Dea menutup album foto dengan kasar dan memejamkan kedua matanya kuat. Dihirupnya oksigen secara kasar seolah tak membiarkan siapapun merampas hal berharga tersebut darinya.
Sesaknya masih sama bahkan jauh lebih parahnya dari sebelumnya. Jantung baru tak menjamin Dea untuk bisa menghirup napas dengan baik ketika luka batinnya masih menguasai. Dea bahkan tidak tahu obat apa yang paling ampuh untuk menyembuhkan rasa sesak satu itu, selain menangis seperti manusia lemah yang menyebalkan.
Ia hanya bisa menundukan kepalanya seraya memeluk erat-erat album foto tersebut, dimana disana ada banyak kenangan indah dirinya bersama sang mama. Jika saja Dea bisa memutar waktu, ia lebih memilih untuk hidup bersama mamanya --berdua tanpa selalu memaksa papanya ada diantara mereka. Merengek dan menangis ketika papa hendak pergi lagi dengan alasan pekerjaan.
"Ma, kalau tau akan jadi serumit ini bukannya lebih baik Dea ikut mama aja? Maaf kalo ternyata Dea gak bisa jadi anak yang kuat seperti yang mama bilang. Nyatanya, Dea gak bisa buat semua keadaan membaik. Dea justru membuat semuanya makin berantakan. Mama, Dea harus apa?"
Tanpa gadis itu sadari, beberapa meter dibelakangnya --sang papa memerhatikan dengan sorot mata penuh bersalah. Belum selesai masalahnya dengan Jean, kini ia juga harus dihadapkan dengan Dea yang kondisinya bisa dikatakan tidak baik.
Anaknya itu jadi lebih sering murung dan banyak mengurung diri dikamar. Kentara sekali Dea berusaha untuk menjauhinya setelah semua apa yang terjadi, dimana hal tersebut membuatnya merasa semakin menjadi ayah yang buruk. Ia tidak bisa membuat kedua putrinya merasa bahagia dan selalu memberikan kesedihan bagi keduanya.
"Masih gak mau keluar, Om?" Kehadiran Theo membuat lamunan paruh baya tersebut buyar.
Ia menggelengkan kepalanya. "Om udah coba bujuk tapi dia cuman diam. Theo, Om boleh minta tolong lagi, 'kan?" Theo menatap pria tersebut yang nampak begitu putus asa.
"Apa, Om?"
"Tolong, jangan pernah tinggalin Dea dan selalu temanin dia. Saat ini Dea masih kecewa sama Om dan Om gak bisa paksa dia untuk menerima semuanya gitu aja, selain itu Om juga harus urus Jeanna. Om minta maaf karena harus terus repotin kamu, tapi hanya kamu yang Om percaya untuk lindungin Dea disaat Om gak ada, Theo. Begitu juga dengan Dea yang sangat mempercayai kamu," terangnya pada pemuda tersebut disertai sorot penuh permohonan.
Sekarang ini tidak ada yang bisa ia pinta serta percaya selain Theo untuk putrinya, ia terlalu takut untuk sekadar meminta bantuan kepada keluarga karena tahu sejak awal keluarganya tak pernah menyukai kehadiran Jean. Apa jadinya kalau mereka tahu dirinya kembali menemui gadis itu?
Sebagai seorang ayah, ia hanya berusaha menempatkan putri-putrinya dalam kondisi aman. Tidak seperti dulu yang penuh dengan ancaman. Ia tidak akan kembali menyerah seperti dulu.
Theo tersenyum menenangkan lalu mengangguk mantap. "Makasih karena Om udah percaya sama saya dan saya gak akan kecewain Om. Tenang aja, Dea akan baik-baik aja selagi saya ada disampingnya. Saya juga sebisa mungkin akan bantu Om. Kita sama-sama ingin Dea bahagia, jadi saya akan lakuin apapun demi membuat Dea seperti dulu lagi." Papa menepuk bahu Theo seraya memandangnya penuh dengan bangga. Pemuda yang sudah ia anggap seperti putranya sendiri, yang ia harap bisa menjadi pendamping putrinya kelak.
Dea tersentak ketika sofa yang ia duduki bergerak, air matanya kembali terjatuh ketika ia melihat Theo disana. Pria itu tersenyum sangat manis lalu menariknya ke dalam dekapan dan mengecup puncak kepalanya, membuat Dea semakin leluasa menumpahkan tangisannya didekat pria tersebut.
"Gak bisa, Yo! Aku udah gak ada kesempatan lagi ... semuanya udah selesai!" Theo mengelus surai pendek Dea penuh kelembutan, merasakan kesedihan Dea terserap ke dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Senja (TAMAT)
RomanceAntara masa lalu dan masa depan. Siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Highrank! #12 in segitiga 24/03/2023 #5 in segitiga 18/05/2023 #2 in realtionship 28/05/2023 #4 in segitiga 30/05/2023 #1 in relationship 17/06/2023 #1 in segitiga 09/07/2023