"SIALAN!!!"
BRUUKKK
Sebuah tendangan yang cukup kuat berhasil membuat beberapa balok kayu berserakan. Semua orang yang berada disitu kaget dan langsung menoleh kearah sumber suara.
"Hei Lo kenapa bro?" Salah satu dari mereka bertanya seraya berdiri dan menghampiri orang tersebut.
"Lah muka Lo kok bonyok gitu?" Yang lain kembali menyahut setelah melihat kondisi wajah babak belur itu.
Di dalam ruangan tersebut, mereka berjumlah 7 orang. Bisa dibilang ruangan itu adalah gudang yang sudah tidak terpakai. Terdapat banyak potongan balok kayu dan serpihan kaca. Tampak sangat menyeramkan seolah jika ada yang berani macam-macam, mereka bisa langsung menyakiti orang tersebut dengan benda-benda disekitarnya.
"Rey, jawablah. Kenapa Lo bisa bonyok gitu?" Tanya mereka lagi. Ya, orang tersebut adalah Reyhan. Murid baru SMA Angkasa.
Tanpa menjawab Reyhan menjatuhkan dirinya di sudut ruangan. Badannya bersandar pada tembok dengan sebelah kaki yang ditekuk. Raut wajahnya penuh dengan amarah.
"Lo kenapa sih? Dateng-dateng marah gajelas." Salah satu dari mereka dengan rambut ikal kembali bertanya.
Reyhan terdiam, menatap semua orang yang ada disana satu persatu.
"Rafael."
Tak perlu bertanya dua kali, mereka semua mengerti apa yang dimaksud oleh Reyhan. Hanya dengan menyebut nama Rafael saja mereka sudah paham.
"Jadi mau kapan?" Ujar pria berbadan tinggi besar seraya memilih potongan balok kayu dihadapannya.
"Gas aja lah malam ini. Biar clear." Sahut pria berkulit sawo matang dengan tato naga di lengan kirinya.
"Saran gue kita jangan gegabah. Harus punya rencana yang oke. Lo semua tahu kan konsekuensinya apa?" Salah satu dari mereka kembali angkat bicara. Kali ini pria berambut kribo dengan seragam sekolah lusuh.
"Alah penakut Lo." Ujar pria dengan tato tadi.
"Tapi bener sih yang dibilang kribo, kita semua tahu siapa Rafael. Apalagi pengaruh bokapnya ngeri cuy."
"Lah bukannya bokap nya cuma kepala sekolah?" Tanya pria berbadan kurus yang sedari tadi menyimak obrolan.
"Kepala sekolah tuh cuma cover aja. Serius Lo nggak tahu kalau bokapnya itu orang paling berpengaruh di negeri ini? Bahkan sampai tahap internasional. Beliau punya banyak perusahaan raksasa. Gue pernah denger dulu waktu ada yang berani macem-macem sama anaknya, orang tersebut bakal dibikin menyesal seumur hidup." Lelaki itu menjelaskan hal yang ia ketahui. Membuat yang lain menyimak setiap ucapan yang keluar dari mulutnya.
Reyhan hanya terdiam. Tatapannya masih menyimpan amarah. Bahkan tanpa sadar tangannya sudah mengepal keras.
"Yaelah, itukan bokap nya. Urusan Rafael gampang, dia kan cuma anak cupu. Tinggal habisin aja." Kali ini pria berbadan besar ikut menimpali. Sambil menggenggam sebuah balok kayu berukuran lumayan besar.
"Wait, lo beneran nggak tahu siapa Rafael?" Pria yang tadi menjelaskan menatap tak percaya. Kemudian ia menoleh kearah Reyhan yang masih belum mengeluarkan sepatah kata.
Reyhan tahu, ia benar-benar tahu. Bahkan ia adalah orang yang paling mengenal Rafael.
Dan Reyhan benci akan hal itu.
Penyesalan terbesar dalam hidupnya adalah mengenal pria bejat dan brengs*k seperti Rafael.
***
"Assalamualaikum Bi..."
"Wa'alaikumsalam salam. Non Rachel udah pulang?"
"Udah dong Bi. Rachel keatas dulu ya."
Saat baru beberapa langkah menaiki tangga, Bi Siti memanggilnya.
"Eh non, tunggu sebentar." Rachel menghentikan langkahnya. Ia menatap Bi Siti yang berjalan tergopoh-gopoh menghampiri nya.
"Tadi nyonya telpon, katanya kalau non Rachel ada waktu senggang disuruh hubungi nyonya. Kayaknya ada yang mau dibicarakan non." Ujar Bi Siti.
Seketika raut wajah Rachel berubah. Mood nya turun drastis.
"Males ah Bi."
"Loh males kenapa non?" Bi Siti menatap Rachel heran. Sebenarnya ia tahu betul bahwa majikannya itu sangat merindukan orang tuanya. Tetapi karena terlanjur sakit hati dan merasa diabaikan, Rachel jadi bersikap seperti itu.
"Nggak apa-apa Bi, Rachel keatas dulu ya." Dengan gerakan cepat, Rachel menaiki tangga. Ia tak mau menghiraukan ucapan Bi Siti untuk menelpon orang tuanya. Rachel sudah cukup muak.
Bi Siti hanya menatap punggung Rachel seraya menghela nafas panjang. Jujur saja, ia merasa kasihan pada Rachel.
Dari kecil, gadis itu selalu ditinggal sendirian. Pada awalnya, ia sering menangis dan merengek pada Bi Siti sambil menanyakan kapan orang tuanya akan kembali. Namun seiring berjalannya waktu, perlahan Rachel mulai terbiasa dengan keadaan ini. Ia tumbuh menjadi gadis yang mandiri dan terkesan tidak membutuhkan siapapun dihidupnya.
Sepengetahuan Bi Siti, Rachel tumbuh menjadi gadis yang ceria walaupun itu hanya dihadapannya. Mengapa Bi Siti berani bilang seperti itu? Karena selama ini ia tidak pernah melihat Rachel berteman dengan siapapun. Gadis itu selalu sendirian.
Mungkin ada beberapa teman Rachel dari sekolah lamanya, namun menurut penilaian Bi Siti, mereka bukan teman yang baik. Terbukti saat Rachel menjadi sering pulang subuh, pergi ke tempat diskotik dan mabuk-mabukan. Jujur Bi Siti sangat khawatir, namun ia sadar bahwa ia bukan siapa-siapa Rachel. Tidak berhak melarang ini itu.
Bahkan orang tua gadis itu tidak peduli dengan keadaan anak semata wayangnya.
Sampai akhirnya Rachel pindah ke sekolah barunya. SMA Angkasa. Perlahan, perilaku gadis itu mulai berubah. Ia sudah tak pernah lagi pulang subuh dan pergi ke diskotik.
Apalagi sejak bertemu dengan Rafael.
Gadis itu menjadi lebih ceria, selalu bercerita banyak hal tentang cowok itu. Bi Siti dengan senang hati mendengarkannya. Bahkan selalu menunggu kelanjutan cerita Rachel tentang Rafael.
Bi Siti turut bahagia dan sangat berterimakasih pada Rafael. Berkat dia, Rachel menjadi lebih semangat menjalani hari-harinya.
Ting tong
Suara bel rumah berbunyi membuyarkan lamunan Bi Siti. Dengan cepat, ia menghampiri pintu untuk melihat siapakah gerangan yang datang bertamu di siang hari ini.
Saat membuka pintu, Bi Siti terkejut dan tak percaya melihat tamu yang datang itu.
Seorang cowok dengan perawakan tinggi, badan tegap dan kulit putih terlihat menenteng dua totebag berisi penuh jajanan. Dengan senyum sumringah ia menyapa.
"Hallo Bi Siti."
***
UDAH GAK NGARET KAN SEKARANG??? WKWK
See u next part:*
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Vs Anak Mami
Fiksi Remaja"Lo nurut, atau gue cium?" "Hah?" Cowok itu tidak paham. Mengapa di dunia ini ada cewek se-berani itu. Gadis itu semakin memajukan wajahnya. Membuat cowok itu mengerjap. "Lo ngapain deket-deket? Mundur sana. Atau Gue aduin ke Mami gue." "Ck, dasa...