CHAP XX.

8 3 0
                                    


—✧—𝐒𝐄𝐋𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐃𝐀𝐓𝐀𝐍𝐆—✧—

Mohon bijak dalam membaca.
Cerita ini hanya berdasarkan imajinasi penulis.


𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶

•・•✧✧•・•

    BIELSA melangkahkan kakinya menuju tepi lapangan, menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya sembari menunggu gilirannya dipanggil.

Saat ini kelasnya sedang melangsungkan mapel olahraga dengan materi penilaian bola basket.

"Bianacala" Panggil guru olahraga, Pak Gama.

Merasa dipanggil Bielsa pun beranjak dari duduknya, menuju pak Gama yang sedang memegang bola basket.

"Pak engga bisa ganti aja? Kalo dribel saya masih oke, tapi kalo disuruh masukin ke-ring saya ogah ah. Malu pak kalo engga masuk" Protesnya.

"Coba saja dulu, kalo engga bisa ya tidak apa-apa, kan tidak diharuskan sampai masuk" Balas pak Gama.

"Aduh pak!! ganti yang laen aja ya ya ya" Pinta Bielsa dengan muka memelas.

Pak Gama akhirnya mengangguk, dia memberikan pilihan pada Bielsa, "Yasudah kamu pilih lari muterin lapangan tiga kali, atau dribel terus masukin ke ring?"

Gadis itu yang mendengar melotot, pilihan macam apa ini? ya pasti dirinya tidak memilih dua duanya, Pak Gama ini ada-ada saja.

Mengerti akan jawaban dari anak muridnya dengan cepat ia menyela, "pilih salah satu atau kamu bapak kosongkan nilainya" Ancamnya.

Bielsa lagi-lagi melotot, "bujug!! jan gitu nape pak! Yaudah saya pilih yang kedua" Jawabnya sambil merengut.

"Emang yang kedua pilihannya apa, nak? Bapak lupa" Ucap Pak Gama sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bielsa hanya bisa memberikan senyuman.

"PAK! kapan ini mulainya? malah ngobrol ama anak curut" Protes Kiran.

"Sembarangan!! dia itu bukan anak curut! tapi anak tikus" Balas Pak Gama terkekeh, semua yang mendengar tertawa, kecuali Bielsa yang sudah memasang raut masam.

"Auah pak!"

"Nih!" Pak Gama menyerahkan bola basket pada Bielsa, "kalo percobaan sekali langsung masuk, bapak traktir" Lanjutnya berbisik.

Bielsa yang mendengar pun menarik kurva bibirnya sempurna, "DILL!!!!" Sambil menerima bola basket yang diberikan Pak Gama.

Pertama-tama ia men-dribel sesuai sistem aturan yang diberikan gurunya. Setelah sudah ia memposisikan badannya yang menurutnya pas untuk memasuki bola tersebut kedalam lobang ring. Serasa sudah nyaman dan pas, segera ia melompat sambil melempar bola basket itu setinggi harapan ibu. Dan yap... Masuk.

"So izzie men!" Tuturnya sembari mengibaskan rambutnya kebelakang. Kiran dan Jenan memberikan tepuk tangan atas keberhasilan Bielsa. Bielsa yang mendapatkan tepuk tangan seperti itu pun menjadi besar kepala, dengan raut tengilnya Bielsa melangkah menuju Pak Gama.

Ares yang melihat raut tengil Bielsa pun terkekeh, ia mengasih dua jempol pada Bielsa saat Bielsa memandang balik dirinya.

"Gimana-gimana Pak? Engga usah kaget, aslinya saya itu berbakat cuman saya engga mau mamerin aja gitu" Tukasnya dengan ekspresi yang menjengkelkan.

Pak Gama menghela nafas, "karepmu, Bi!" Ujarnya lelah, "nih!" Lanjutnya sembari memberikan  uang berwana kuning kepada Bielsa.

Bielsa menerimanya dengan wajah cengo lalu ia membolak-balikkan uang tersebut, tak lama dari itu ia pun tersenyum, "suwun pak, walaupun lima ngewu" Balas Bielsa sembari meninggalkan pak Gama yang melongo ditempat.

𝐁𝐢𝐚𝐧𝐚𝐜𝐚𝐥𝐚 [𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐝𝐢𝐬 𝐝𝐞𝐬𝐚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang