29. Hampir

1.3K 96 66
                                    

Dihari ketika Rafael sadar, hari itu juga ia meminta pulang ke rumah. Dokter tidak memperbolehkannya pulang karena ia harus dirawat minimal satu minggu untuk masa pemulihan. Tentu saja, Rafael tidak mendengarkan.

Ia benar-benar benci rumah sakit.

Azaela, alias Papinya melarang keras. Monica sempat berusaha keras membujuk Rafael agar mau dirawat. Bahkan Alvian sampai kelepasan membentak adiknya tersebut agar menuruti perintah Dokter. Tetapi Rafael tetaplah Rafael. Ia sangat keras kepala.

Karena tidak ada yang menuruti permintaannya, dengan nekad ia melepas jarum infus sendiri lalu dengan langkah sempoyongan ia berjalan kearah pintu. Bahkan Rafael berniat melepas perban di kepalanya jika Rachel tidak cepat datang dan mengomelinya.

"Lo itu masih sakit. Bisa gak sih nurut sekali aja? Ini buat kebaikan lo juga." Kesal Rachel.

"Dari awal lo tau kan kalau gue benci rumah sakit? Jadi tolong jangan paksa gue." Itu yang Rafael katakan dengan wajah pucat dan nada memelas. Membuat Rachel tidak tega untuk memarahinya.

Akhirnya mereka semua mengalah, percuma saja jika memaksa Rafael. Kalau kata Raka sih buang-buang energi saja. Dengan berat hati, Papi Rafael mengizinkan anaknya pulang kerumah.

Rafael girang bukan main, ia langsung melompat dan memeluk Papi nya erat. Azaela hanya tersenyum melihat kelakuan anaknya.

Dan disinilah mereka, dirumah mewah bak istana. Lebih tepatnya dikamar Rafael.

Mereka semua berkumpul disana, bahkan Rahma dan Rani pun datang untuk menjenguk Rafael. Lebih tepatnya 'merusuh'.

"Ya Ampun Rafael, lo udah sembuh? Kok cepet banget sih pulangnya? Perasaan tadi pagi Rachel baru ngabarin kalau lo udah siuman." Tanya Rani heran.

"Sengaja, biar ngirit." Jawabnya asal.

"Yaelaaah sultan kayak lo masa ngirit?" Kali ini Rahma ikut menyeletuk.

"Biarin lah suka-suka gue." Rahma hanya memutar bola matanya malas.

"Udahlah percuma kalian nanya sama Rafael. Mending kita pesen makanan. Gue laper, hehe." Tidak usah ditanya siapa yang berkata seperti itu.

Sudah pasti Raka.

"Nggak tau malu banget sih lo." Ketus Rahma.

"Gue lagi gak mau ribut ya ma."

"Gue bukan emak lo!"

"Dih siapa juga yang mau punya emak kayak lo?"

"Heh! Gue juga ogah ya punya anak kayak lo!"

"Lo pasti pengen lah punya anak kayak gue. Udah ganteng, pintar, lucu, imut, gemesin pokoknya paket komplit deh." Ujar Raka dengan nada bangga.

"Ka, lo mau tau gak?"

"Apaan?"

"Sekarang kalau nyebarin berita hoax ada hukuman pidananya tau."

Sejenak Raka berpikir, lalu ia melotot.

"Jadi maksud lo yang tadi gue omongin itu hoax?"

Semua tertawa mendengarnya.

"Jahat kalian semua! Kalau gitu gue mau balik aja!"

"Yee malah ngambek lo Rak sepatu." Ejek Radit. Sedangkan Raka memalingkan wajahnya mengikuti gaya perempuan.

"Udah-udah, mumpung gue lagi baik. Kalian mau pesen makan apa? Gue bayarin." Akhirnya si pemilik rumah mengatakan hal yang membuat semua berbinar.

Badgirl Vs Anak MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang