regret 25

82 6 0
                                    

_disetiap kata pertemuan pasti ada kata perpisahan_

Gavariel Mahendra

Suasana sekolah terlihat sepi karna semua siswa sedang berada didalam kelas untuk mengikuti pelajaran karna bel masuk sudah berbunyi, sedangkan Mahen ia sedang di UKS menunggu Naya yang tak kunjung siuman dari pingsannya. Mungkin karna pukulan dari Tian cukup keras mengenai Naya

Mahen terus memegangi tangan Naya, dan syukurnya setelah menunggu Naya akhirnya terbangun dari pingsannya, lalu duduk diatas brangkar. Mahen yang bahagia pun tak sadar jika ia memeluk tubuh Naya sampai akhirnya Mahen merasa canggung untuk sesaat

"Khawatir ya ....? Cieeee yang khawatir sama calon istrinya!" ledek Naya yang membuat Mahen kembali menjadi mode kulkas

"Nggak!"

"Ihhh kok balik mode kulkas lagi sih, mana Mahen yang unyu-unyu kaya biasanya. Yang perhatian yang penyayang yang__" ucapan Naya terhenti saat Mahen tiba-tiba mencium pipi Naya, tak pelak membuat Naya berubah menjadi patung yang hanya menatap lurus kedepan tanpa ekspresi dan tiba-tiba pula Naya mencubit pipinya sendiri

"Aww sakit," gumamnya lirih namun dapat terdengar oleh Mahen dan membuat Mahen tersenyum gemas melihat tingkah Naya yang masih tidak percaya dengan kejadian luar biasa yang baru saja terjadi padanya

"Ini nggak mimpi kan?" gumamnya masih dengan wajah bingung

"Nggak nay!"

"sumpah demi apa ini nggak mimpi aaakkkhhh__" teriak Naya namun terhenti karna ia merasakan sakit pada ujung bibirnya yang tadi mendapatkan tamparan dari Helena mamanya Mahen, sampai berdarah

"Makanya nggak usah lebay gitu nay!" ujar Mahen sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Naya hendak memeriksa lagi luka yang tadi

Cup

Tiba-tiba Naya mencium pipi Mahen"adil kan jadinya kamu cium aku, aku cium kamu," kata Naya sambil tersenyum namun Mahen berusaha biasa saja meskipun dalam hatinya bahagia luar biasa

Tiba-tiba Mahen mendudukan dirinya pada brangkar sambil menatap Naya dengan wajah seriusnya

Untung saja di UKS tidak ada yang menjaga karna entah kemana perginya petugas UKS yang biasa ada disana, kalau ada mungkin mereka sudah di suruh pergi karna hanya membuat keributan di UKS

"Kamu nggak papakan?" tanya Mahen memastikan

"Harusnya aku yang nanya sama kamu! Kamu nggak papakan? Ada yang sakit?" tanya Naya tak kalah khawatir, karna sedari tadi ia tak sempat menanyakan kondisi Mahen karna terlanjur bahagia dengan serangan tiba-tiba Mahen, karna ia masih tidak menyangka Mahen bisa mencium dirinya, jika dilihat dari sifat pria kulkas itu rasanya tidak mungkin dan mungkin saja kejadian tadi hanya mimpi, namun ini nyata arrgh sungguh Naya masih tidak dapat melupakan kejadian tadi sampai lupa terhadap luka Mahen

"Aku nggak papa kok! Kamu nggak usah khawatir."

"Maafin aku ya! Tadi kelepasan ngebentak mama kamu!"

"Iya, aku tau perasaan kamu! Tapi lain kali aku nggak mau denger kamu kaya gitu lagi ok!"

"Iya," ucap Naya dan akhirnya Naya pun mengobati luka Mahen sembari menunggu bel istirahat

***

Cukup lama mereka berada di UKS sampai akhirnya bel istirahat pun berbunyi, Rendi dan Arin pun berlari ke UKS karna tadi Mahen sudah memberi tahu Rendi dan meminta Rendi untuk meminta izin kepada guru yang mengajar mereka di jam pelajaran pertama

Dan betapa kagetnya mereka berdua ketika melihat kedua sahabatnya memiliki luka pada wajahnya terutama Mahen yang sudah babak belur dengan lebam yang sudah tertata rapi di wajah tampannya

"Lo kenapa sampe kaya gini sih hen!" tanya Rendi dengan panik sambil memutar tubuh Mahen untuk melihat kondisi di tubuhnya karna bajunya yang juga terlihat kotor

"Ntar gue ceritain!" balasnya santai namun tidak dengan Arin dan Rendi yang sedang kepo di tingkat tertinggi

"Yaudahlah kita ke kantin aja yuk! Gue laper tau!" ajak Naya tiba-tiba mengalihkan arah pembicaraan, tanpa butuh waktu lama untuk berfikir karna mereka juga langsung menyetujui perkataan Naya

Hari ini sungguh Naya masih tak habis pikir dengan ucapan Helena, dengan entengnya ia mengatakan jika Mahen seorang pembunuh! Bukankah ini semua takdir? Naya tau jika kehilangan seseorang yang sangat dicintainya itu sangat sulit, ia harus melewati hari tanpa hadirnya seseorang yang selalu ada di hantinya dan mungkin Naya juga tidak bisa jika harus kehilangan Mahen

Namun ini semua kembali kepada takdir, tak ada yang bisa mengubah takdir! Bukankan jodoh, maut dan rezeki sudah diatur dan kita tidak bisa menggantinya bukan?

***

Dengan bergandengan tangan Naya dan Mahen terus berjalan menyusuri tepi jalanan yang terlihat padat dengan kendaraan, sesekali tatapan mereka yang tak sengaja bertemu mampu membuat mereka menyimpulkan senyuman

Semilir angin sesekali menyapa perjalanan mereka berdua, langit malam kini sudah menampakkan dirinya dan matahari pun sudah berganti menjadi bulan dan bintang-bintang juga sudah nampak berjejer indah di singgasananya

Cukup lama mereka berjalan akhirnya merekapun sampai di tempat tujuan, ya! itu adalah rooftop tempat favorit Mahen yang tak lain adalah salah satu perusahaan milik papanya. Yang di kelola oleh pamannya bukan abangnya

Memang terlihat indah dari atas sana, pemandangan lampu-lampu dari gedung pencakar langit, perumahan warga dan bahkan kendaraan yang berlalu lalang di bawah sana menambah keindahannya

Naya pun berjalan ke arah pembatas rooftop, mungkin untuk memberikan keamanan makanya di beri pagar pembatas disana. Naya menengadah melihat kearah langit yang terlihat indah dengan rasi bintang yang terlihat tertata dengan rapi, sungguh ciptaan tuhan yang sangat indah

"Nay!" ujar Mahen namun tanpa melihat kearah Naya, melainkan menatap bintang yang seakan sedang tersenyum kepada dua sejoli ini

"Kenapa?" tanyanya sambil mengalihkan atensinya kearah Mahen

"Kalo suatu saat nanti aku pergi gimana?"

"Pergi kemana?"

"Ketempat jauh, yang nggak bisa kamu jangkau!"

"Maksudnya?"

"Semua orang pasti bakal kembali ke tuhan kan?"

"Yaudah aku ikut!"

"Jangan konyol."

"Siapa yang konyol! Aku cinta sama kamu, dan aku nggak tau gimana misalnya nanti kamu pergi dari aku. Dan aku lebih baik ikut pergi sama kamu!"

"Hidup nggak sekonyol itu nay! Semua orang udah ada takdirnya masing-masing masa kamu mau ngeduluin takdir."

"Yaudah kalo gitu jangan pergi dulu!"

"Lebih baik aku yang pergi dulu nay, supaya aku nggak liat orang yang aku sayang pergi duluan ninggalin aku. Rasanya sakit nay!"

Air mata Naya ternyata sudah jatuh karna tak dapat ia tahan lagi, ucapan Mahen terlalu menyakitkan untuknya. Naya tak sanggup untuk kehilangan Mahen jika memang takdir tak dapat di rubah setidaknya Naya memohon agar Tuhan dapat mengambil mengambil nyawanya bersamaan dengan Mahen

Naya tau ini hanya sebuah ucapan andai, namun ia tak tau mengapa membuat hatinya sakit. Mahen yang mengetahui Naya menangis pun akhirnya memeluk tubuh Naya dan membuatnya menangis dalam dekapannya

Jangan lupa tekan gambar 🌟 bintang di pojok kiri bawah untuk menambah semangat menjadi 1000%, terimakasih

Regret [MARK LEE] EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang