Lembayung Senja - 30. Belai Indah Matamu

4.6K 302 7
                                    

Setelah sekian lama Jean tidak merasakan kekhawatiran seperti ini, tapi hari ini --lebih tapatnya setelah pertengkarannya bersama Gama tempo hari-- mendadak saja Jean tidak bisa tidur nyenyak dan overthinking seperti sebelum-sebelumnya. Perasaan yang paling Jean benci karena membuatnya tak leluasa melakukan apapun dengan benar. Yang membuat Jean sebal adalah kenapa Gama harus bersikap seperti itu? Marah-marah, menuding seolah Jean-lah penjahatnya. Asal Gama tahu saja, Jean juga berat harus mengakhiri hubungan mereka tapi apalagi yang harus Jean lakukan?

Dia tidak mau membuat suasana semakin kacau dengan Gama yang menambah pergulatan batinnya. Dan kalaupun memang Gama ingin balikan dengan Dea, silahkan saja ... Jean paling hanya akan sedikit menangis dan ngamuk saja.

Benar juga, ya. Apa Jean akan sebaik-baik bayangannya kalau Gama benar-benar balikan dengan Dea? Baru membayangkannya saja hati Jean sudah berontak.

"Aish, nyusahin emang! Udah putus aja masih juga nyusahin perasaan!" Dumal Jean seraya bangkit dan menyambar kunci mobil serta jaket denimnya.

Kondisi kesehatan Jean sudah jauh lebih baik dari sebelumnya --kalau memang seniat itu untuk dipaksakan keluar, tapi rasanya percuma juga kalau Jean hanya diam dikamar seperti tumpukan baju. Bukannya lebih baik malah nanti makin kusut.

Sudah dua hari Gama tidak menunjukan batang hidungnya didepan Jean, terakhir kali muncul Gama babak belur dan Jean takut kalau pria itu menenggak racun tikus diapartementnya akibat frustasi. Ya, tidak ada yang mustahil, 'kan?

Setelah memarkirkan kendaraannya dibasement, Jean langsung menaiki lift yang akan membawanya ke lantai dimana unit apartement Gama berada. Gadis itu menahan napasnya sejenak sebelum akhirnya mengaturnya dengan normal kembali. Jean akan memastikannya sebentar lalu pulang kalau-kalau Gama baik-baik saja atau sedang tidak ada, atau Jean akan menelepon polisi jika memang Gama terkapar dengan mulut berbusa --baik, itu imajinasi Jean terlalu berlebihan yang satu itu.

Langkahnya terhenti tepat didepan pintu unit apartement Gama, pandangannya menyorot ragu pada pintu dan perlahan tangannya terangkat lalu menekan setiap angka kode untuk membuka pintu apartement, dengan harapan Gama belum menggantinya.

Pintu perlahan terbuka hingga Jean bisa menghela napas lega, dia melongokan kepalanya ke bagian yang terbuka, ruangan tampak gelap gulita seperti tidak ada kehidupan didalam sana. Apa Gama tidak ada? Pikirnya.

"Excuse me?" Panggilnya dengan suara pelan. Melihat suasana apartement yang gelap dan dingin membuat nyali Jean menciut seketika.

Kekhawatirannya melonjak drastis saat matanya menangkap seseorang terkapar diatas lantai. Jantung Jean berdegup dua kali lebih cepat dari biasanya, suhu tubuhnya ikut memanas meski suhu ruangan sangat dingin.

"Gama, kamu gak bener-bener mati, 'kan?" Kali ini Jean benar-benar bertanya, pada sosok yang masih terkapar dikegelapan. Demi apapun Jean ketakutan setengah mati, sedangkan kakinya terus memaksa untuk mendekat sampai akhirnya ia berhenti tepat didepan tubuh tersebut.

"Gak-gak! Jean, ayo sadar! Come on, penakut itu bukan lo banget. Tenang, oke? Sekarang kita nyalain lampunya dulu. Iya, gakpapa!" Gadis itu berjalan hati-hati mencari saklar lampu yang mendadak Jean lupa letaknya akibat terlalu cemas.

"Gakpapa, Jean ... Gama gakpapa!" Dengan suara yang gemetar Jean terus meraba-raba dinding sampai tak terasa air matanya merembes begitu saja, disusul oleh isakan yang tertahan.

Pikiran Jean sudah kalut sampai akhirnya dia menekan saklar secepat mungkin membuat apartement terang. Ruang tengah berukuran minimalis tersebut terlihat sangat berantakan, Jean yang masih tersedu berbalik hendak menghampiri Gama kembali sebelum dia dikejutkan oleh kehadiran pria bertubuh tinggi yang berdiri menjulang dihadapannya sampai Jean memekik keras.

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang