Setelah mereka beristirahat, akhirnya sekarang mereka pergi untuk berkeliling di sekitar villa yang terdapat kebun teh dengan pemandangan bukit yang sangat indah
Naya dan Arin berlari seperti anak kecil yang sedang main kejar-kejaran, sedangkan Mahen sibuk dengan kameranya sambil memotret Naya secara diam-diam
"Rin inget umur! Jangan kaya bocil main lari-larian kaya gitu!" teriak Rendi membuat Arin berhenti lalu menatap Rendi dengan tatapan tajam
"Biarin ngapa sih! Nggak bisa apa liat orang bahagia," sengit Naya sambil melempar dedaunan kearah Rendi
"Yaudah lah bang ren, biarin bocil mainan sepuasnya dulu! Nanti juga kalo udah cape dia langsung tidur," ujar Haikal menimpali ucapan keduanya
"Plis kal, lo harus sadar! Kalo disini tuh yang bocil lo!" ujar Arin lagi
"Owh ya yah gue lupa, kalo ternyata gue masih bocil yang imut-imut gini!" balasnya sambil nyengir
"Imut kaya lumut!"
Mahen dan Naya memutuskan untuk pergi dari sana, dan menikmati sunset dari puncak kebun teh yang terlihat sangat indah. Sedangkan Haikal, Arin dan Rendi seperti nya masih melanjutkan acara perdebatannya
Naya hanya tersenyum melihat perdebatan mereka yang terlihat seperti anak kecil yang sedang rebutan mainan, bahkan sesekali Rendi menggoda Arin agar tidak marah namun ia kembali menjailinya hingga seperti nya tidak akan habis perdebatan ini
Mahen menatap wajah Naya dari samping karna Naya yang sekarang sedang fokus menatap lurus kearah matahari yang tenggelam, dan sayang untuk dilewatkan
"Nay!" panggil Mahen membuat Naya mengalihkan atensinya melihat kearah Mahen yang berada disampingnya
"Ya, Kenapa calon suami?"
"Kamu punya harapan atau cita-cita nggak?"
"Punya!"
"Apa?"
"Hidup bahagia sama kamu sebagai suami istri, dan kita punya anak terus nanti mereka panggil kita ayah sama bunda! Kalo kamu?"
"Aku... Awalnya aku nggak punya harapan! tapi setelah denger harapan kamu, aku jadi punya harapan sekarang!"
"Kenapa nggak punya harapan? Dan kenapa karna harapan aku?"
"Ya karna aku nggak pernah mikirin tentang masa depan! Aku lebih fokus untuk masa sekarang, dan aku takut jika aku memiliki harapan tapi Tuhan berkata lain dan harapan ku tidak tercapai, dan sekarang setelah denger harapan kamu aku jadi ngerasa kalo aku harus punya harapan untuk seseorang yang menyebutkan namaku dalam harapannya!"
"Terus harapan kamu apa?"
"Hidup bahagia sama kamu dan jadi suami yang baik buat kamu dan satu lagi__"
"Apa?"
"Dikasih kesempatan buat bikin kamu bahagia selagi bareng sama aku!"
"Ya pasti bahagia lah, selama kamu ada di samping aku nggak ninggalin aku! Pasti aku bahagia!"
Cieeeee
Suara Arin Haikal dan Rendi berhasil membuat mereka berdua terkejut, pasalnya ternyata sekarang mereka bertiga ada di belakang Mahen dan Naya, entah sejak kapan mereka disana tapi sepertinya mereka bertiga mendengar percakapan Naya dan Mahen tadi hingga sekarang mereka bertiga gaduh
"Ekhm ayah bunda lagi ngapain?" ledek Arin
"Aduh ayah sama bunda romantis banget sih, sampe bikin aku baper loh!" timpal Rendi
"Ayah sama bunda jangan pergi ya, nanti ikal nangis loh!" sambung Haikal lagi dengan nada seperti anak kecil, mereka bertiga dengan kompak meledek Mahen dan Naya membuat Naya terlihat malu sedangkan Mahen sudah menatap tajam kearah mereka bertiga membuat ketiganya langsung terdiam
"Eh indah banget sunset nya ya!" ucap Arin mengalihkan perhatian Mahen agar berhenti menatap mereka dan akhirnya mereka pun bersama-sama melihat kearah matahari yang sudah terlihat mengecil
Merekapun memutuskan untuk kembali ke villa, Arin haikal dan Rendi pun berjalan di depan sedangkan Mahen dan Naya ia berjalan santai sambil terus bergandengan tangan
"Calon suami!"
"Hm, kenapa?"
"Kamu nggak papa kan?"
"Maksud kamu?"
"Aku liat muka kamu pucet loh."
"Nggak kenapa-napa kok, kamu tenang aja! Ini tuh cuma kedinginan jadi bibirnya keliatan pucat!"
"Beneran kamu nggak papa?"
"Iya!"
"Syukur deh kalo kamu nggak papa!" ujar Naya yang dibalas senyuman hangat dari Mahen
"Maaf aku nggak bisa jujur sama kamu nay!" batin Mahen
Mereka pun sampai di villa dan merekapun terkejut ketika melihat Dimas sudah ada di depan villa, sambil duduk di teras dan menyeruput secangkir kopi yang sepertinya itu di suguhkan oleh pak Agus karna sekarang mereka terlihat sedang berbincang
Merekapun bingung kenapa bang Dimas bisa ada disana, dan ada perlu apa? Apakah karna Haikal? Atau mungkin karna Mahen? Tapi sepertinya alasan yang pertama karna bang Dimas tidak akan perduli kemanapun Mahen pergi tidak seperti Haikal yang selalu mereka perduli kan
"Kenapa bang Dimas disini?" tanya Mahen dengan wajah datar
"Emangnya kenapa nggak boleh?"
"Boleh banget kok kak! Cuma ya kita bingung aja tiba-tiba kak Dimas ada disini," jawab Arin dengan antusias dan mendorong Rendi yang tadi ada disampingnya
Sedangkan Naya hanya ber oh ria ketika mengetahui bahwa itu adalah bang Dimas kakak dari Mahen yang waktu itu Arin ceritakan, kalau bang Dimas adalah crush nya. Jadi ia sangat memaklumi sikap Arin yang terlihat dianggun-anggunkan layaknya cewek feminim
"Yaudah kalo gitu pak Agus pulang dulu den, nanti kalo ada apa-apa telfon saya saja kan den Rendi punya nomer saya kan?"
"Iya pak tenang aja!"
Akhirnya pak Agus pun pulang, dan sekarang masih dengan Dimas yang terduduk manis, sedangkan Haikal terlihat cemas
"Kenapa kamu nggak izin, kalo kamu mau ikut dia kesini Haikal?" tanya Dimas sambil menyesap kopinya
"Maaf bang, tapi Haikal takut nggak diizinin sama mama!" jawab Haikal sambil menunduk, Yap Haikal memang tengil dan juga petakilan namun ia akan terlihat seperti anak kecil jika ia bersama dengan abangnya karna mereka memperlakukan Haikal seperti anak kecil yang kemanapun ia pergi harus mengabari kepada mereka, dan apapun yang Haikal minta pasti akan langsung mereka turuti namun mereka terlalu sibuk dan yang selalu ada disamping Haikal adalah Mahen. Makanya Haikal jadi lebih dekat dengan Mahen
Mahen menatap Haikal tajam, pasalnya ia berbohong kalau dia sudah izin kepada mamanya namun ternyata tidak. Haikal yang mengetahui pun langsung menunduk takut Mahen sekarang seperti singa yang akan menerkam mangsanya
"Dia nggak salah bang! Gue yang ajakin dia kesini!" bela Mahen supaya Haikal tidak dimarahi oleh Dimas
"Bagus, berarti sekarang gue punya alasan buat pukul lo!" ujar Dimas sambil berdiri dari tempat duduknya sambil meregangkan otot-otot nya
Tangannya pun terulur dengan Bogeman tepat didepan wajah Mahen, namun Dimas tahan dan ia hanya meninju ke udara
Naya yang hendak melerai pun urung karna ternyata Dimas tidak jadi memukul Mahen
"Tunjukin kamar gue!" ujar Dimas tiba-tiba membuat mereka semua menatap tak percaya sedangkan Dimas ia masuk kedalam villa tanpa memperdulikan mereka yang masih diam dengan wajah bingung nya
Yang ada dipikiran Haikal dan Mahen sekarang! Setan apa yang merasuki bang Dimas, atau mungkin dia kesambet? Ah sudahlah yang penting Mahen masih selamat dari pukulan Dimas
Jangan lupa voment😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [MARK LEE] End
Teen FictionGavariel Mahendra cowok kulkas yang memiliki penyesalan dalam hidupnya dan dia memiliki penyakit kangker otak stadium akhir dan dia juga di benci oleh keluarganya, lengkap sudah penderitaan dalam hidupnya dia sangat dingin sampai tak pernah ada wani...