Sudah dua hari ini Jean hanya bisa berbaring diatas kasurnya karena terserang demam serta flu. Hal tersebut bisa terjadi akibat cuaca serta Jean yang kurang memerhatikan kondisinya dan juga stress. Jean terlalu menganut sistem manusia akan mati jika tidak bekerja keras sampai dia lupa kalau banyak orang yang mati karena terlalu bekerja dengan sangat keras, dan akhirnya ia kena batunya sendiri.
Tidak bisa keluar rumah adalah hal yang paling menyebalkan bagi Jean, sebagai manusia yang aktif dan senang beraktivitas tentu saja sakit seperti ini membuat Jean merasa dirugikan. Dipaksa untuk bergerak pun Jean merasa kesakitan apalagi kalau dia nekad pergi. Seluruh tubuhnya terasa begitu pegal nyaris kebas, kepalanya sangat sakit sampai setitik cahaya pun membuatnya sangat sensitif. Ini kali pertamanya setelah sekian lama Jean terserang penyakit lagi.
Dan yang lebih membuat Jean sebal ialah; sejak kejadian waktu itu antara dirinya dengan Mahes, anak itu menjadi menghindar darinya dan saat berpapasan Mahes akan melayangkan tatapan seolah Jean telah berbuat suatu kesalahan. Jean tidak tahu. Jean pusing dan semua orang memusingkan.
"Tidurnya udah agak lama, mungkin karena habis minum obat juga." Suara yang terdengar samar-samar itu berhasil tertangkap oleh indera pendengaran Jean yang sedang tertidur.
Dahi wanita itu mengernyit dalam saat dan meringis ketika nyeri dikepalanya kembali terasa. Obat yang Jean konsumsi seolah tidak memberikan reaksi apapun.
Ia mengurut keningnya perlahan sampai akhirnya Jean menyadari bahwa didalam ruangan tersebut bukan hanya ada dirinya, tetapi juga ada mama serta seseorang yang tidak Jean duga akan kehadirannya."Sakit lagi kepalanya?" Tatapan Jean mengarah pada sang Ibu yang terlihat cemas.
"Gakpapa, kok, Ma."
Mama menghela napas dan mengusap kepala putri sulungnya dengan lembut. "Kata dokter harus banyak istirahat, jangan mikirin apapun dulu yang berat-berat, ya. Kamu itu banyak pikiran, Jeanna. Jadinya sakit begini." Jean tak menghiraukan lebih jauh celotehan sang ibunda karena yang menjadi fokusnya saat ini adalah seorang pria yang berdiri dibelakang mamanya.
Gama. Sejak kapan pria itu ada disini?
"Mama siapin makan kamu dulu, ya? Mama tinggal dulu." Dengan cepat Jean mencekal lengan Mamanya seraya menatapnya sendu.
"Suruh Mahes kesini, dong, Ma. Aku gak mau sendirian." Mama langsung saja menepuk lengan Jean dan menunjuk Gama.
"Ada Gama. Mahes masih disekolah, pulangnya masih lama. Mama tinggal gak akan lama, kok. Mama titip, ya, Gama!" Gama terlihat tersenyum manis seraya menganggukan kepalanya dengan senang hati, sedangkan Jean sudah menjerit dalam hati.
Dengan teganya mama meninggalkan Jean hanya berdua bersama Gama, membuat suasana terasa lebih mencekam serta dingin yang rasanya membuat tubuh Jean kian menggigil. Tanpa ingin menghiraukan kehadirannya, Jean memilih untuk memejamkan kembali mata --bukan hanya sekadar menghindari perbincangan melainkan karena kepalanya yang semakin berdenyut.
Sentuhan lembut tiba-tiba terasa dikening Jean lalu perlahan berubah menjadi pijatan ringan, tanpa sadar Jean mulai menikmati tekanan tersebut karena membantu meringankan nyeri disana.
"Kamu itu kecapekan, harusnya jangan terlalu memforsir tenaga kamu dan lebih banyak istirahat. Terlebih akhir-akhir ini kamu banyak pikiran," lontar Gama yang suaranya terdengar begitu dekat ditelinga Jean.
Tepat saat kelopak mata Jean terbuka, ia dibuat terkejut ketika mendapati wajah Gama berjarak begitu dekat darinya, sampai detak jantungnya pun terdengar ditelinganya.
Aroma parfum Gama yang menguar menusuk ke dalam indera penciuman Jean, memberi kesan tenang sekaligus rindu setelah begitu lama tak menghirupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembayung Senja (TAMAT)
RomanceAntara masa lalu dan masa depan. Siapakah yang akan menjadi pemenangnya? Highrank! #12 in segitiga 24/03/2023 #5 in segitiga 18/05/2023 #2 in realtionship 28/05/2023 #4 in segitiga 30/05/2023 #1 in relationship 17/06/2023 #1 in segitiga 09/07/2023