Lembayung Senja - 33. Teman Mimpi

4.1K 276 4
                                    

Secangkir teh diatas meja tampak mengepul diantara dua anak manusia yang saling berhadapan selama kurang lebih 30 menit itu. Belum ada yang mengeluarkan suara dan hanya terfokus pada apa yang ada dalam pikiran mereka satu sama lain, bahkan membiarkan hawa dingin masuk dari balik jendela yang terbuka.

Dari raut wajah keduanya tidak ada yang menunjukan kalau sesuatu baik terjadi. Senyuman maupun sapaan hangat seolah tidak pernah terjadi sehingga membuat keduanya tampak begitu canggung saat duduk bersama, atau mungkin orang-orang tidak akan percaya jika mereka memiliki cerita selama kurang lebih bertahun-tahun lamanya. Karena mereka terlihat seperti orang yang asing baru bertemu baru saja.

Dan semua itu hanya karena secuil perasaan cinta yang tumbuh tanpa permisi dalam hati si pria untuk temannya. Kini, semuanya sudah terbongkar --perasaan yang selama ini Theo tekan sekuat tenaga ternyata berhasil diketahui akibat mulut ember Gama.

"Kenapa harus begini?" Si pria lantas memilih mengalah dan menekan ego, menjadi yang pertama memecah keheningan saat tahu bahwa semuanya hanya akan berakhir sia-sia kembali jika tidak ada yang mau mengalah.

Wanita berambut gelombang itu pun membalas tatapannya tak kalah lekat. "Karena emang udah jalannya. Aku hanya mengikuti alur dan gak mau memaksa apa yang bukan menjadi milikku. Begitu juga kamu. Aku gak akan maksa kamu untuk hapus cinta itu karena hak kamu, tapi maaf karena aku gak bisa membalasnya," jawabnya dengan nada tenang yang justru berhasil menikam hati sang pria.

Binar di kedua matanya sudah lama redup, kehilangan binarnya tepat setelah sang cinta pergi, tak sudi lagi meninggalinya. "Tapi aku cinta sama kamu. Apa gak bisa-"

"Keputusan aku udah bulat dan gak akan berubah. Aku justru menyesal dan gak seharusnya aku kembali lalu membuat kekacauan. Harusnya ... aku udah liat kamu bahagia sama orang lain, atau bahkan aku ikut happy saat kamu bawa perempuan yang kamu kenalin ke aku. Maaf, harusnya aku dengerin kata-kata kamu dan menetap disana. Maaf, karena aku menjadi alasan kamu berbuat banyak kesalahan," tuturnya panjang diakhiri dengan seutas senyuman tipis di wajahnya yang ayu. Perasaan bersalah yang begitu besar kini menguasai hati Dea, tidak lagi harus berbuat apa dihadapan sahabatnya sendiri --yang tanpa dia sadari sering dia sakiti.

Untuk kali pertamanya mereka duduk berdua dan membicarakan hal seserius, sepasang sahabat yang dilanda ketakutan akan hancurnya status tersebut akibat sebuah cinta yang menyelinap.

Pria dihadapannya sontak menunduk, memejamkan kelopak mata sembari mengepalkan kedua tangan dengan begitu erat --menyalurkan seluruh emosi yang bertumpuk, di sana. "Lupain aku dan lanjutin hidup kamu. Apapun yang terjadi kemarin, biarlah tetap ada disana dan jangan sampai ngeganggu masa depan kamu. Selain itu, kamu gak cinta sama aku. Itu cuman kata-kata yang terlontar dari bibir, bukan hati." Wanita tersebut semakin menarik lebar setiap sudut bibirnya lalu mengulurkan tangan dan mengusap lembut rambut tebal si pria yang sempat menjadi kesayangannya.

Tubuh Theo bergetar seketika, matanya menatap Dea dengan tajam. "Bagaimana bisa kamu anggap ini--"

"Kamu akan bahagia setelah ikhlasin semuanya. Aku yakin."

Namun masalahnya disini dirinya tidak yakin sama sekali. Dia terlalu takut kehilangan untuk yang kesekian kalinya. Theo sudah kehilangan Dea ketika merelakannya bersama Gama dan apakah dia harus kehilangan lagi sekarang?

Apakah tidak pernah sekalipun Dea memandangnya sebagai seorang 'pria' dan bukan teman? Apakah semudah itu?

****

Jean baru saja melepas sepatu baletnya ketika dia melihat sosok Gama yang melongok dari ambang pintu dan tersenyum seperti orang bodoh ketika mata mereka bertemu. Pria itu tampak menyapa beberapa teman Jean sebelum akhirnya melambaikan tangan pada sang pujaan. Melihat binar dikedua bola mata Gama serta senyumannya yang tercetak sempurna, ada sedikit perasaan bersalah muncul dalam hatinya ketika mengingat kejadian ciuman antara dirinya dan Matthew. Entah mengapa Jean merasa dia sudah berselingkuh dari Gama, padahal mereka masih belum resmi memulai kembali hubungan mereka secara resmi.

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang