CHAP XIV.

13 2 0
                                    


-✧-𝐒𝐄𝐋𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐃𝐀𝐓𝐀𝐍𝐆-✧-

Mohon bijak dalam membaca.
Cerita ini hanya berdasarkan imajinasi penulis.


𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶

•・•✧✧•・•


PAGI ini Bielsa berangkat bersama Rehan. "Han, bapak lo kerja kemana si?" Tanya Bielsa.

"Ngomongnya yang kenceng" Ujar sang empu, yang tak mendengar pertanyaan tersebut.

"BAPAK LO KERJA KEMANA?" Ulang gadis itu dengan suara yang keras.

"Entar aja kalo udah sampe" Balasnya, yang dibalas dengan dengusan.

Mereka berdua sudah sampai dipekarangan sekolah. Rehan memarkirkan motornya, setelah itu Bielsa turun dari motor tersebut. Pemuda itu membuka helm, lalu dia mengalihkan pandangannya kearah Bielsa yang ternyata sedang kesusahan untuk membuka pengait helm.

Sang empu yang merasa diperhatikan pun menoleh, dia menjitak dahi Rehan yang tak bersalah, "Bantuin bego, jangan cuman liatin doang" Ujar Bielsa. Korban yang mendapat jitakan, meringis pelan.

"Minta tolong apa ngajak berantem, hm?" Rehan membuka pengait helm itu dengan mudah. Yaiyalah kan dia yang punya.

Bukanya menjawab gadis itu malah bertanya balik, dengan mengikuti ucapan terakhir Rehan, "Kamu nanyaek, hm?" Pemuda itu yang mendengar terkekeh, lalu dia mengetuk dahi Bielsa 2 kali.

"Sakit bego" Sang empu menabok jari yang tadi untuk mengetuk dahinya.

"Makasih, gua mau ke kelas duluan. Bayy" Sebelum Bielsa melangkah, lengannya sudah dicekal duluan dengan. Sang empu menoleh kearah pemuda itu, "apa?" Tanyanya.

Bukanya menjawab ia malah menarik pergelangan tangan tersebut untuk digandengnya.

"Lo tadi nanya ayah gua?" Tanyanya, yang dibalas anggukan oleh sang empu.

"Ayah gua itu lagi bangun toko kue sama cafe, dia disana cuman ngawasin karyawannya" Mereka berdua berjalan menuju koridor kelas XI dengan tangan yang saling bertautan.

Gadis itu yang mendengar pun terkekeh, "bapak lo gabut apa gimana?"

"Gajelas emang dia" Balas acuhnya.

"Nanti pas liburan semester satu, gua gantian di suruh ngawasin" Ucap Rehan.

"Emang dimana si bangunannya?" Kepo nya.

"Gua aja ngga tau" Alibi pemuda itu.

"Bentar-bentar, berarti bapak gua ini lagi kerja dong. Kan bapak gua karyawannya bapak lu" Ujar Bielsa dengan senyum yang mengembang.

Rehan hanya menggendikan bahu acuh. "Gua harus ikut lo, nan-" Ucapan gadis itu terpotong dengan suara seseorang pemuda yang berpapasan dengan mereka di tangga kelas XI.

"Masih pagi udah gandengan" Celetuk Mahen sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Emang kalo pagi, kaga boleh gandengan heh!?" Tanya sinis Bielsa. Tapi tak urung dia melepaskan tautannya.

"Gak gitu ogeb" Balasnya atas pertanyaan sinis yang ditunjukan kerahnya.

"Jangan ampe ada rasa, lo berdua sepupu" Ucap Jenan tiba-tiba.

"Engga bak-" Ucapannya lagi-lagi terpotong, kali ini terpotong karna Rehan manarik lengannya, untuk melangkah, meninggalkan mereka bertiga- Mahen, Jenan dan Davin.

𝐁𝐢𝐚𝐧𝐚𝐜𝐚𝐥𝐚 [𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐝𝐢𝐬 𝐝𝐞𝐬𝐚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang