39. Mak Lampir

703 33 7
                                    

"Hallo Bi Siti."

Belum sempat Bi Siti menjawab sapaan itu, tiba-tiba terdengar langkah Rachel menuruni tangga dengan tergesa. Gadis itu sedikit berteriak.

"Siapa Bi?"

Saat melihat kearah pintu, Rachel sama terkejutnya dengan Bi Siti. Gadis itu langsung berlari kecil menghampiri tamu di siang bolong itu.

"Rafael? Lo ngapain disini? Bukannya Lo harusnya di rumah sakit? Lo kan belum sembuh total, kok malah keluyuran? Itu luka Lo gimana? Kan masih butuh perawatan."

Ya, orang tersebut adalah Rafael. Cowok imut itu berdiri di depan pintu seraya mengerjap karena mendapat serangan omelan dari Rachel.

Bi Siti hanya tersenyum melihat Rachel yang tiba-tiba menjadi sangat bawel.

"Lo tadi kesini sama siapa?" Rachel masih terus bertanya. Tanpa sadar gadis itu meraih lengan Rafael dan membawanya masuk ke dalam rumah. Tentunya sambil terus mengomel.

Rafael menoleh kearah Bi Siti dengan raut wajah seolah meminta pertolongan. Bi Siti hanya menggedikan bahu dan terkekeh pelan.

"Kalau sampe bokap nyokap Lo tahu gimana? Lo susah banget sih nurut sama orang tua. Ini kan buat kesehatan Lo juga." Rachel masih terus mengomel. Rafael jadi bingung.

"Pokoknya Lo harus balik ke rumah sakit. Lo harus dirawat. Ayo gue anter-"

"Gue belum ngomong Rachel."

Rafael memberanikan diri memotong ucapan Rachel. Cowok itu kemudian menunduk memainkan totebag yang tadi dibawanya.

Rachel menghela nafas panjang. Ia lupa sedang berhadapan dengan siapa. Rachel harus punya segudang stok kesabaran.

"Yaudah jelasin, kenapa Lo dateng kesini?"

"Emangnya gue gak boleh dateng kesini?" Rafael balik bertanya membuat Rachel geram.

"Lo kan harusnya di rumah sakit." Rachel masih tidak habis pikir dengan Rafael, cowok itu susah sekali untuk diberi tahu.

"Gue gak suka di rumah sakit. Gue bosen."

"Terus bokap nyokap Lo gimana?"

"Mami sama papi lagi pergi dinas keluar kota. Katanya sih satu minggu. Gue baru dikasih tahu tadi. Makanya gue kabur dari rumah sakit." Rafael mulai menjelaskan pada Rachel. Tetapi tetap saja, Rachel masih tidak terima.

"Terus kak Rein gimana? Bukannya kalau dia tahu dia bakal laporan sama orang tua Lo?"

"Kak Rein lagi sibuk skripsi. Dia udah beberapa hari nginep di rumah temennya. Kerjain skripsi bareng."

"Terus bang Al?"

"Lo tahu kan Abang gue se-cuek apa? Jadi harusnya aman sih."

Rachel menepuk jidatnya. Masih tidak habis pikir dengan cowok dihadapannya ini.

"Udah dong, jangan ngomel mulu. Gue udah jauh-jauh loh dateng kesini. Masa diomelin terus?"

"Tapi kan ini semua demi kesembuhan-"

"Gue gak apa-apa Rachel. Stop khawatir berlebihan sama gue." Rafael memegang kedua bahu Rachel, berusaha menenangkan sekaligus meyakinkan gadis itu bahwa ia baik-baik saja.

Akhirnya dengan terpaksa Rachel mengalah. Tidak ada gunanya berdebat dengan Rafael.

"Lo udah makan belum?"

"Belum."

"Jadi tujuan Lo kesini mau minta makan?"

Rafael mengangguk semangat seraya tersenyum manis. Bahkan cowok itu berlari kecil mendahului Rachel menuju meja makan. Disana terdapat Bi Siti yang masih menyiapkan beberapa lauk. Rachel hanya menggelengkan kepalanya.

Badgirl Vs Anak MamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang