CHAP XI.

16 2 0
                                    


—✧—𝐒𝐄𝐋𝐀𝐌𝐀𝐓 𝐃𝐀𝐓𝐀𝐍𝐆—✧—

Mohon bijak dalam membaca.
Cerita ini hanya berdasarkan imajinasi penulis.


𝙷𝙰𝙿𝙿𝚈 𝚁𝙴𝙰𝙳𝙸𝙽𝙶

•・•✧✧•・•


    SEKARANG giliran nya Bielsa diperiksa, dimulai dari kuku lalu tas nya. Karna Bielsa aman, Bielsa pun diperbolehkan keluar untuk beristirahat.

Ares hanya berdiri di pintu kelas. Saat Bielsa akan melewati pemuda itu, Bielsa mengerlingkan sebelah matanya, "makasih mas bro" Ucap Bielsa sembari menepuk bahu Ares. Pemuda itu hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan tersenyum kecil.

Bielsa melangkah menuju kelas MIPA 3, dia menghampiri Kiran yang sedang berbicara dengan Caca. "Gimana Ca, aman?" Tanya Bielsa, yang dibalas acungan jempol dari sang empu.

"Btw lo tau dari mana Sa? kalo hari ini ada razia?" Tanya heran Kiran.

"Dari pak ketos" Jawabnya santai. Mereka bertiga berjalan menuju arah kantin.

"Ares maksud lo?" Tanya Kiran lagi, yang diangguki Bielsa. "Perasaan gua gak pernah liat lu ngobrol ama dia" Heran Kiran yang setujui oleh Caca.

"Tadi malem gua ke rumah Ares nganterin kue, terus dia ngasih tau" Kiran pun hanya menganggukkan kepalanya, "oh tadi malem itu kue dari lo" Beo Kiran.

Bielsa yang mendengar pun mengernyit, "lah emang satpam lu ngga ngasih tau?" Yang dibalas anggukan Kiran, "kasih tau, tapi satpam gua bilang nya dari Dina yang bahenol"

"Sue" Umpat Bielsa.

Mereka bertiga sudah memasuki area kantin, "Kok lo gak bagi gua Sa? Tega lo" Ujar Caca. Saat akan menjawab perkataan Caca, tiba tiba saja terdengar teriakan melengking yang mengundang tiga gadis itu, "BIELSA, KIRAN, CACA SINI!" mereka pun menoleh kearah orang yang berteriak tersebut, yang ternyata pelakunya adalah Mahen.

Kiran langsung saja menarik kedua tangan sahabatnya untuk menuju pemuda itu. "Cocot elu Hen, minta gua geprek" Sarkas Caca, saat ini mereka sudah sampai dimeja Mahen dkk. Davin yang mendengar penuturan adiknya pun langsung memandang sang adik tajam, "Siapa yang ngajarin?" Tanya Davin datar.

"Bielsa" Tunjuk Caca pada Bielsa dengan muka polos nya, yang malah mendapatkan tabokan maut dari sang empu, "Sembarangan" Seru Bielsa. Davin berganti memandang datar gadis itu, Bielsa pun memandang balik Davin, "apa?! Gua ngga ngajarin ade lo ya!" Ujarnya sengit, yang malah tak ditanggapi oleh pemuda tersebut.

"Udah-udah" Ucap Rehan menengah. Bielsa langsung memandang kearah Rehan lalu turun kearah makanan yang pemuda itu pesan— mie ayam.

"Rehannn" Ucap bernada Bielsa sambil tersenyum lebar kearah pemilik mie ayam tersebut. Rehan yang faham pun berucap cepat, "Udah gua makan, lu pesen aja sendiri "

"Yaudah, elu yang pesenin tapi" Pinta gadis itu. "Ogah" Tolaknya mentah-mentah.

"Pliss Rehann" Mohonnya sambil menyatukan kedua telapak tangannya. Alih-alih menjawab, pemuda dengan surai legam itu malah menjitak pelan dahi Bielsa lalu beranjak dari kursinya. Davin yang melihat itu langsung membuang muka.

"Rehan gua sekalian!" Sela Jenan. "Ogah, beli ndiri" Rehan langsung berjalan menuju ke salah satu stan makanan. Sang empu yang mendapat respon seperti itu pun mendengus, berbeda dengan kekasih dan temannya yang malah tertawa.

"Rehan lebih nurut ama Bielsa dari pada kembaran nya, hahaha" Tawa Caca.

"Emang enak, wlee" Ejek Bielsa sembari menjulurkan lidah nya.

𝐁𝐢𝐚𝐧𝐚𝐜𝐚𝐥𝐚 [𝐬𝐚𝐧𝐠 𝐠𝐚𝐝𝐢𝐬 𝐝𝐞𝐬𝐚]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang