Lembayung Senja - 20. Something s Wrong

4.6K 362 8
                                    

"Dea punya kakak. Usianya gak beda jauh sama Dea, jadi Dea gak sendirian." Gadis cantik berambut coklat alami itu terlihat tersenyum sangat manis setelah mendengar pernyataan mamanya.

Wanita dewasa itu mengelus surai halus anaknya dengan lembut. "Kalau nanti kalian bertemu, Dea jangan lupa minta maaf sama kakak, ya?" Suaranya yang nyaris parau membuat kening si kecil berkerut.

"Kenapa minta maaf, Mama? Nanti kita akan main bareng kalau ketemu. Dea seneng karena punya kakak." Mama menarik setiap sudut bibirnya membentuk simpul manis.

"Bukan karena kesalahan Dea, tapi atas kesalahan Mama."

"Mama buat kakak sedih? Kenapa? Katanya kita gak boleh buat orang lain sedih?" Kekehan pelan lolos dari bibir kering Mama, mendengar putrinya mengatakan kalimat demikian membuatnya menyadari bahwa kini anaknya telah tumbuh menjadi anak yang pintar.

Tanpa bisa berkilah ia menganggukan kepalanya. "Iya, Mama udah buat kakak sedih. Mama nakal dan Dea harus minta maaf sama kakak, ya?"

"Kenapa gak Mama aja yang minta maaf?"

"Karena kakak masih marah sama Mama, Sayang. Kakak belum bisa maafin Mama untuk sekarang. Disaat kalian sudah dewasa, kalian akan mengerti dan paham atas apa yang terjadi untuk semuanya. Dea harus jadi adik yang baik untuk kakak, ya?" Dea kecil kembali menarik senyumannya lebarnya lalu menganggukan kepala dengan mantap.

"Dea janji akan jadi adik yang baik!"

Bertahun-tahun Dea berusaha untuk memahami apa yang dimaksud oleh mamanya, bahkan setelah beliau meninggal --Dea masih bertanya mengapa dia harus meminta maaf kepada sosok kakak yang selama ini dia dan papanya cari.

Saat berada di Singapura, Dea diberi tahu sebelum operasi bahwa mereka akan mencari kakak Dea dan membawanya untuk hidup bersama mereka. Kalimat itu berhasil membuat ketakutan dalam diri Dea lenyap dan berganti dengan semangat sampai akhirnya Dea bertekad ingin sembuh agar bisa bertemu dengan kakaknya.

Dea tidak pernah tahu seperti apa rupa kakaknya --kecuali saat kecil dimana Dea menyimpan foto itu dengan baik dilemarinya. Dea hanya tahu kalau kakaknya itu bernama Jeanna, sebuah nama yang serupa dengan namanya. Papa bilang kalau dua nama itu berarti beriringan dan juga kedamaian. Deanna Arunika dan Jeana Senjara, kedamaian yang diiringi oleh sinar senja menenangkan. Sebagai harapan bahwa mereka berdua bisa menjadi saudara yang selalu rukun dan bahagia.

Tapi nyatanya mereka tidak seperti itu. Ketika Dea tahu bahwa Jean adalah kakaknya, akal sehatnya seolah menolak untuk menerima fakta tersebut dan meyakinkan sang papa untuk tidak becanda. Bahkan Dea tidak pernah sekalipun curiga jika Jean adalah kakak yang selama ini dirinha cari. Mereka berdua seperti dua kutub magnet yang saling menolak satu sama lain, tidak ada kedamaian maupun kerukunan bagi mereka berdua terutama Jean yang sedari awal tak menyukai eksistensinya didekat Gama.

"Dulu, Papa menikah dengan mama Jean meski menentang restu kakek dan nenek kamu. Papa cinta setengah mati pada mama Jean dan berpikir bahwa kita bisa hidup damai dalam sebuah keluarga kecil yang kita bangun. Sayangnya, kakekmu gak semulia itu untuk merelakan anak yang sudah mengkhianati kepercayaannya untuk hidup bahagia. Kakek mematikan usaha Papa, semua perusahaan yang Papa kirimkan lamaran beliau suruh tolak dan nama Papa diblacklist sehingga Papa gak punya penghasilan. Kehidupan sehari-hari kami sangat sulit sampai akhirnya mama Jean mengajak Papa untuk berusaha bangkit kembali. Bukan yang mudah memulai sebuah usaha dari titik nol, dimana saat itu mamanya Jean hamil dan kami membutuhkan uang besar untuk persalinan serta mengurus anak. Sampai akhirnya Papa ketemu sama mama kamu." Dea menarik senyuman miris, dia tahu apa akhir dari cerita yang saat ini dirinya dengar.

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang