Lembayung Senja - 11. Berbohong demi kebaikan? Bullshit!

3.8K 340 10
                                    

Gama tahu seharusnya ia langsung membawa Jean pulang ke rumah saat gadis itu terlelap tak lama setelah mereka mendarat dikursi mobil, namun sayangnya kali itu Gama ingin egois dan membawa Jean untuk bersamanya. Untuk meyakinkan diri jika Jean akan baik-baik saja sebelum mengantarkannya pulang ke rumah, Gama rela diberondongi berbagai macam pertanyaan serta petuah dari ayah Jean saat izin untuk membawa Jean menginap di apartementnya sampai akhirnya Gama mendapatkan izin tersebut.

Gama tahu bahwa dirinya salah karena tidak mengabari Jean jika ia tidak jadi menemaninya, tetapi ia akan jauh lebih bersalah jika meninggalkan Dea begitu saja setelah tanpa sengaja dirinya serempet sampai tak sadarkan diri. Kecemasan Gama semakin menjadi-jadi ketika mengingat Dea pernah menjalani operasi dan takut jika hal buruk menimpanya, Gama langsung membawa wanita itu ke rumah sakit. Setelah mengantarkan Dea dan memastikannya baik-baik saja pun Gama tak lantas bisa meloloskan diri begitu saja, dia lebih dulu diperintahkan oleh orang tua Dea untuk diam disana sampai ayahnya itu datang.

Gama menekan semua rasa takutnya waktu itu dan dengan berat hati menunggu disana sekalipun Dea terus-terusan menyuruhnya untuk pergi, sayangnya Gama tidak sepengecut itu untuk lari dari tanggung jawab. Dirinya nyaris saja membahayakan Dea dan jika memang harus menghadapi ayah wanita itu maka Gama akan menerimanya. Sampai akhirnya Gama harus datang tengah malam dan gagal menonton konser bersama Jean hingga membuat wanita itu menangis selama konser berlangsung.

Diusapnya dengan lembut puncak kepala Jean, sang kekasih yang masih terlelap meski mentari telah menunjukan sinarnya ke permukaan. Sebentar lagi pukul tujuh dan Gama harus berangkat bekerja, tetapi disisi lain dia juga merasa tidak tega harus meninggalkan Jean begitu saja tanpa berpamitan. Untuk pertama kalinya Gama merasa kesal pada hari senin.

Pria itu lantas bangkit dan meninggalkan kamar untuk sementara waktu sebelum akhirnya kembali dengan nampan berisikan sarapan yang telah ia siapkan untuk Jean. Gama mengambil sebuah kertas dari dalam laci dan mencatat sesuatu lalu diletakannya benda tersebut dibawah piring, agar memudahkan Jean untuk melihatnya.

"Aku berangkat kerja dulu meskipun aku juga maunya bolos. Aku harap kamu mau tetap disini nungguin aku pulang, tapi aku tau kalau kamu sebenarnya masih marah sama aku. It's oke, aku akan nunggu sampai kamu gak marah dan maafin aku sepenuhnya." Gama menarik selimut lebih tinggi pada tubuh Jean, mengecup sebentar kening perempuan tersebut sebelum akhirnya bangkit dan benar-benar pergi meninggalkan Jean di kamarnya.

Setelah pintu tertutup secara otomatis kedua kelopak mata Jean terbuka. Perempuan itu terdiam sesaat lalu mendongakan kepalanya untuk mendapati dua potong roti bakar serta sekotak susu rasa caramel yang telah Gama siapkan untuk dirinya. Helaan napas berat keluar dari mulutnya.

"Aku gak suka caramel, Gama."

Butuh waktu seribu tahun untuk membangun namun hanya butuh waktu satu detik untuk menghancurkan. Jean selalu mengingat dan mempercayainya benarnya kalimat yang pernah sang mama katakan kepada dirinya dulu, disaat mereka masih hidup berdua sebelum kehadiran ayah apalagi Mahesa. Jean masih sangat kecil waktu itu tetapi ajaibnya dia justru mengingat kata-kata tersebut dengan sangat baik, tidak ada yang kurang. Bedanya mungkin dulu Jean tidak memahami arti kalimat tersebut, namun sekarang dia mengerti apa yang mamanya maksud.

Jean tidak tahu apa yang sedang Gama sembunyikan darinya -entah hal kecil atau bahkan besar sekalipun, karena pria itu tak berniat sedikitpun untuk memberitahunya maupun mengikutsertakan dirinya terhadap sebagian hal mengenai kehidupannya. Dan tanpa Gama sadari, karena hal tersebut justru membuat Jean mulai mencurigainya sedangkan kecurigaan ialah tanda tidak adanya kepercayaan.

Dua tahun menjalin hubungan agaknya tak membuat Gama begitu saja percaya terhadap Jean, karena buktinya Gama masih menyumbunyikan kepingan-kepingan yang Jean yakini Gama anggap sebagai sesuatu yang berharga bagi pria itu. Jean bahkan tidak tahu apa alasannya Gama menyembunyikan statusnya dengan Dea di masa lalu dan alih-alih menyebutnya sebagai mantan kekasih, pria itu lebih mengakuinya sebagai teman lama. Foto kedekatan mereka yang lagi-lagi Jean pergoki teronggok disudut laci, menjadi bukti kuat yang tak dapat terelakan.

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang