Mereka berunding untuk mengatur strategi layaknya perang sungguhan. Permainan pun dimulai oleh aba-aba dari Kak Rein.
Satu....
Dua....
Semua telah bersiap-siap memegang bantal masing-masing. Dan...
Tiga!
Mereka semua saling melempar bantal Satu sama lain. Tiba-tiba...
"Aww, kepala gue pusing banget." Ucap Rafael yang tiba-tiba meringis sambil memegangi kepalanya. Ia juga berjalan sempoyongan sambil mencoba meraih benda-benda disekitarnya. Otomatis Permainan terhenti dan mereka semua langsung mengerubingi Rafael dengan raut wajah khawatir.
"Lo kenapa Rafael?" Tanya Rachel khawatir.
"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Maminya yang sama-sama khawatir.
Tetapi diluar dugaan, ternyata itu hanyalah tipu muslihat, dan salah satu dari strategi yang mereka buat. Alhasil dibelakang mereka sudah berkumpul para musuh. Yaitu para lelaki yang memegang bantal masing-masing Lalu melemparnya kearah musuh secara bersamaan. Otomatis menurut aturan permainan yang dibuat, mereka kalah telak. Mereka yang dinyatakan kalah pun mengumpat dalam hati. Kemudian mereka semua protes dan tidak terima.
"Horreeee....!!!" Teriak para cowok kegirangan. Yang Membuat para cewek melotot kesal kearah mereka.
"Yeay... kita menang..." teriak Rafael riang. Padahal tadi Dia berlagak kesakitan didepan semua orang. Ternyata aktingnya bisa membuat semua orang khawatir sekaligus tertipu. Atau karena, dirinya memang sangat berarti? Sehingga semua orang mengkhawatirkannya dan tidak menyadari bahwa itu hanyalah rekayasa?
Melihat tim lawan bersorak senang, mereka menjadi geram "Gak, kalian gak menang. Kalian curang." Protes Rahma tidak terima.
"Iya, kalian licik." Rani ikut menimpali.
"Hey itu namanya strategi. Kenapa lo pada protes?" Sanggah Raka karena tidak mau dibilang licik apalagi curang.
"Strategi gimana? Itu namanya ngejebak." Timpal Rachel kesal sendiri.
"Itu bukan ngejebak, itu namanya cerdik." Elak Radit membela timnya. Sambil menunjuk pelipisnya menggunakan telunjuk.
"Cerdik-cerdik pala lo cerdik. Yang kayak gitu dibilang cerdik. Lo lagi El, pake acara akting segala." Omel Kak Rein yang dibalas oleh cengiran dari tim lawan.
"Gimana? Strategi Papi berhasil kan?" Ucap Papi Rafael alias pak kepsek bangga.
"Oh, jadi ini ulahnya Papi? Hm?" Ujar Mami Rafael sambil meninju telapak tangan kiri dengan kepalan tangan kanan. Papi Rafael hanya bisa menelan salivanya dengan susah payah.
"Bu-bukan kok, ini ulahnya Rafael. Kan tadi Rafael yang pura-pura sakit" tuduhnya sambil menunjuk Rafael.
"Ih, Papi apaan sih. Kenapa jadi nyalahin El? Kan Papi yang nyuruh. Papi Udah belajar bohong ni Mi..." Ucap Rafael memanas-manasi.
"Udah deh. Kan tim kita menang, jadi sekarang yang cewek-cewek bikinin makanan buat Kita. Gue laper ni." Ujar bang Al tiba-tiba yang membuat semua orang melongo tidak percaya. Karena si manusia es itu baru mengeluarkan kata-katanya setelah sekian lama.
"Oke deh, mumpung Mami lagi mood, gimana kalau kita masak bareng-bareng?" usul Mami Rafael antusias.
"Setuju...." Jawab mereka semua serempak.
Setelah usai "Perang" mereka, akhirnya mereka semua sepakat untuk membuat nasi goreng.
Hampir saja lupa, kalian jangan heran dengan permainan yang mereka mainkan tadi. Keluarga mereka memang antimainstream. Pak Azaela selaku kepala keluarga memang memiliki banyak ide untuk membuat keluarga mereka tetap harmonis. Ia akan melakukan segala cara untuk membangun komunikasi antar keluarga salah satunya adalah bermain game seperti tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Vs Anak Mami
Novela Juvenil"Lo nurut, atau gue cium?" "Hah?" Cowok itu tidak paham. Mengapa di dunia ini ada cewek se-berani itu. Gadis itu semakin memajukan wajahnya. Membuat cowok itu mengerjap. "Lo ngapain deket-deket? Mundur sana. Atau Gue aduin ke Mami gue." "Ck, dasa...