Lembayung Senja - 18. Recovery

4.2K 414 21
                                    

"Je ... Jean, tunggu dulu, Sayang! Jean!"

"Apa lagi?!"

Gama terhenyak saat Jean berteriak kepadanya. Wanita itu melayangkan tatapan tajam serta memerahnya membuat Gama sadar bahwa Jean sedang dalam kondisi yang baik setelah bertemu dengan papanya -ditambah fakta baru yang membuat bukan hanya Jean, tapi juga dirinya, merasa terkejut bukan main.
Selama ini, Gama tidak pernah tahu bagaimana rupa dan siapa ayah Jean selain cerita yang ia dengar bahwa pria itu telah meninggalkan Jean serta mamanya sejak dulu.

Gama tidak tahu bahwa pria yang dia kenal sebagai ayah Dea ternyata adalah orang sama yang Jean panggil papa juga. Orang yang sangat Jean benci dalam hidupnya. Setelah kejadian tadi, Gama jadi menyadari beberapa kesamaan diantara dua perempuan tersebut.

Jeanna dan Deanna. Keduanya memiliki nama yang mirip serta mempunyai fitur wajah serupa -menandakan jika keduanya menuruni wajah papa mereka. Pantas, Gama merasa tidak asing ketika melihat wajah Jean. Karena perempuan itu mirip dengan Dea.

"Je, aku antar kamu pulang, oke? Jangan pulang sendirian disaat kamu lagi marah-"

"Gak usah! Mending kamu urus mantan kamu itu, aku bisa urus diri aku sendiri!" Gama menggelengkan kepalanya cepat, dia memegang lengan Jean dan menangkup sebelah pipi wanita itu.

"Dengerin aku. Aku tau apa yang terjadi hari ini pasti membuat kamu syok, aku ngerti. Jadi, aku mohon izinin aku untuk antar kamu pulang."

"Aku benci sama dia!" Jean menyentak, air matanya kembali mengalir dengan deras disertai isakan hebat. "Dia ... dia yang udah rebut papa dari aku, gara-gara dia, aku dan mama dibuang. Dia dan ibunya udah rebut semua kebahagiaan aku dan mama. Sekarang, dia berusaha untuk rebut lagi kamu dari aku. Aku benci sama Dea!!"

"Jean, Sayang. Enggak!" Gama menarik tubuh wanita itu hingga jatuh ke pelukannya, mendekapnya dengan erat menyalurkan sebuah kehangatan.

Namun sayangnya Jean tidak merasakan kehangatan itu. Rasanya, semua yang Gama lakukan untuknya hanya sebuah pelarian atas kekecewaannya sendiri terhadap gagalnya berhubungan dengan Dea. Tatapan, sentuhan, hingga ciuman yang Dea berikan kepada Gama jelas membuat pria itu jauh lebih hidup ketimbang dengannya. Dan kenapa Jean baru menyadarinya sekarang? Disaat dirinya benar-benar membutuhkan sosok untuk menjadi sandaran atas semua pelik yang terjadi.

Kehadiran papanya jelas bukanlah pertanda baik bagi Jean, karena kenyataannya bukan bahagia yang Jean dapatkan melainkan membangkitkan sebuah luka lama. Wanita itu tersenyum sumir, perlahan dia mendorong Gama untuk menjauh dan mengusap air mata yang mengalir di wajahnya. Untuk apa dia menangis? Menangisi apa? Pikirnya lalu terkekeh pelan dan menghela napas kasar.

Terbiasa dengan rasa sakit membuat Jean tidak benar-benar merasakan sakit itu. Dia tidak semenderita itu meskipun kekecewaan itu terasa didadanya. Sudah sejak dulu Jean berusaha merangkak untuk keluar dari rasa sakitnya seorang diri, jadi harusnya sekarang pun dia tak melibatkan orang lain 'kan?

Kebanyakan dari mereka tidak pernah bisa menghargai apa yang mereka miliki dan orang lain miliki. Berusaha untuk mengambil semuanya hingga akhirnya dia justru kehilangan segalanya. Inikah yang dinamakan dunia penuh dengan kekejaman dan tipu daya?

Lebih dari dua puluh tahun Jean dibohongi oleh ayahnya sendiri. Pria yang dulu sangat dia cintai dan banggakan ternyata pergi bukan hanya demi harta, tetapi karena memiliki gundik beserta anak yang ia sembunyikan bertahun-tahun lamanya. Cintanya terbagi sampai akhirnya ia memilih melepaskan istri pertama serta anaknya lalu berpaling ke pelukan istri kedua yang membawa kekayaan. Lalu semudah itu dia ingin kembali?

"Jean," Gama memanggilnya lirih.

"Antar aku pulang." Pria itu menautkan sebelah alisnya, reaksi perempuan itu berubah dengan secepat kilat membuat Gama tercengang. "Ayo, antar aku pulang sebelum aku berubah pikiran."

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang