19. Pasar Tradisional

2K 112 9
                                    


"Hoaamm..."

Waktu menunjukan Pukul 4 pagi. Tetapi gadis cantik tersebut TUMBEN SEKALI sudah bangun dari mimpi indahnya. Ia bangkit dari tempat tidurnya dan duduk di pinggiran kasur sambil mengucek matanya.

"Hah? Masih jam 4 subuh? Tumben banget gue udah bangun. Biasanya masih ngebo." Gumamnya sambil melirik jam beker mungil berwarna biru kesayangannya.

Diluar sana langit masih gelap, sedangkan ia bingung harus melakukan apa saat ini. Ia pun mencoba tidur kembali tetapi ternyata tidak bisa. Akhirnya ia pun keluar dari kamarnya dan mencari seseorang yang mungkin sudah terjaga seperti dirinya. Tujuan utamanya yaitu Bi Siti, asisten Rumah tangganya yang perhatian dan penuh kasih sayang.

Ceklek

Ia membuka knop pintu dan melongokkan kepalanya keluar. Rumahnya nampak sepi dan sunyi seperti biasanya, seolah tak berpenghuni. Lampu-lampu pun tampak redup yang makin menambah kesan hampa didalamnya, seperti suasana hatinya saat ini.

Hampa

Entah kenapa ia selalu teringat sosok yang sangat ia sayangi disaat seperti ini. Sosok yang selalu ia tunggu kedatangannya. Sebetulnya ia sangat rindu berat terhadap kedua orang tuanya tersebut. Tetapi apalah daya menghadapi kenyataan bahwa mereka sangat sibuk bahkan sampai tidak punya waktu barang sedetik pun untuk dirinya. Dan ia sudah cukup paham tentang hal itu. Baik Mama maupun Papanya selalu mengatakan hal yang sama setiap melakukan panggilan dengannya.

"Mama sibuk sayang, kita telponan nya nanti aja ya? Mama janji kalau Mama pulang, kita ngobrol sepuasnya."

"Sayang, maaf ya papa lagi sibuk. Papa matiin ya, papa janji kalau kamu mau minta apa aja nanti papa kasih. Dah sayang..."

Bahkan Rachel sudah bosan mendengar kata sibuk dari mulut kedua orang tuanya. Rachel sempat berfikir bahwa jika Mama dan Papanya selalu sibuk dan tidak memperhatikannya, lantas untuk apa dirinya dilahirkan di dunia? Jika akhirnya ia hanya ditelantarkan disini seperti anak ayam yang kehilangan induknya.

Tak mau berlama-lama galau di depan pintu, ia lalu segera melangkahkan kakinya menelusuri rumah mewah bak istana tersebut menuju kamar pembantu kesayangannya.

Samar-samar, ia mendengar suara yang sangat menyejukkan. Membuat suasana hatinya yang galau sedikit demi sedikit terobati. Ia pun terpaku melihat Bi Siti sedang duduk bersila membelakanginya dengan mengenakan mukena berwarna putih sambil melantunkan ayat suci yang menenangkan hati.

Rachel terus berdiam disana sampai akhirnya Bi Siti membalikkan badannya dan melihat majikan yang sudah ia anggap seperti anak sendiri itu.

"Eh, non Rachel, tumben jam segini udah bangun? Maaf ya Bibi tadi gak tahu kalau non ada disitu." Ujarnya sungkan. Rachel justru tersenyum manis mendengarnya.

"Ajarin Rachel ngaji dong Bi."

***

Adzan subuh sebentar lagi berkumandang. Membuat seisi rumah tersebut bersiap-siap untuk melakukan ibadah sholat subuh berjamaah.

Tak terkecuali seorang remaja lelaki yang terlihat masih mengantuk karena ia nampak menguap beberapa kali.

"Kamu masih ngantuk sayang?" Tanya sang ibunda lembut. Yang ditanya hanya menganggukan kepalanya pelan.

"Tumben banget, biasanya paling semangat." Heran Maminya.

"Soalnya kan waktu malem El lupa matiin HP." Jawabnya ambigu.

Badgirl Vs Anak MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang