Lembayung Senja - 22. Usaha Mencari Jalan Damai

4.4K 399 16
                                    

Yang paling menyedihkan setelah putus adalah saat seseorang harus melangkahkan kakinya kembali setelah dirasa tak berhenti pada tempat yang seharusnya. Terus berjalan seperti sediakala karena tahu dunia tidak akan ikut terhenti hanya ketika sepasang anak manusia memutuskan ikatan cinta mereka. Tidak ada yang akan peduli sekalipun kamu jatuh terseok hingga berlumuran darah, orang hanya ingin melihat versi terbaik dari dirimu. Maka yang Jean lakukan adalah berusaha untuk selalu menunjukan betapa kuatnya dirinya karena orang-orang tahu Jean si penyebar kebahagiaan serta riang, Jean akan tetap menjadi seperti itu meski hanya kepalsuan.

Melatih diri sendiri setelah mengajari anak-anak kini sudah menjadi list keseharian Jean. Wanita itu selalu berusaha untuk menyibukan dirinya sendiri sebagai salah satu cara untuk membuatnya melupakan masalah yang akhir-akhir menghantuinya tanpa henti sampai membuatnya tak bisa tertidur dengan nyenyak. Selain itu, terror pesan yang Jean dapatkan dari papanya juga sangat mengganggu --meskipun niatnya baik namun Jean tidak sebaik hati itu ingin menyelesaikan semuanya begitu saja.

Jean berpikir, untuk apa papanya harus kembali jika sudah memiliki kehidupan yang baru? Disaat dulu dia mengangkatkan kaki untuk hilang dari kehidupannya, maka dia sudah menerima resiko untuk kehilangan dirinya. Lalu sekarang dia datang dan ingin merenggut segalanya? Kenapa papanya serakah sekali? Pikirnya.

gerakan memutar tubuh Jean seketika terhenti saat matanya tanpa sengaja menangkap eksistensi seseorang --yang tidak pernah ia harapkan kehadirannya. Kedua lengannya turun dengan kedua bahu menegak saat orang itu terlihat melangkah mendekati areanya membuat radar peringatan Jean menyala seketika.

Akhirnya kedua manusia dengan gender serupa tersebut saling berdiri berhadapan seraya menatap satu sama lain. Sebelah alis Jean terangkat kala Deanna --wanita yang dengan sukarela datang menemuinya tanpa undangan, menyerahkan sebuah amplop putih yang warnanya sedikit kemuning, mungkin termakan oleh waktu.

"Kasih aku kesempatan untuk bicara, maka terserah kamu akan berbuat apa selanjutnya," ucap Dea tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun dari Jean.

Dengan susah payah Jean meniatkan dirinya dan mengambil amplop tersebut lalu menunggu apa yang ingin Dea katakan. Semoga bukan omong kosong yang akan membuat Jean kian muak pada perempuan itu.

Untuk sejenak Dea menelan salivanya yang mendadak terasa begitu pahit. Seolah memang sudah takdir, Dea selalu merasa tak punya nyali setiap kali berhadapan dengan Jean. Aura mengintimidasi saudaranya itu begitu kuat sehingga siapapun pasti akan segan saat berhadapan dengannya. Seolah menjelaskan bahwa Dea tak lebih dari seorang anak yang mama yang hanya bisa merengek karena dimanja sejak lahir, sedangkan Jean dibentuk untuk kokoh serta tangguh. Jelas sekali perbedaan mereka.

Tapi untuk kali ini Dea memohon pada dirinya sendiri, dia harus menjadi sosok yang kuat demi menyatukan segala kerusakan sejak bertahun-tahun silam dan dibuat oleh orang tuanya --orang tua mereka.

"Disini, aku akan bicara sebagai saudara kamu. Aku tau sakit hati yang kamu rasain selama puluhan tahun ini gak akan bisa disembuhin begitu aja, tapi seenggaknya aku mau kamu tau satu hal ... kalau papa sayang sama kamu. Papa emang salah dan mama akupun jauh lebih salah atas apa yang dia perbuat, aku gak bisa membenarkan perbuatan mereka karena telah menghancurkan kehidupan seorang anak yang gak bersalah. Papa salah karena udah ninggalin kamu, tapi papa gak pernah berhenti menafkahi kamu melalui orang tua kamu sekarang, papa gak pernah melupakan kamu selama ini dan asal kamu tau ... papa jauh lebih mencintai kamu dan mama kamu hingga detik ini daripada kami." Kedua tangan Jean mengepal dengan kuat hingga membuat amplop dalam genggamannya ikut mengusut. Begitupula dengan Dea yang sudah merasa tak karuan.

"Jeanna, aku selalu mencari kamu. Bahkan disaat aku berada dalam diambang batasan antara hidup dan mati, tujuan aku ingin bertahan adalah agar aku bisa ketemu kamu. Seorang kakak hebat yang selalu mama aku ceritakan. Papa dan mama aku emang salah, tapi apa kita bisa ... menganggap hubungan ikatan darah kita bukan kesalahan?" Suara Dea mulai bergetar, bola matanya nampak memerah serta mengeluarkan buliran bening yang membentuk benteng rapuh.

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang