Lembayung Senja - 29. Alas Tonggak Harapan

4.1K 339 14
                                    

"Nyokap gue bilang, kalo tenggorokan sakit coba minum teh dicampur madu sama pake peresan lemon dikit, usahain airnya masih anget kuku. Minumnya harus rutin gue jamin enakan, gue udah pernah nyoba. Terus, jangan dulu makan makanan yang berat apalagi junk food, kalo bisa bubur atau sop sama yang mengandung banyak nutrisi pokoknya. Lo orangnya sok sibuk tapi malea minum vitamin, jadinya begini, nih!"

Jean menatap datar seorang Matthew --yang sejak kedatangannya ke rumah ini, tidak berhenti mengoceh layaknya seorang bayi baru bisa bicara dan banyak bertanya. Awalnya Jean senang ketika Matthew datang membawa sekantung besar buah pear kesukaannya serta sekotak cokelat, tapi sekarang dia menyesal agaknya karena tidak langsung mengusir pria cerewet itu. Mulut Matthew tidak lebih dari mulut seorang ibu-ibu.

Lihatlah betapa hebohnya pria itu itu! Dia sedang sibuk menyapu kamar Jean, karena katanya banyak debu dan akan semakin membuat kondisi Jean memburuk. Kalau dipikir-pikir, mau-mauan sekali Matthew merepotkan dirinya demi menyapu kamar orang, ya?

"Kebersihan itu sangat penting. Lo anak gadis apaan kamarnya ngebul begini, sih? Astaga!" Lagi-lagi Matthew mengeluh membuat Jean mau tak mau melayangkan tatapan tajam padanya.

"Kamar gue gak sekotor itu dan karena gue sakit jadi belum ada waktu buat beresin. Lagian gak ada debu membandel dikamar ini, emang lo nya aja yang heboh kayak emak-emak mau melahirkan!" Balasnya diakhiri dengan batuk karena bicara tanpa jeda.

Matthew seketika menghentikan aktivitasnya lalu berkacak pinggang, kepalanya menggeleng-geleng. "Udah gak usah ngoceh, deh! Suara lo lagi gak enak didenger pokoknya. Kayak cowok baru puber," celetuknya dan langsung mendapat lemparan bantal tepat diwajah.

"Gue sumpahin besok lo ketularan, ya!"

"Heh, mulutnya anak gadis!"

Perempuan itu merotasikan bola matanya malas lalu memilih bangkit dan menyingkap gorden kamarnya hingga semakin terbuka lebar, Jean membuka jendela --berdiri disana untuk menghirup aroma udara yang sudah beberapa hari ini tak sempat ia nikmati karena hanya terbaring diatas ranjang, akibat sakit. Jean sudah sangat rindu dengan suasana diluar sana dan ingin segera beraktivitas seperti biasa.

Matthew yang menatap punggung Jean dari belakang pun mengulas senyumannya. Pria itu meletakan sapu bekasnya ke sudut ruangan, menghampiri Jean dan bersandar pada dipan. Kini, matanya menatap jelas setiap lekukan wajah Jean yang terlihat pucat.

"Kemarin gue liat ada cowok dirumah lo. Itu mantan pacar lo, 'kan?" Mendengar pertanyaan dari mulut Matthew barusan, Jean mau tak mau mengangkat pandangannya hingga bersitubruk dengan nayanika Matthew.

"Hng?"

"Ah! Apa jangan-jangan dia masih jadi pacar lo?" Gadis itu berdecak.

"Kalo lo kesini kenapa lo gak masuk?" Pertanyaan tersebut jelas bukan jawaban yang Matthew inginkan dan sangat jauh dari topik mereka.

"Karena gue pikir lo udah cukup dengan adanya cowok lo, jadi ngapain gue masuk?"

Oh, jangan bilang kalau Matthew sedang cemburu sekarang? Jean bukannya mau kegeeran apalagi terbawa perasaan, tapi nada bicara Matthew terdengar jelas sekali seperti orang yang sedang tersinggung.

Jean menghembuskan napasnya dengan kasar. "Tapi nyatanya apa yang lo lihat gak selalu sesuai dengan kejadian didalamnya. Lo mana bisa nebak gitu aja kalo lo sendiri gak masuk dan mastiin sendiri kemarin," kelakarnya diakhiri dengan tawa pelan, berusaha untuk mencairkan sedikit suasana yang mulai terasa tak enak.

Matthew menengadahkan kepalanya, memandangi plafon kamar Jean yang seluruhnya berwarna putih polos. Bersih tanpa ada noda sampai akhirnya seekor cicak muncul hingga membuat pria itu berdecih.

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang