Lembayung Senja - 13. Duka Dimasa Lalu

3.8K 314 7
                                    

Gama hanya bisa menghembuskan napasnya dengan kasar ketika lagi-lagi pesannya diabaikan oleh Jean, perempuan itu hanya membaca tanpa berniat untuk membalas seolah ingin mengatakan bahwa dia masih marah perihal kejadian beberapa waktu lalu. Ini pertama kalinya Jean marah untuk waktu lama sampai benar-benar mengabaikan dirinya. Gama yang biasa mengetik pesan pendekpun sengaja menjelaskan rinci secara panjang tapi Jean hanya melihatnya saja, apalagi pesan suaranya yang tidak dibuka sama sekali.

Alhasil, Gama yang sudah letih karena pekerjaan semakin lemas rasanya. Dia membiarkan Jean pergi untuk memberikan perempuan itu waktu untuk menenangkan diri sehingga saat emosinya mereda maka mereka akan membicarakan semuanya dengan sejelas-jelasnya, tapi ternyata kemarahan Jean semakin berkepanjangan dan membuat Gama merasa sedikit takut. Pagi tadi Gama pergi ke tempat latihan Jean tapi perempuan itu tidak datang kesana sudah lama, tempat mengajarnyapun kosong. Sepertinya Gama memang harus menyusul Jean ke rumahnya langsung. Pria itu termenung seketika disertai kening yang mengerut dalam.

"Mau berapa lama lagi kamu ngebuat aku kayak orang bodoh yang gak tau apa-apa, ha? Sampai kapan aku harus nunggu kamu jujur sama aku kalau cewek yang namanya Dea itu bukan teman kamu, tapi mantan pacar kamu."

"Apa? Kamu pikir aku gak tau siapa dia, ha? Setelah aku liat foto kalian yang masih terpajang di kamar kamu dan Ale yang bilang kalau kamu belum bisa move on dari dia ... kamu masih bisa bersikap gak merasa bersalah karena udah sembunyiin semuanya dari aku?"

"Kamu tau apa yang paling ngebuat aku sedih, Gama? Disaat seseorang perlakukan aku seolah aku ini gak berguna dan gak dapat dipercaya. Dan kamu, orang yang paling aku percayai justru memerlakukan aku seperti itu."

"Dalam sebuah hubungan, keterbukaan satu sama lain itu penting. Selama ini aku selalu ceritain semuanya sama kamu, entah itu kesenangan atau kesedihan aku. Tapi aku sadar, kalau kamu gak pernah ceritain aku kesulitan kamu sekalipun hanya masalah kantor. Dan itu menunjukan kalau kamu gak sepercaya itu sama aku ... selama dua tahun ini."

Gama mengusap wajahnya gusar, ia lantas berdiri dan melangkah ke balkon dan sengaja menutup pintu ruangan tersebut sebelum akhirnya merogoh sesuatu dari saku celananya.
Sebatang rokok berhasil dia nyalakan dan perlahan sesap penuh dengan kenikmatan, membiarkan asap dari barang tersebut meresap lalu keluarkan melalui mulut dan hidung. Disaat seperti ini, merokok adalah salah satu cara ampuh guna menyingkirkan kejengahan yang Gama rasakan.

Meskipun dia bukanlah perokok aktif dan hanya sesekali ketika dibutuhkan saja karena Jean tidak menyukainya ketika menggunakan barang itu. Dengan cerewet khasnya, Jean akan mengomel dan mengatakan kalau rokok tidak baik untuk kesehatan sampai membawa-bawa kasus kematian akibat asap rokok.

Mengingat momen perhatian Jean terhadapnya -yang kalau dipikir Gama jarang memberi perhatian terhadap hal kecil pada Jean, senyuman pria itu melengkung. Baru beberapa hari Jean mengabaikannya tapi Gama sudah rindu setengah mati.

Gama akui bahwa dirinya bersalah karena selama ini tidak pernah membiarkan Jean mengetahui semua masalah yang ia miliki, karena bagi Gama -Jean tidak perlu tahu kesulitannya dan hanya fokus dengan kebahagiaan mereka. Gama tidak mau membuat Jean ikut merasakan kesulitan hanya karena memikirkan masalah dirinya, Gama merasa bahwa biar masalahnya hanya tanggung jawab dirinya begitupula dengan kebahagiaan Jean, sama seperti yang dia lakukam terhadap Dea dulu.

Ia tidak pernah membiarkan Dea kesulitan dengan memikirkan masalahnya pun Gama yang lebih memilih untuk memendam dan saat bertemu mereka hanya akan bahagia serta saling menumpahkan kasih sayang satu sama lain. Itu saja cukup menurutnya.

Tapi ternyata Jean berbeda. Mendapatkan kebahagiaan saja tidak cukup baginya tetapi Jean juga menginginkan Gama untuk berbagi dukanya, masalahnya, dan semua yang mengganggu Gama. Jean ingin Gama menceritakan harinya yang menyebalkan bukan hanya Jean yang selalu mengeluh padanya. Iya, dia akui itu salah besar. Tapi jika Jean menganggap bahwa Gama tidak mempercayainya apalagi sampai tidak mencintainya, itu salah.

Lembayung Senja (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang