"SAYA MINTA SEMUA GURU YANG BERPARTISIPASI DALAM ACARA SEKOLAH KEMARIN, SILAKAN MAJU KE DEPAN."
Bagai petir di siang bolong. Tanpa pemberitahuan apapun sebelumnya, sang pemilik sekolah memberi perintah untuk mengumpulkan seluruh warga sekolah di lapangan.
Pagi tadi, Pak Azaela tiba-tiba turun dari mobilnya dengan wajah penuh amarah. Ia langsung berjalan lurus menuju ruang kepala sekolah dan memberikan pengumuman melalui microphone sekolah. Bahkan para guru yang menyapa pun tidak ia hiraukan.
Guru-guru saling berpandangan. Mereka merasakan firasat buruk pagi ini. Bagaimana tidak? Sang kepala sekolah saat ini berdiri dengan penuh amarah di depan lapangan.
Sementara di ujung sana Alvian terlihat gelisah. Kali ini apa yang akan dilakukan papanya? Diam-diam ia mengutuk Rafael yang berani-beraninya kabur dari rumah dengan kondisi baru tersadar dari koma.
Saat Alvian sampai di sekolah tadi pagi, ia langsung berlari menuju kelas adiknya. Tetapi ia tidak menemukan siapapun disana. Lalu ia bertanya kepada Raka dan Radit, mereka bilang Rafael ada di rooftop. Namun saat Alvian menyusulnya, Rafael tidak ada disana.
Alvian tadinya ingin bertanya pada Rachel, tetapi ia juga tidak menemukan gadis itu dimanapun. Membuat dirinya sangat frustasi. Saat ia mencoba menelpon adiknya pun tidak ada jawaban.
Perlahan, para guru berjalan ke depan. Mereka sudah pasrah dengan nasibnya di pagi ini. Mereka menyadari bahwa saat ini Pak Azaela memang sedang marah besar. Dan mereka semua tahu persis apa penyebab nya.
Murid-murid pun sama tegangnya saat melihat Pak Azaela. Mereka menatap sosok lelaki di hadapan mereka sudah bukan lagi sebagai kepala sekolah. Tapi sebagai papa Rafael.
Berkat insiden kemarin, semua murid menjadi tahu bahwa Rafael sebetulnya adalah anak dari pemilik sekolah. Sebagian besar siswi banyak yang berdecak kagum tentang bagaimana Rafael menyembunyikan identitasnya. Namun ada juga siswa yang merasa seperti dunianya akan kiamat mengetahui fakta tersebut.
Seperti Bryan.
Setelah insiden kemarin, ia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kejadian saat ia mencelakai Rafael terus terbayang dalam benaknya. Bryan berani bersumpah saat itu dirinya hanya ingin memberikan sedikit pelajaran pada Rafael karena kedekatannya dengan Rachel. Tetapi Bryan merutuki kebodohannya sendiri saat tidak menyadari bahwa Rafael sedang dalam kondisi yang tidak baik.
Dan melihat fakta bahwa saat ini Pak Azaela alias Papa Rafael sedang berdiri di depan sana dengan penuh amarah, membuat dirinya dibanjiri keringat dingin.
"Saya akan memberikan surat peringatan kepada para guru yang berpartisipasi dalam acara sekolah kemarin. Bukan tanpa sebab, karena kalian telah lalai menjaga anak murid."
Mendengar penuturan tersebut sontak para guru terperanjat kaget sekaligus lega. Mereka pikir mereka akan langsung dipecat.
Kemudian Pak Azalea kembali melanjutkan ucapannya. "Keputusan saya dapat berubah sewaktu-waktu. Bisa saja saya akan langsung memecat kalian semua. Terlebih yang mengalami insiden itu adalah anak saya. Anak kandung saya."
Alvian membelalakkan mata tak percaya mendengar penuturan papanya. Mengapa papanya jadi membongkar semua yang selama ini dirahasiakan?
"Tetapi saya akan tetap bersikap profesional. Saya tak mau kalian semua menganggap saya terlalu berlebihan walaupun saya sebenarnya sangat marah." Para guru langsung menunduk. Tak berani bertatapan langsung dengan wajah penuh amarah milik pak Azaela.
"Saya akan terus memantau kalian sekaligus memantau kondisi anak saya. Jika sampai terjadi apa-apa pada anak saya, kalian sudah tahu kan apa yang akan saya lakukan?" Pak Azaela mengedarkan tatapan tajam kepada semua orang yang berada di lapangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Vs Anak Mami
Teen Fiction"Lo nurut, atau gue cium?" "Hah?" Cowok itu tidak paham. Mengapa di dunia ini ada cewek se-berani itu. Gadis itu semakin memajukan wajahnya. Membuat cowok itu mengerjap. "Lo ngapain deket-deket? Mundur sana. Atau Gue aduin ke Mami gue." "Ck, dasa...