Saat putus dari Dea, Gama pernah berpikir sekali bagaimana jika nantinya mereka akan bertemu lagi? Apakah mereka akan seperti orang asing yang saling tak mengenal atau justru menjadi seorang musuh, saling melemparkan kebencian satu sama lain. Karena mantan-mantan Gama yang dulu selalu melayangkan tatapan tajam setiap kali mereka bertemu dengannya, seolah Gama adalah pelaku kriminal yang berhak mendapat kebencian.
Tapi ternyata, Gama tidak menduga pertemuan dengan Dea justru berakhir dengan menikmati teh dan mengobrol bersama seperti seorang teman yang sudah lama tak berjumpa. Gama senang, karena hubungan mereka tak seperti mantan Gama yang dulu-dulu pun Dea tak memberinya tatapan tajam seperti mereka.
"Kemarin aku ketemu sama Ale, dia udah besar sekarang. Makin cantik," ujar Dea setelah menuangkan teh ke dalam cangkir Gama. Mendengar itu, Gama hanya tertawa pelan lalu berdehem.
"Dia makin gede makin nyebelin asal kamu tau. Mulutnya kalau ngomong itu kayak gak pernah disaring, nyelekit banget dihati." Dea tergelak, masih membayangkan bagaimana antusiasnya Ale kemarin ketika mereka bertemu.
Sekarang Dea bekerja sebagai guru les matematika disebuah sekolah menengah atas, mengurus para anak-anak kelas akhir yang sebentar lagi akan menghadapi ujian. Pekerjaan yang tidak pernah Dea sangka akan dirinya dapatkan. Dulu, Dea sempat berangan-angan akan menjadi seorang guru dari atas ranjang rumah sakit. Memberi ilmu untuk banyak orang serta menjadi contoh teladan untuk mereka -meskipun ada sebagian orang yang menganggap jika menjadi guru gajinya sedikit, katanya. Tapi bukan itu yang Dea pentingkan, melainkan kemanfaatannya sebagai manusia dan ternyata disana Dea bertemu dengan Ale.
Dea duduk dengan nyaman diatas kursinya, melayangkan pandangan ke depan dimana langit siang ini terlihat begitu cerah dan indah. Pemandangan diatas balkon apartement Gama sepertinya akan menjadi salah satu spot favoritnya setiap berkunjung ke sini.
"Aku dengar kamu ngajar les disana sekarang?" Dea menoleh pada Gama yang barusan bertanya. "Gimana, seru gak?" Wanita tersenyum dengan lebar.
"Seru banget! Kamu ingat? Dulu, aku selalu nulis dalam buku catatan aku kalau aku mau jadi seorang guru. Bisa berbaur sama anak-anak sekolahan dan jadi temen mereka alih-alih guru yang galak. Tapi, karena kondisiku dulu yang gak memungkinkan aku cuman bisa jadiin itu sebagai penyemangat disaat aku bosan minum obat."
Gama tersenyum sumir. "Tapi kamu berhasil jadi apa yang kamu mau."
"Ya, dan rasanya masih kayak mimpi bisa wujudin dia. Anak-anak disana seru dan mereka nyambut aku dengan baik. Suasana baru yang menyenangkan!" Keduanya tertawa bersama-sama dan kembali menikmati teh mereka yang mulai mendingin, namun tetap terasa nikmat.
Gama menatap lekat setiap lekukan wajah Dea dengan seksama, cara minumnya terlihat begitu anggun serta kedua kelopak mata yang tertutup. Seutas senyuman tipis mengembang saat teh tersebut berhasil meluncur ke tenggorokannya. Mendadak saja, Gama teringat pada seseorang, semua gerik Dea tampak tak asing terutama saat wanita tersebut dilihat dari samping. Pria itu tiba-tiba tersenyum miris, bagaimana bisa dia merasa asing karena sudah pasti Dea ini sama seperti dulu yang selalu menemaninya setiap saat. Semua yang terjadi hari ini membuat Gama hanya merasa deja vu.
Hembusan angin yang cukup kencang membuat mereka sama-sama memejamkan mata, Dea meringis ketika merasakan sesuatu masuk ke dalam matanya dan memberikan sensasi perih. "De, are you okay?" Gama bertanya dengan sedikit menatap wanita itu cemas.
"Ah, y-ya ... cuman kelilipan barusan-"
"Coba aku liat, jangan dikucek nanti matanya merah!" Dea mencoba untuk membuka matanya saat Gama berusaha membersihkan apa yang mengganggu didalam sana.
"Gama, aku dataa-ng."
Dua orang tersebut sama-sama tersentak saat mendengar suara yang begitu nyaring sampai menusuk ke dalam telinga, bola mata Gama melebar tatkala dia mendapati Jean baru saja datang dan berhenti diujung sana. Sedangkan Dea hanya memasang wajah bingung, memandangi perempuan asing didepan sana dengan tatapan bertanya-tanya. Ketiganya sama-sama terdiam dengan mata yang bermain, terutama Jean yang langsung melunturkan senyumannya kala menyadari bahwa perempuan tersebut adalah yang tempo hari dia lihat dari foto yang temannya kirimkan, serta perempuan sama dalam foto di kamar Gama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Senja (TAMAT)
RomanceAntara masa lalu dan masa depan. Siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Highrank! #12 in segitiga 24/03/2023 #5 in segitiga 18/05/2023 #2 in realtionship 28/05/2023 #4 in segitiga 30/05/2023 #1 in relationship 17/06/2023 #1 in segitiga 09/07/2023