Siang ini matahari memang amat sangat terik. Membuat siapapun enggan berada diluar. Wajar saja jika remaja lelaki yang sekarang sedang berdiri di tengah lapangan sambil hormat pada bendera itu mengusap peluhnya beberapa kali.
Hal itu pun tak luput dari perhatian Rachel. Ia sedari tadi tidak konsentrasi mendengarkan penjelasan Miss Sinta, karena ia sibuk melirik keluar. Ia takut Rafael kenapa-napa dan pingsan karena bel pulang masih lama. Sedangkan pelajaran Miss Sinta baru berlangsung satu jam setelah insiden katak tadi. Itu artinya, Rafael masih harus berdiri disana sekitar satu jam lagi.
Tak hanya Rachel, Raka dan Radit pun sama khawatirnya pada Rafael. Bahkan Sherly, si pelaku yang tadi memfitnah Rachel pun ikut khawatir. Tak sampai disitu, Miss Sinta pun ikut sesekali melirik ke lapangan melihat murid kesayangannya yang sedang menggantikan hukuman teman sebangkunya tersebut.
Rafael sesekali melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu baru menunjukan pukul dua siang, sedangkan bel pulang baru berbunyi sekitar pukul tiga sore. Ia pun menghela nafas lelah.
***
Setengah jam pun berlalu, Rafael mulai merasa pusing di kepalanya, kulit putihnya pun tampak memerah akibat sengatan sinar matahari. Pandangannya mulai sedikit kabur. Ia lalu kembali melirik arloji sambil sesekali memijat pelipisnya pelan.
Masih setengah jam lagi, lo harus kuat! Batinnya menyemangati.
Sementara itu, di dalam kelas Rachel tampak gelisah menunggu bel pulang karena ia tidak tega melihat Rafael di jemur ditengah terik matahari seperti ini. Meskipun sudah mulai sore, tetapi matahari masih nampak terang.
"Eh dit, kira-kira Rafael kuat gak ya jalanin hukuman itu?" Tanya Raka sambil menoleh kearah lapangan.
"Mana gue tahu, tapi gue yakin dia pasti kuat kok. Dia kan cowok!" Jawab Radit.
"Tapi lo gak liat tuh, dia sesekali megang kepalanya? Pasti dia pusing, secara kan matahari panas banget hari ini. Dan jangan lupakan satu hal, Rafael kan anak mami." Timpal Raka yang membuat Radit menoleh kearah jendela.
Disana terlihat Rafael yang sedang berusaha menjaga keseimbangan tubuhnya dan memijat pelipisnya.
"Wah, iya juga ya... gue gak tega liatnya." Gumam Radit.
"Tapi Rafael Gentleman banget lho dit, dia rela dihukum kayak gitu buat gantiin Rachel. Jangan-jangan..." Belum selesai Raka berbicara, ia langsung ditegur karena mengobrol di dalam kelas.
"Raka, kalau kamu mau ngobrol, nanti saja kita ngobrol sambil dinner malam ini sama saya. Kamu mau?" Tegur Miss Sinta seperti biasa dengan nada centilnya.
"Eng-engga bu, Makasih." Jawab Raka yang mengundang tawa dari seisi kelas.
15 menit kemudian
"Duh, matahari kok masih panas ya? Padahal udah mau jam tiga sore." Gumam Rafael heran.
Sebenarnya, Rafael sudah tidak kuat lagi menjalani hukuman ini. Kepalanya terasa berat sekali dan sangat pusing, tidak seperti tadi. Ia pun hampir beberapa kali terhuyung karena tidak kuat lagi.
Tetapi ia harus kuat. Ini demi Rachel. Ia tidak mau terlihat lemah hanya karena tidak kuat berjemur dibawah matahari terik selama satu setengah jam."Lo harus kuat El, lo gak boleh lemah! Tinggal 15 menit lagi!" Gumamnya menyemangati diri sendiri.
Di dalam kelas, Rachel selalu memperhatikan Rafael dengan harap-harap cemas. Bagaimanapun juga, ini semua salahnya. Pokoknya ia harus meminta maaf pada Rafael saat bel nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Vs Anak Mami
Novela Juvenil"Lo nurut, atau gue cium?" "Hah?" Cowok itu tidak paham. Mengapa di dunia ini ada cewek se-berani itu. Gadis itu semakin memajukan wajahnya. Membuat cowok itu mengerjap. "Lo ngapain deket-deket? Mundur sana. Atau Gue aduin ke Mami gue." "Ck, dasa...