Lembayung Senja - 24. Like a Dandelions

4.2K 352 14
                                    

Ini aku publish ulang karena katanya ada yg kepotong.

****

Selama ini, Jean selalu memaksa bahwa ia ingin menjadi pemeran utama dalam kehidupan Gama. Melakukan berbagai cara agar dia dan Gama bisa menjadi sepasang kekasih yang paling bahagia dihadapan banyak orang tanpa peduli apakah senyuman yang harus mereka tampilkan itu palsu. Jean sangat egois dan yang paling utama adalah ia bisa bersama Gama apapun keadaannya, hingga akhirnya Jean tersadar bahwa sampai kapanpun dirinya tidak akan bisa menjadi pemeran utama dalam kehidupan seseorang.

Setiap manusia adalah pemeran utama bagi kehidupan mereka masing-masing dan Jean telah serakah dengan ingin menjadi keduanya sekaligus. Ia pernah menjadi buta akibat cinta dan hal tersebut akhirnya menyakiti dirinya sendiri, padahal Jean tahu bahwa mamanya terluka oleh cinta yang teramat dalam. Hal tersebut seharusnya sudah menjadi contoh untuk Jean agar tak mengulangi kesalahan yang sama.

Terus menjadi perempuan mandiri dan juga tangguh, itu yang selalu mamanya katakan tapi kenyataannya Jean justru lengah. Ia teramat ingin dicintai dan dianggap berharga oleh orang lain selain keluarganya, namun yang Jean dapatkan justru kebalikannya.

Jean menginginkan sebuah kehidupan yang baik dan bahagia, dan untuk itu ia harus melepaskan diri dari semua yang menyakitinya --termasuk cintanya pada Gama. Sudah waktunya Jean untuk membuka hati, mempersilahkan pria itu keluar dari sana lalu membersihkan sisa percikan didalam agar saat seseorang baru yang lebih layak masuk, tempatnya telah bersih. Hanya itu prioritas Jean sekarang.

"Sesuatu yang menyakitkan itu kebanyakan berasal dari hal-hal yang manis." Ia menolehkan kepalanya pada seorang lelaki yang baru saja bersuara. "Sakit hati bisa terjadi karena termakan omongan manis terlalu banyak, dan sakit gigi karena makan kue coklat kebanyakan," lanjutnya diakhiri ringisan kecil membuat Jean berdecak.

"Kayak lo! Abis berapa kue, sih, sampai pipi lo segede balon gitu?"

Matthew melayangkan tatapan sengitnya pada Jean yang dengan sialannya menanyakan hal sensitif tersebut. Pasalnya, sejak dua hari lalu Matthew menderita nyeri digiginya akibat dua kotak brownies yang ia nikmati dan apesnya membuat giginya yang bolong langsung melayangkan protes. Kini sebagian wajahnya nampak tak simetris akibat pipi yang membengkak besar dibagian kanan --salah satu alasan Matthew tak keluar dari rumah selama dua hari ini. Lalu siang ini Jean datang ke rumahnya dan membawakan dua kotak kukis coklat. Sepertinya perempuan itu ingin membunuhnya.

"Jangan salahin gue. Salahin browniesnya kenapa mengandung banyak gula dan coklat. Coba lo bayangin? Berapa banyak anak-anak yang menjadi korban dan giginya sakit kayak gue?" Matthew memekik keras saat Jean dengan kurang ajar menempeleng pipinya --tepat dibagian gigi yang sakit.

"Ngaco! Lo yang salah karena makan coklat kebanyakan, lagian bukan brownies namanya kalo gak manis. Gak usah kayak anak kecil, deh!" Omel gadis itu seraya terus memerhatikan Matthew yang kini mengaduh kesakitan memegangi pipinya.

Jean tidak pernah menyangka, kalau pria yang pernah dianggap sebagai orang jahat ternyata bisa menjadi teman baik serta nyaman diajak bercerita. Bahkan Matthew juga menjadi teman bermain menyenangkan bagi Mahes, adiknya. Mereka hanya membutuhkan waktu kurang dari tiga bulan untuk bisa saling akrab hingga akhirnya menjadi teman.

"Ya Tuhan, Jeanna ... lo emang bener-bener jahat. Sakit banget, anjir!" Mata Matthew sampai berair dan hal tersebut membuat Jean tertawa renyah melihatnya.

Badan saja besar dan kekar, sakit gigi saja menangis! Apa lagi sakit hati?

"Sakit, ya? Adudu, kacian banget, cih. Coba sini Tante liat?" Jean menarik wajah Matthew hingga menoleh ke arahnya.

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang