CHAP IV

30 5 0
                                    


—✧—𝐒𝐄𝐋𝐀𝐌𝐀𝐓  𝐃𝐀𝐓𝐀𝐍𝐆—✧—

Mohon bijak dalam membaca.
Cerita ini hanya berdasarkan imajinasi penulis.

𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶

•・•✧✧•・•


   PELAJARAN ips akan berlangsung sampai waktu pulang tiba, pak Handi selaku guru ips sedang menerangkan. Di meja nya.

"Sekarang lanjut buka halaman sepuluh yaitu tentang pelaku ekonomi" Perintah pak Handi.

Bielsa tidak punya buku LKS ips tetapi untung nya Mutia sudah punya, jadi dia tidak perlu susah susah menghadap kebelakang.

Setelah Mutia mengganti halaman, LKS nya pun dia geser agar berada di tengah. "Kapan kowe tuku LKS?beban kowe awet semester siji, engko kelas songo kowe sing tuku, gentenan" ujar Mutia bercanda. (Kapan lu beli LKS? beban lu dari semester satu, entar kelas sembilan lu yang beli, gantian).

"Ih bacot kowe, iyo iyo" Dengus Bielsa. Iya kalo bapak aku punya duit.

"Yehh bocah gendeng, domongi malah bales'e bacot" Kesal Mutia. Ingin sekali dia menabok mulut sahabat nya yang satu ini, tetapi ada pak Handi guru dengan muka yang garang serta peci di kepala yang menjadi khas nya. (Domongi: bilangin).

Bielsa tak menjawab dia masih mendengarkan guru nya yang sedang menerangkan, guru nya sedang berdiri di depan papan tulis dengan tangan yang menggenggam spidol.

Pak Handi yang tau murid murid nya banyak yang belum memiliki LKS pun merangkum sedikit, lalu dia tulis di papan tulis. "Yang tidak punya LKS, tulis ya" Pak Handi berucap sambil menulis di papan tulis.

Bielsa yang mendengar perintah dari sang guru pun mengeluarkan buku tulis nya dari dalam tas. Bielsa yang baru menulis tanggal tapi pulpen nya tidak menyatra, ternyata isi nya habis. Bielsa hanya mendengus kesal, lalu mata nya mengarah kepada pulpen sahabat nya yang sedang tidak dipakai.

"Pinjem pulpen mu, pulpen ne aku isi ne entek" Izin Bielsa. (Entek: habis). Mutia pun hanya menganggukkan kepala nya.

Beberapa menit kemudian. Akhirnya waktu yang di tunggu-tunggu telah tiba, bel pulang sudah berbunyi, semua murid merapihkan alat tulis nya. Pak Handi yang melihat anak murid nya sudah memasuki alat tulis ke dalam tas masing-masing pun pamit mengundurkan diri. "Cukup sampai disini, sampai ketemu lagi di hari Sabtu. Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

Bielsa keluar dari kelas dengan menenteng tas nya, ia melihat sudah banyak murid-murid yang berhamburan keluar. Pundak nya ditepuk, Bielsa pun menengok ternyata yang menepuk nya adalah Julita. "Njoh balik" Julita menggandeng tangan Bielsa. Sementara Mutia dan Hira sudah berjalan duluan. (Njoh: ayo).

Bielsa melihat gerbang depan yang penuh akibat siswa/i. Sudah biasa dan selalu begitu, Bielsa dan sahabat-sahabat nya tidak langsung pulang ia akan menunggu sampai gerbang depan sepi. Dirinya dan sahabat nya menunggu di tempat duduk depan perpustakaan.

"Ntar maen, yok" Hira berucap dengan penuh semangat.

Bielsa pun mengalihkan pandangan nya kepada Hira. Lalu dia berfikir, ingin ikut tapi dia tidak sangu, ingin meminta ayah nya tapi ayah nya sedang berjualan.

"Ayo ayo aja, dimana?" Tanya Julita.

"Terserah" Jawab Mutia.

"Aku ga bisa. Ga boleh main" Celetuk Bielsa.

𝐁𝐢𝐚𝐧𝐚𝐜𝐚𝐥𝐚 [𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐝𝐢𝐬 𝐝𝐞𝐬𝐚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang