Lembayung Senja - 37. Tenang Hati Terbaca

4.3K 322 11
                                    

"Jeanna, tunggu!"

Jean menghentikan langkahnya, membalikan tubuh hanya untuk melihat Dea yang terlihat berjalan cepat ke arahnya. Ia sempat menoleh pada Mahes sejenak sebelum akhirnya menyuruh anak itu untuk pergi lebih dulu, sepertinya Dea ada perlu dengannya sampai lari-lari mengejarnya.

Perempuan berambut sebahu itu berhenti tepat dihadapan Jean, saat diruang rapat tidak ada pembicaraan diantara mereka karena Jean juga fokus membela Alea, membantu Gama yang sudah terlahap oleh api amarah. Ditatapnya dengan pandangan bertanya-tanya perempuan tersebut, menunggu apa yang hendak Dea katakan.

"Dimana Ale?" Pertanyaan tersebut langsung dia lemparkan pada Jean membuat perempuan berambut panjang itu menautkan alisnya. "Aku tanya, dimana Ale?!" Ulangnya dengan lebih ada tekanan. Sorot kekhawatiran terlihat jelas dikedua matanya.

"Dia sama abangnya," jawaban singkat yang sukses membuat Dea menghela napas.

"Dia gakpapa, 'kan?"

Jean terhenyak. Ia tertawa tiba-tiba yang mana hal tersebut membuat Dea mengerutkan keningnya. "Lo bisa liat sendiri kalo kondisi dia jauh dari kata baik-baik aja. Dia syok dan kemungkinan ada trauma. Lo masih nanya dia baik-baik aja?" Dea langsung memalingkan wajahnya. "Lo kerja disini, 'kan? Selama hampir tiap hari lo ketemu sama anak-anak murid lo termasuk Ale, kenapa bisa lo gak tau kalo ada perundungan disekolah ini?"

"Aku ... aku--"

"Lo tau sesering apa Ale banggain lo didepan orang-orang, bahkan dia berani lawan kakaknya demi bela lo. Tapi disaat dia butuh bantuan ketika dia gak berani ungkapin itu sama keluarganya, lo gak tau apa-apa soal Ale? Gue ngerasa nyesel karena Ale idolain orang yang salah," kelakar Jean disertai emosi ketika melihat ekspresi Dea yang seperti tidak tahu apa-apa sekali, bahkan perempuan itu hanya diam ketika rapat berlangsung.

Dea memejamkan matanya beberapa saat sebelum akhirnya membuka kembali mulutnya untuk berbicara. "Aku tau aku salah karena lengah, aku gak pernah nanya apa Ale sedang dalam masalah atau enggak. Aku guru disini tapi aku gak memerhatikan tindakan dan perilaku anak didik aku. Aku minta maaf untuk itu, tapi, Je. Apa gak ada pertimbangan untuk tiga murid lainnya?" Kini giliran Jean yang mengernyit dalam, perempuan itu tak mengerti dengan maksud terakhir Dea barusan.

"Maksud lo?"

"Mereka salah, mereka udah bertindak sangat tidak elok pada Ale, tapi apakah drop out aja gak cukup?" Jean menelengkan kepalanya, semakin tak paham dengan maksud dan tujuan Dea saat ini.

"Bahkan menurut gue kurungan beberapa bulan penjara itu gak akan cukup untuk mereka, apalagi cuman drop out!"

"Tapi mereka meminta maaf dan minta kesempatan. Jean, kita gak bisa pertaruhin masa depan mereka!" Selak Dea, berusaha untuk bernegosiasi mengenai kelangsungan murid-muridnya yang terancam kurungan penjara dan akan memulai persidangan karena bukti yang telah terkumpul serta kuat.

Jean tertawa sumbang, rasanya benar-benar tidak percaya kalau Dea bisa memiliki pikiran seperti itu. Alih-alih mendukung Ale sebagai korban, perempuan itu malah meminta keringanan untuk tersangka? Benar-benar gila!

"Je!"

"Gue gak akan pertaruhin masa depan Alea demi anak-anak beban kayak mereka!" Sentak Jean, berhasil menarik beberapa perhatian hingga mengarah pada adik dan kakak tersebut. "Lo gak punya akal apa gimana? Jelas-jelas Ale dibully, dia dilecehin, dan lo masih kekeuh mau perjuangin masa depan anak-anak itu? Seenggaknya pikirin posisi lo sebagai Ale, apa lo akan terima ketika seseorang yang berusaha hancurin lo masih bisa haha-hihi diluaran sedangkan dia terkurung sama rasa takut!"

Dea menggelengkan kepalanya, matanya tak lepas memandangi Jean yang kembali disulut emosi. "Kamu gak bisa ikut campurkan kasus Ale sama masalah kita berdua, Jean. Kamu gak terima karena kamu pikir kalau semua masalah Ale akan selesai sebagaimana kamu hadapin itu seperti kamu menghadapi masalah kita. Harusnya kamu juga sadar, kalo sikap kamu pun terhadap masalah diri sendiri merugikan banyak pihak!" Kedua tangan Jean terkepal kuat. Pembahasan Dea sekarang sudah keluar dari konteks. "Aku peduli sama Ale dan aku juga sayang sama Ale, aku sangat berterima kasih karena kamu mau perjuangin keadilan dan aku juga sama. Tapi bukan berarti kita menghancurkan masa depan anak-anak itu!"

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang