Lembayung Senja - 31. Biar Terkadang Semu

4.1K 268 6
                                    

Hari itu menjadi hari yang cukup panjang bagi Jean dan juga Gama, karena setelah melewati begitu banyak ketegangan pada akhirnya Gama tetap berhasil melunakan hati Jean dan perempuan itu mendengar apa yang ingin dia dengarkan.
Lebam yang Gama dapatkan berasal dari seseorang yang turut andil dalam bagian tentang masa lalunya. Seorang pria bernama Theo yang berstatus sebagai sahabat Dea, menyerang Gama dan menuduhnya sebagai tersangka atas perubahan sikap Dea akhir-akhir ini. Well, Jean juga tidak peduli dengan Dea tapi yang dia pikirkan adalah, kenapa orang itu harus menyerang Gama? Bukan salah Gama kalau Dea jadi manusia galau karena cintanya gagal berlabuh, 'kan?

Jujur saja, Dea masih tetap jadi musuh terbesar Jean dari segi apapun.

"Kalo Dea jadi sadgirl gara-gara kamu gak mau balikan sama dia, itu masalah dia, dong. Perasaan kan gak bisa dipaksa!" Nada suara Jean kentara sekali seperti dongkol membuat Gama yang berbaring diatas pangkuannya, tertawa pelan.

"Tapi aku juga sadar kalo sikap aku ada yang salah." Jean berdehem. Ia menundukan kepalanya supaya lebih leluasa memandangi Gama. "Awal aku ketemu lagi sama dia, aku sempet gak mau perpanjang apa yang udah terjadi dulu dan berpikir kita bisa berteman karena gimanapun juga aku sama dia berawal dari teman. Aku cuman gak mau ada dendam, tapi ternyata aku keliru. Dea terbawa perasaan dan karena sikap aku, kamu salah paham. Semuanya berantakan. Aku kayak ada dilingkaran setan. Kemanapun aku melangkah aku tetap akan terbakar. Aku gak nerima Dea karena aku gak cinta sama dia. Aku milih perjuangin kamu yang emang udah ada bayangan masa depan. Aku udah susun semuanya, tata dengan sebaik mungkin, cuman ada kita ... sama anak-anak kita." Gama tertawa malu membuat Jean yang mendengarnya ikut malu.

Dengan cepat perempuan itu mengatur ekspresinya dan menoyor kening Gama. "Ngomong yang bener!"

"Ini juga bener, Je! Emang itu maksud aku. Aku cuman mau jadi temen Dea dan gak lebih!"

"Temen mana ada sampe peluk-peluk dan lebih prioritas!" Bantah Jean sedikit sewot, mulai terpancing emosi.

Gama seketika bangkit dan menatap Jean lekat. Kedua alisnya menukik tajam. "Tapi maksud aku gak gitu, Je ... ayolah, kita baikan masa berantem lagi?" Jean mendelikan matanya.

"Kapan kita baikan?" Kedua bahu Gama merosot seketika, raut wajahnya berubah menjadi sendu.

"Je, kita udah pelukan, cium--"

"Bukan berarti kita baikan, ya!" Perempuan itu melotot, tangannya sudah ancang-ancang siap memukul pria itu kalau Gama kembali bicara melantur. "Aku cuman kasih kesempatan tapi bukan berarti kita langsung baikan gitu aja. Aku masih mau liat gimana usaha kamu!"

Pria itu memanyunkan bibirnya membuat Jean berdecih. Apa-apaan Gama memasang wajah sok imut begitu --meskipun memang lumayan lucu, sih, tapi Jean tidak akan tergugah begitu saja. Menurutnya, Gama masih harus berusaha lebih keras hanya saja bedanya sekarang Jean memberi jalan untuknya, tidak seperti kemarin-kemarin. Sepertinya sedikit bermain-main dengan Gama tidak ada salahnya.

"Buruan lanjutin, tadi ngomong apa?" Gama menghela napasnya lalu tanpa diminta, kembali merebahkan kepalanya ke pangkuan Jean.

"Kalo aku tau semuanya bakal sekacau ini, aku lebih baik bersikap kayak orang asing aja sama dia. Pokoknya, ada banyak hal yang bikin aku nyesel --salah satunya dengan mau tau alasan jelasnya dia ninggalin aku dulu, karena tadinya aku pikir itu akan lebih mudah buat Dea juga ikhlasin semuanya."

"Tapi, semuanya justru makin ribet?"

"He'em. Aku pusing!"

Jean tertawa. Rasanya senang sekali melihat bagaimana lucunya ekspresi Gama sekarang. "Makanya, jadi cowok itu jangan terlalu welcome sama cewek --apalagi mantan. Jadi cowok yang care dan menghargai ke cewek bukan berarti kamu bisa bersikap manis ke mereka. Cukup dengan gak bertindak kasar aja, jangan berlebihan. Bagi kamu mungkin biasa aja, tapi kita gak pernah tau apa yang mereka rasain ke kita. Pandangan aku saat liat kamu sama Dea, sama kayak kamu ngeliat aku sama cowok lain waktu itu. Gimana rasanya?"

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang