17. Katak Pembawa Masalah

1.9K 128 1
                                    

Krrrriiinnngggg.....

Bel masuk pun berbunyi, membuat seluruh siswa maupun siswi berhamburan menuju kelas masing-masing karena takut dimarahi oleh guru piket jika berkeliaran disaat jam pelajaran.

"Selamat siang anak-anak..." sapa sang guru Biologi pada seluruh penghuni kelas 11 IPA 2.

"Siang bu..." jawab mereka serempak.

"Nah anak-anak, sekarang kita akan menuju laboratorium untuk mempelajari organ bagian dalam pada katak." Jelasnya yang membuat seluruh murid terbelalak.

Semua murid kaget bukan main, mendengar penuturan yang baru disampaikan oleh sang guru Biologi. Itu berarti mereka harus membelah dan membedah seekor katak.

"Bu, emm... kita kan gak bawa barang percobaannya." Rafael berusaha mengelak, karena semua murid tahu dialah yang paling penakut dan gampang jijik. Maklumlah, namanya juga anak Mami.

"Kamu tenang saja Rafael, ibu sudah persiapkan semua keperluannya di lab, termasuk bahan percobaannya." Jelas Bu Ike dengan santai.

"Hah? Ma-maksud ibu, kataknya udah ada di lab?" Tanyanya lagi yang dibalas anggukan oleh bu Ike.

"Tapi bu, saya kan gak bisa bedah katak. Nanti kalau kataknya mati gimana?" Elaknya lagi.

"Ya tidak apa-apa, namanya juga belajar kan?" Jawab Bu Ike lagi dengan santai, karena ia tahu muridnya yang satu ini sedang mencari alasan.

"Emm, kan kasian bu kalau kataknya mati. Nanti kalau keluarganya sedih gimana?" Ucapnya lagi yang membuat seluruh murid di kelas tersebut tertawa. Sedangkan Bu Ike menggelengkan kepalanya.

"Kamu ini ada-ada saja. Mana mungkin kalau ada seekor katak mati terus keluarganya sedih, lalu katak yang lain melayad ke rumah duka. Dan mereka beramai-ramai menggiring jenazah katak ke tempat peristirahatan terakhir. Tidak mungkin kan?" Jawab Bu Ike yang membuat seluruh murid makin tergelak.

"Ibu kok malah bercanda sih? Saya serius bu, Saya hari ini Gak ikut ke lab ya bu? Soalnya..." ucapnya menggantung.

"Kenapa? Takut? Jijik? Udah berapa kali sih ibu bilang, Kamu itu harus coba dan belajar, supaya gak takut dan jijik. Kamu sering lho gak ikut ke lab. Lagian wajarlah namanya juga ikut jurusan IPA, pasti banyak yang seperti itu." Nasehatnya pada Rafael.

"Emm, tapi bu... yaudah deh!" Putusnya.

"Kalian juga tenang saja, karena tugas ini dikerjakan berkelompok, yaitu dengan teman sebangku. Jadi usahakan kalau Kalian takut, carilah partner yang pemberani. Jelas semuanya?" Tambahnya lagi.

"Jelas bu..." jawabnya serempak.

"Kalau begitu sekarang kita ke lab untuk melakukan praktek." Ajaknya pada murid-murid.

"Oh iya bu, tunggu sebentar, saya boleh gak bu, jadi partner nya Rafael, saya kan berani bu." Usul seseorang.

"Bukannya teman sebangku kamu penakut ya Sherly?" Tanya bu Ike memastikan.

"Emm, engga kok bu. Dia berani banget, iya kan Bella?" Tanyanya pada teman sebangkunya alias Bella.

"Enak aja lo, gue takut gini dibilang berani. Apalagi sama katak iiihh..." Jawab Bella sambil bergidik yang membuat Sherly melotot tajam padanya.

"E-eh, emm... maksud gue, eh maksud saya, saya berani banget bu. Iya bener. Apalagi kalau sama katak." Ralat Bella yang sangat kelihatan bohongnya.

"Yaelah Bella, lo kalau takut bilang aja kali. Gak usah bohong." Celetuk Doni di meja ujung.

"Kata siapa? Jangan sotoy deh lo!" Jawabnya ketus.

"Sudah-sudah, Sherly, lebih baik kamu partner dengan Bella saja ya? Biar Rachel saja yang menjadi partner Rafael. Kamu berani kan Rachel?" Lerai Bu Ike.

Badgirl Vs Anak MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang