36. Trauma Masa Lalu

617 37 7
                                    

Rachel menolehkan kepalanya ke jendela. Terlihat murid-murid berlarian di koridor. Awalnya ia tak memperdulikan orang-orang yang berlalu lalang tersebut. Sampai akhirnya matanya tak sengaja menatap sesosok lelaki yang juga ikut berlari kecil menyusul yang lainnya.

Sontak Rachel bangkit dan segera pergi keluar untuk mengejar lelaki tersebut. Diikuti oleh Rahma dan Rani yang penasaran dengan tingkah murid-murid dan terutama Rachel yang tiba-tiba berlari.

"Loh, itu kan Rafael?" Ujar Rahma sambil menunjuk lelaki yang saat ini bersusah payah menembus kerumunan untuk memasuki ruangan kepala sekolah. Lelaki itulah yang menjadi alasan Rachel ikut berlarian di koridor.

Tak lama kemudian Rani melihat sosok kekasihnya diantara kerumunan tersebut. Karena penasaran, ia langsung menghampirinya dan bertanya.

"Sayang, itu ada apa sih?"

"Loh, kamu ngapain disini?"

"Aku tadi penasaran liat murid-murid tiba-tiba pada lari kesini. Ditambah tadi aku juga liat Rafael yang masuk ruang kepsek. Emangnya ada apa sih?"

Radit terdiam sejenak. Ia terlihat berpikir sebentar sebelum menjawab.

"Raka sama Reyhan berantem."

"HAH?"

Ketiga gadis itu terkejut serempak mendengar penuturan Radit. Pasalnya baru beberapa jam Reyhan datang ke sekolah ini. Masa iya mereka langsung bertengkar seperti itu?

Atau jangan-jangan mereka berdua saling mengenal sebelumnya?

Tetapi mengingat persahabatan Rafael Raka dan Radit yang dibangun sejak duduk di bangku TK, rasanya tidak mungkin jika hanya Raka dan Reyhan saja yang saling mengenal sebelumnya.

Itu berarti...

"BUBAR KALIAN SEMUA BUBAR!!!"

Tiba-tiba Bu Dadar datang memecah kerumunan sambil berteriak. Sontak murid-murid terkejut dan memilih untuk membubarkan diri daripada terkena masalah. Tak terkecuali ketiga gadis itu.

Saat Rani menoleh, ia sudah mendapati kekasihnya pergi meninggalkan mereka bertiga dan ikut masuk ke ruang kepala sekolah.

***

"Sebenernya ada apa sih? Kok mereka bisa tiba-tiba berantem?" Ucap Rahma memecah keheningan.

Mereka bertiga memutuskan untuk pergi ke kantin sambil menunggu kabar selanjutnya. Jujur saja, kejadian ini menimbulkan tanda tanya besar dibenak Rachel.

Apa penyebab mereka bertengkar? Sejauh ini yang Rachel ketahui, Raka adalah tipikal orang yang tidak mudah marah apalagi sampai tersulut emosi. Sebesar apa masalah mereka hingga terjadi baku hantam di sekolah ini.

Dan yang paling membuat Rachel bertanya-tanya adalah kedatangan Rafael yang tiba-tiba bahkan saat lelaki itu sedang terbaring di rumah sakit. Rachel yakin sekali bahwa ada sesuatu diantara mereka yang menyebabkan hal ini terjadi.

"Gue juga gak tahu, Radit belum pernah cerita soal Reyhan sebelumnya."

"Serius? Radit belum pernah cerita?"

Rani hanya mengangguk. Rachel mendengar percakapan kedua sahabatnya dengan bingung. Jika Rani saja yang notabene nya adalah pacar Radit tidak tahu soal ini, lalu sebenarnya Reyhan itu siapa?

"Keadaan Raka sekarang gimana ya?" Rahma menunjukkan raut wajah khawatir. Rachel sebetulnya sangat ingin meledek Rahma yang selalu pura-pura jutek di depan Raka namun ternyata dialah yang paling perhatian pada cowok itu.

"Udah Lo samperin aja sana, siapa tahu Raka lagi di UKS. Denger dari murid lain sih katanya berantemnya parah."

"Hah? Serius Lo chel?"

Rachel hanya mengangguk sebagai jawaban. Tanpa basa-basi Rahma langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

***

"Akhirnya lo muncul juga. Udah bosen ya selama ini lo sembunyi kayak banci?" 

BUGH

"HAHAHA DASAR BANCI!!!"

"BACOT ANJ*NG!!!!"

BUGH BUGH BUGH 

"El udah El." 

Radit menarik paksa tubuh Rafael yang sudah bergerak maju untuk menerjang pria dihadapannya. Sedangkan pria yang sudah jatuh tersungkur itu terkekeh singkat lalu melayangkan tatapan seakan ingin membunuh Rafael. 

"Enak ya lo disini hidup tenang." Perlahan Reyhan bangkit ia mengelap sudut bibirnya yang dilumuri darah segar. Tatapannya tak lepas dari wajah Rafael yang sama-sama melayangkan tatapan sengit.

Reyhan melangkah mendekati Rafael, ia semakin terkekeh. Radit mulai panik melihat keadaan tersebut. Dengan gerakan cepat, Reyhan menarik kerah jaket Rafael. Tatapannya terlihat sinis.

"Lo tunggu aja. Sebentar lagi gue bakal bikin hidup lo menderita." Usai mengucapkan kalimat tersebut, ia melayangkan pukulan yang cukup keras pada perut Rafael. Saking kerasnya, Rafael sampai jatuh tersungkur. Mulutnya mengeluarkan banyak darah.

Radit yang menyaksikan kejadian tersebut langsung menarik Reyhan dengan paksa dan menonjok pipinya. Radit bersumpah bahwa dari awal ia tidak ada niat melakukan hal itu. Radit terpaksa karena melihat pertengkaran mereka yang semakin parah.

Radit tidak menyangka bahwa kejadiannya akan seperti ini. Ia pikir mereka hanya akan beradu mulut saja. Dengan segera, ia membopong Rafael. Lalu menoleh kearah Reyhan yang sedang tersenyum puas. 

"Suatu saat lo bakal nyesel han." 

***

"LO BISA GAK SIH SEHARI AJA NGGAK BIKIN GUE KHAWATIR?" 

Rachel mengamuk. Ia menangis sejadi-jadinya. Semua orang yang berada disitu perlahan meninggalkan ruangan. Menyisakan Rachel dan seseorang yang saat ini terbaring lesu dengan rasa bersalah. 

"Gue minta maaf chel, gue gak bermaksud bikin lo khawatir."

Rachel sesenggukan, rasa sedih dan kecewanya bercampur menjadi satu. Ternyata selama ini, seluruh kekhawatiran yang ia lontarkan pada Rafael tidak ada artinya bagi cowok itu. 

"Gue tahu, gue bukan siapa-siapa bagi lo. Gue juga tahu kalau selama ini lo risi kan sama semua perhatian gue buat lo?"

Rafael cukup terkejut tak menyangka bahwa Rachel akan berkata seperti itu.

"Gue gak pernah punya pikiran kayak gitu tentang Lo Rachel."

Rafael berusaha menjelaskan, tetapi Rachel tidak mau mendengarnya. Gadis itu memalingkan wajah.

Dengan susah payah Rafael bangkit dari tempat tidur UKS, perlahan ia berjalan menghampiri Rachel.

"Gue minta maaf..." Lirihnya. "Maaf kalau gue selalu bikin Lo khawatir. Selama ini gue nggak pernah merasa risi sama perhatian Lo. Gue cuma bingung."

Rafael diam sejenak. Perlahan ia menarik nafas. Cowok itu berusaha memberitahu Rachel soal yang ia rasakan. Jujur saja, Rafael merasa kesulitan membicarakan nya.

Rachel masih memalingkan wajahnya. Iya menunggu kelanjutan kalimat Rafael.

Dengan bibir sedikit bergetar, lelaki itu kemudian melanjutkan.

"Gue punya trauma."

***

GUYS POKOKNYA AKU DISINI CUMA BISA MINTA MAAF KARENA JARANG BANGET BANGET BANGET UPDATE HUHU😭🙏🙏🙏

See u next part:*

Badgirl Vs Anak MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang