waktu kamu nggak bangun-bangun, aku pikir aku bakal kehilangan kamu. Aku nggak sanggup kalo harus kehilangan kamu," sambung Naya terus menerus sampai Mahen tak dapat berbicara
Mahen tau jika Naya sangat khawatir dengan dirinya, Mahen pun hanya diam sambil mendekap tubuh mungil Naya memejamkan matanya menetralisir nafasnya yang masih terasa sesak sambil terus mendengarkan tiap kata yang Naya lontarkan
Setelah dirasa dirinya sudah membaik Mahen pun merenggangkan pelukannya pada Naya dan memegang kedua bahu Naya sambil menatap manik mata Naya"kamu lihat kan sekarang aku udah nggak papa?" tanya Mahen yang langsung mendapatkan anggukan dari Naya
"Kalo gitu jangan nangis lagi," sambung Mahen sambil menghapus air mata Naya"kamu nggak usah khawatir, karna aku janji nggak akan pernah pergi ninggalin kamu," ujar Mahen yang terlihat tulus
Mahen sendiri tidak tau dengan perasaannya sekarang, yang ia tau sekarang adalah perasaannya yang ikut sakit jika melihat Naya menangis dan dia juga ikut bahagia jika melihat Naya tersenyum namun ia tidak mudah mengekpresikan perasaannya kepada Naya
Sungguh Mahen mengatakan itu kepada Naya? Apa ini mimpi? Mahen berjanji untuk tidak meninggalkan Naya! Apa ini fatamorgana atau jika memang mimpi rasanya Naya tidak ingin bangun sekarang
"Kamu janji nggak bakal ninggalin aku?" tanya Naya sambil menatap lekat manik mata Mahen, Mahen pun hanya mengangguk sambil tersenyum kepada Naya senyuman tulus yang dapat perasaan Naya menjadi nyaman sekarang
"Kalo kamu ingkarin janji kamu gimana?"
"Kamu boleh jitak kepala aku!" ujar Mahen sambil tersenyum dan berhasil membuat Naya tertawa
"Aku nggak bakal jitak kepala kamu, karna aku percaya kalo kamu bakal tepatin janji kamu," balas Naya sambil kembali memeluk tubuh Mahen
"Lagian, kenapa kamu nggak bilang ke aku kalo kamu nggak bisa berenang!" ujar Naya karna dirinya masih merasa bersalah
"Dulu aku bisa berenang kok!"
"Dulu?" balas Naya sambil mengerutkan keningnya karna bingung dengan ucapan Mahen
"Iya dulu saat aku kecil, aku bisa berenang tapi karna kejadian papa aku meninggal aku jadi nggak pernah berenang lagi!" ucap Mahen sambil menatap lurus kearah danau dan tangan yang ia satukan untuk menyangga lututnya
"Emang apa hubungannya?"
"Waktu itu aku egois banget nay, aku minta mainan di pinggir pantai padahal ombaknya lagi gede banget, padahal waktu itu papa juga udah larang aku tapi aku maksa dan papa nurutin aku, dan dengan bodohnya aku jalan ke arah laut dan berenang disana__" ujar Mahen menjelaskan lalu menundukkan kepalanya seakan tak mampu untuk meneruskan ceritanya
"Terus tiba-tiba kaki aku kram, papa bantuin aku sampai akhirnya papa yang kebawa ombak dan di temukan sudah meninggal. Ini semua salah aku Nay aku egois, aku anak pembawa sial, aku nyesel banget Nay dan rasa penyesalan itu yang selama ini menghantui hidup aku, setiap hari aku merasa bersalah sama papa__" sambung Mahen namun ia sudah menitikkan air matanya dan tak sanggup untuk melanjutkan ucapannya
Dengan cepat Naya memeluk tubuh Mahen, Naya tidak tau ternyata laki-laki yang ia cintai memendam lukanya sendiri, hidup dengan dihantui rasa bersalah itu sungguh tidak akan bisa membuat si empunya merasa bahagia dan Naya tau itu
"Ini semua bukan salah kamu! Kamu tau takdir kan? Ya, ini semua takdir. Nggak akan ada yang bisa melawan takdir Mahen, sekalipun ada mesin waktu yang bisa balikin kamu ke masa lalu tetap aja kalo tuhan udah ngasih jalan seperti itu ke kamu, kamu nggak bakal bisa mengubahnya," tutur Naya berusaha menenangkan Mahen
"Hidup atau meninggal nya seseorang itu udah diatur, jadi! kalo kamu nyalahin diri sendiri terus kaya gini kamu nggak bakal bisa jalani hari kamu kedepannya dengan kebahagiaan. Kamu harus ikhlas in semuanya tunjukin ke dunia kalo kamu kuat dan tunjukin ke papa kamu kalo kamu bisa jadi anak laki-laki yang kuat dan kamu juga harus percaya kalo diatas sana, papa kamu selalu liatin kamu, dia tersenyum kalo liat kamu senyum dan dia ikut sedih kalo liat kamu nangis," beber Naya panjang lebar agar Mahen bisa menerima takdir yang sudah tertuliskan untuknya
Hati Mahen menjadi lebih tenang, benar kata Naya jika dirinya menangis seperti ini pasti papanya menganggap nya cengeng dan papa nggak suka kalau anak laki-laki nya cengeng seperti saat kecil dulu saat Mahen yang dijaili oleh abangnya dan menangis mengadu ke papanya
"Huaa Papa Abang Dimas jahat, dia jailin aku terus,"
"Udah ya jangan nangis lagi, papa nggak suka anak laki-laki papa harus kuat nggak boleh cengeng ok! Biar nanti bang Dimas papa yang marahin."
***
Saat mereka sampai di tempat camp, Arin dan Rendi pun langsung berlari kearah Mahen dan Naya, mereka khawatir kepada dua makhluk yang mereka sebut itu sahabat. Karna sudah cukup lama Mereka menunggu Mahen dan Naya yang tak kunjung pulang ke camp dan sekarang mereka sudah lega karna keduanya pulang dengan selamat
"Lo kemana aja sih, di hutan kaya gini kok masih mikirin buat mojok ya!" cecar Rendi yang langsung mendapatkan jitakan dari Naya
"Enak aja loh mojok, lo nggak tau aja tadi Mahen hampir__" ucap Naya terpotong karna Mahen memberikan kode dengan mengedipkan matanya agar Naya tidak menceritakan kejadian yang tadi
Dan Naya pun mengangguk mengerti sedangkan kedua makhluk kepo ini sudah menunggu kelanjutan cerita dari Naya
"Woy kalo cerita jangan setengah-setengah Napa bikin kepo aja!" sentak Arin yang sudah berada dalam level kepo tertinggi
"Iya maksud gue, Mahen hampir....tumpah bawa airnya jadi kita hati-hati banget bawa airnya," ujar Naya berbohong dan langsung mendapatkan cubitan di lengannya dan siapa lagi kalo bukan Arin yang sudah kesal dengan jawaban Naya
"Jangan sakitin calon istri gue bg!" tegas Mahen mengingat kan Arin dan langsung mendapatkan tatapan tak percaya dari kedua mempelai eee maksud nya kedua sahabatnya
Arin, Rendi dan Naya pun membuka mulutnya tak percaya dengan ucapan Mahen. Sedangkan Mahen memutar bola matanya malas dan akhirnya memilih meninggalkan mereka yang masih berdiri mematung
Hai kalian apa kabar? Gimana ceritanya, seru? Kalo suka jangan lupa rekomendasi in ceritanya ya di akun sosial media kalian atau ke temen, sanak, saudara, kerabat mama, papa, nenek, kakek dan semuanya jangan lupa tekan⭐karna satu bintang kalian sangat berarti
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [MARK LEE] End
Novela JuvenilGavariel Mahendra cowok kulkas yang memiliki penyesalan dalam hidupnya dan dia memiliki penyakit kangker otak stadium akhir dan dia juga di benci oleh keluarganya, lengkap sudah penderitaan dalam hidupnya dia sangat dingin sampai tak pernah ada wani...