Hari semakin siang. Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 08.00. Namun, kondisi pasar malah semakin ramai. Membuat seorang remaja lelaki itu pun mendengus kesal. Ditambah sedari tadi tangan kirinya digandeng erat tanpa ada niat untuk dilepaskan oleh Rachel, dan hal itu pun makin membuatnya gerah.
"Heh, lepasin tangan gue dong!" Ujarnya sambil berusaha menarik tangannya. Ternyata tenaga Rachel cukup kuat.
"Gak, gue gak mau lepasin tangan lo! Lo gak denger tadi Mami lo bilang apa?" Tolaknya tegas sambil berusaha menahan tangan Rafael.
"Kenapa sih lo gak mau lepasin tangan gue? Risih tau!" Protesnya sebal. "Lagian kita itu ada di pasar. Bukan mau nyebrang!" Cerocosnya lagi.
"Iih, bawel banget sih! Jadi pengen cium!" Ujarnya menggoda sambil memonyongkan bibirnya. Refleks, Rafael menjauhkan kepalanya. Karena ia masih trauma dengan kejadian tadi.
"A-apa-apaan sih lo! Jangan gila ya!" Ujarnya panik. Mendapat respon seperti itu dari Rafael, membuat Rachel semakin gencar mengerjainya. Mungkin Rafael mengira bahwa Rachel serius dengan ucapannya.
Rachel terus memanyunkan bibirnya dan mendekat ke pipi Rafael. Hal itu pun membuat Rafael panik bukan main.
"Rachel please lo masih waras kan? Ish jangan deket-deket, gue takut!" Ujarnya polos. Rachel yang sedang menjahili Rafael pun tertawa lepas ketika mendengar ucapan Rafael yang kelewat polos. Sedangkan yang dijahili hanya menatapnya heran.
"Lo kenapa ketawa? Perasaan gak ada yang lucu." Tanyanya heran, sementara Rachel semakin terbahak.
Sementara itu dibelakang mereka terlihat dua orang wanita paruh baya yang sedari tadi tersenyum menyaksikan Rafael dan Rachel. Terutama Monica. Ia terlihat sangat bahagia.
Bi Siti juga tak kalah senang melihat majikannya yang selalu di puja para lelaki tersebut ternyata terlihat sangat bahagia ketika menjahili gebetan barunya. Bi Siti pun yakin bahwa Rachel menyukai Rafael sungguhan, bukan karena penasaran seperti yang Ia ceritakan tempo hari.
Di depan sana, Rachel terlihat berusaha mati-matian untuk meredam tawanya. Orang-orang disekeliling pun menatapnya heran. Sementara Rafael yang merasa malu pun hanya bisa tersenyum kikuk. Namun, senyumannya itu berhasil membuat ibu-ibu berjalan menabrak.
Rachel masih saja menertawakan Rafael perihal tadi. Rachel berfikir bahwa Rafael adalah cowok antimainstream yang pernah ia temui. Disaat ratusan lelaki diluar sana menginginkan ciuman manjanya, Rafael malah takut jika hal itu terjadi pada dirinya. Benar-benar cowok spesies langka, pikirnya.
Karena asyik tertawa, Rachel sampai tidak menyadari bahwa ada lubang kecil dihadapannya. Alhasil...
"AW!" Teriaknya kesakitan.
Rafael yang mendengar teriakan tersebut refleks menoleh kearah kirinya. Dan terlihat Rachel yang berusaha menarik kaki kanannya yang terperosok kedalam lubang tersebut.
"Rachel, lo kenapa?" Tanyanya panik. Seketika Monica dan Bi Siti yang sedang asyik memilih sayuran pun bergegas menghampiri mereka berdua.
Kaki Rachel masuk kedalam lubang yang cukup sempit. Sehingga ketika ia berusaha mengeluarkan kakinya, kulitnya ikut tergores. Alhasil, Kaki Rachel saat ini sangat memprihatinkan. Terlihat ada bercak darah yang lumayan banyak. Refleks, Rafael menutup matanya.
"Rachel kamu kenapa sayang?" Tanya Monica khawatir.
"Aduh, Kaki aku sakit banget Mi." Keluhnya sambil sesekali meringis. Namun, meskipun sedang dalam keadaan terluka, ia masih sempat-sempatnya melihat kearah Rafael yang sekarang menutup matanya. "Rafael, lo ngapain tutup mata?" Tanyanya heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Vs Anak Mami
Fiksi Remaja"Lo nurut, atau gue cium?" "Hah?" Cowok itu tidak paham. Mengapa di dunia ini ada cewek se-berani itu. Gadis itu semakin memajukan wajahnya. Membuat cowok itu mengerjap. "Lo ngapain deket-deket? Mundur sana. Atau Gue aduin ke Mami gue." "Ck, dasa...