****
Jean rasanya mau gila. Kepalanya mendadak blank seperti laptop yang terserang virus, tidak jauh berbeda dengan Jean yang juga baru saja terkena virus tidak waras dari Matthew.
Demi apapun Jean tidak pernah menyangka kalau hal ini akan terjadi kepadanya. Seumur hidupnya, ini adalah kali pertama ia dicium --atau berciuman-- oleh pria yang berstatus sebagai temannya. Dan konyolnya, alih-alih mendorong atau menolak, Jean malah terdiam seperti orang bodoh dan sibuk mencerna apa yang baru saja terjadi lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun --ia bisa marah dan merasa berhak melakukan itu karena Matthew menciumnya tanpa izin.Dasar bodoh! Dengan lo gak menghindar itu sama lo kasih dia izin buat cium lo. Kalo gini apa bedanya lo sama Gama! Rutuknya dalam hati lalu mengerang seraya memukul-mukul bibirnya sendiri.
Kini, dibibir itu bukan hanya ada bekas ciuman Gama saja, tetapi juga Matthew. "Astaga, murahan banget lo, Jeanna!" Dumalnya, tidak tahan lagi rasanya Jean tidak punya muka sekarang.
Setelah semua ini, bagaimana caranya dia bisa berani berhadapan dengan Matthew? Membayangkannya saja Jean tidak berani dan ingin sekali memindahkan wajahnya ke pantat, kalau bisa.
Saking sibuknya merutuki diri sendiri, Jean sampai tidak sadar kalau dia sudah sampai ke rumah dan mengabaikan beberapa pasang mata yang melihatnya. Jean baru sadar saat dia berpapasan dengan Mahes yang muncul dari arah dapur sambil membawa nampan berisi potongan kue, melihat adiknya yang tumben sekali mau diperbabukan, sontak saja Jean memandangnya dengan penuh ejekan.
"Ciee, abis nyebur dimana, nih? Tumbenan amat mau disuruh-suruh didapur?" Oloknya seraya menunjuk-nunjuk Mahes, hal tersebut membuat Mahes merotasikan bola matanya.
"Liat, tuh, diruang tamu ada siapa?"
Jean mengernyit. Detik berikutnya dia menolehkan kepala dan ekspresinya berubah drastis dari sebelumnya ketika mendapati sosok sang ayah yang entah sejak kapan berada dirumahnya.
Mau apa lagi? Pikirnya.
"Jean, sini dulu, Nak!" Melihat Ayah melambai kearahnya, mau tak mau Jean menghampiri mereka sambil menghela napas.
Sudah lama sejak terakhir kali Jean bertemu dengan papanya, Jean bisa menyadari perubahan fisik paruh baya itu. Terlihat jelas pipinya tirus dan kantung mata yang menggelap, bahkan Jean melihat rambut papanya sebagian menunjukan uban. Secepat itukah semua perubahan terjadi? Padahal saat direstoran, Jean masih ingat kalau papanya terlihat masih segar dan tampan diusianya yang sudah kepala lima.
Alhasil Jean memandangi papanya dari atas hingga bawah lalu menggelengkan kepalanya. Kini, melihat orang itu sudah tidak sesakit awal-awal. Jean mungkin sudah terbiasa dan mulai pasrah, toh dengan marah-marah pun tidak ada gunanya asalkan mereka tidak mengusik dirinya dan keluarganya. Itu sudah lebih dari cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Senja (TAMAT)
RomanceAntara masa lalu dan masa depan. Siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Highrank! #12 in segitiga 24/03/2023 #5 in segitiga 18/05/2023 #2 in realtionship 28/05/2023 #4 in segitiga 30/05/2023 #1 in relationship 17/06/2023 #1 in segitiga 09/07/2023