CHAP XXI.

10 2 0
                                    


—✧—𝐒𝐄𝐋𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐃𝐀𝐓𝐀𝐍𝐆—✧—

Mohon bijak dalam membaca.
Cerita ini hanya berdasarkan imajinasi penulis.


𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶

•・•✧✧•・•


    RINTIK-RINTIK hujan turun membasahi tanah, awan gelap menguasai langit. Petrichor, menyeruak berbaur dengan udara. Aroma khas kala air bersatu melebur di dalam tanah.

Bielsa melihat keluar jendela di sampingnya, saat ini mereka sedang berada di salah satu cafe yang tidak jauh dari sekolah mereka.

Gadis itu menghela nafas, lalu ia melirik keenam temannya. "Harusnya tadi diterobos aja, kalo gini pasti bakalan lama berentinya"

"Selow aja Sa, tante Dina gak bakal ngomelin kok, kan lo bareng si kembar" Kata Caca.

"Gua bosen, bego!"

"Maen game aja gimana?" Kiran mengusulkan ide, karna sejujurnya dia juga sama bosan nya.

"Truth or dare!!" Seru Mahen sambil meraih botol milik Caca dan di letakkan dengan posisi horizontal ditengah meja.

"Ayo aja gua mah" Imbuh Jenan.

"Yang engga ikut cupu" Ledek Mahen.

Jenan menyentuh botol itu, berancang-ancang mengambil putaran lalu ia putar didepan mereka, botol itu terus berputar hingga akhirnya berhenti tepat ke arah Davin.

"Truth or dare?" Jenan langsung menyemprot Davin dengan pertanyaan.

"Truth."

Pemuda itu tersenyum senang mendengarnya, "punya mantan?"

Davin terdiam sejenak lalu setelah itu ia mengangguk. Caca melotot melihatnya mengapa kakaknya tak pernah cerita apa-apa padanya?

"Siapa namanya?" Tanya Jenan lagi.

"Cuman satu pertanyaan" Celetuknya yang dibalas dengusan.

Sekarang giliran Davin memutar botol tersebut, hingga akhirnya berhenti tepat pada Caca, adiknya.

"Truth" Sela Caca.

"Gua dong yang nanya" Seru Kiran yang diangguki Davin.

"Lo pernah seneng Mahen kan?" Tanyanya yang lebih ke arah menuding.

Caca menggaruk kepalanya yang tidak gatal tak lama lalu ia mengangguk, Mahen yang melihat anggukan Caca pun menepuk dadanya bangga.

"Tuhkan!!!"

"Udah-udah, gantian gua." Caca mulai memutar botol tersebut hingga berhenti tepat pada Rehan.

"Truth or dare?"

"Dare"

Caca yang mendengar jawaban Rehan pun cekikikan tidak jelas, "Chat 'sayang' ke-salah satu cewe yang yang ada di kontak lo" Pintanya dengan menaik turunkan alisnya.

Mereka yang mendengar heboh apa lagi saat Rehan benar-benar langsung mengeluarkan ponsel nya, tak lama dari itu ponsel nya ia taruh dimeja, "Udah"

Ting

Suara notifikasi dari ponsel Bielsa berbunyi setelah Rehan berucap. Semua pasang netra di sana menatap ponsel Bielsa.

Sang empu menatap layar ponselnya yang menampilkan 1 pesan dari Rehan yang di dalamnya bertuliskan 'sayang' pandangannya beralih ke arah Rehan, yang dibalas pemuda itu dengan menaikan sebelah alisnya.

𝐁𝐢𝐚𝐧𝐚𝐜𝐚𝐥𝐚 [𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐝𝐢𝐬 𝐝𝐞𝐬𝐚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang