"Bu, jangan kasih hukuman yang aneh-aneh ya Bu?" Pinta seorang lelaki yang tak lain adalah Rafael Elnandhio Azaela sang anak pemilik sekolah.
"Ya terserah saya dong saya mau kasih hukuman apa aja ke kamu? Emangnya saya takut, Meskipun kamu anak pak Azaela, saya tidak takut sama kamu, orang kamu yang salah?" Ucap Bu Dadar yang tidak mengenal kata slow.
"Iya Bu." Ucap Rafael pasrah.
Rasain lo, Emang Enak? Batin gadis itu berkata sambil tersenyum devil.
"Oh iya, kamu anak baru, kenapa telat ke sekolah?" Tanya Bu Dadar pada gadis tersebut.
"Sa-saya telat karena tadi tersesat waktu menuju kesini." Bohong gadis tersebut.
"Emang kamu pindahan dari mana?" Tanya Bu Dadar.
"Saya pindahan dari london Bu." Jawab gadis tersebut.
"Bohong Bu, dia telat karena bangun kesiangan Bu, masa iya dia telat karena kesasar, zaman udah modern Bu, GPS ada, memangnya dia sebodoh itu?" Tuduh lelaki tersebut panjang lebar kepada gadis itu.
"Diam kamu, saya sedang berbicara sama dia, bukan sama kamu!" Omelnya pada Rafael. "Apa benar yang dikatakan dia tadi?" Tanya Bu Dadar pada gadis itu.
"Sa-salah Bu, saya kan gak sempet kepikiran sama GPS Bu, yang saya pikirin saya pengen cepet-cepet sampe sini, pengen menuntut ilmu di sekolah ini bu, udah itu aja." Alibi gadis tersebut yang anehnya dipercayai oleh bu Dadar, membuat lelaki itu mendengus kesal.
"Oh, ya sudah kalau begitu kamu saya antarkan ke kelas kamu." Jelas Bu Dadar.
"Ma-makasih Bu."
Yes, untung gue jago ngeles, kalau engga, Mampus gue... hahaha rasain lo cowok songong. Soraknya dalam hati.
Oh, jadi dia pindahan dari london, tapi kok gak ada bule-bulenya ya? Pasti dia bohong, awas aja lo. Batin Rafael heran.
"Dan kamu, kamu lari keliling lapangan 5 putaran!" Ucap Bu Dadar pada Rafael.
"Tapi Bu..."
"10 PUTARAN"
"Ba-baik Bu..."
"Awas kamu kalau coba-coba kabur, ibu tambah hukumannya!" Ancam Bu Dadar pada Rafael.
"I-iya Bu..."
Lalu Rafael mulai lari mengelilingi lapangan, sementara Bu Dadar mengantar gadis tersebut ke kelas.
***
Di sepanjang koridor menuju kelas, banyak sekali yang melihat kearah Rachel dengan berbagai macam tatapan.
Ya, gadis itu adalah Rachel.
Mulai dari tatapan kagum, sinis bahkan tatapan tidak suka pun banyak dilayangkan padanya.
Rachel sempat melihat-lihat ke sekeliling. Dan tibalah mereka di depan kelas bertuliskan 11 IPA 1. Semua mata langsung tertuju pada Rachel, membuat ia sedikit gugup.
"Anak-anak, sekarang kita kedatangan murid baru pindahan dari london. Ayo perkenalkan diri kamu!" Perintah Bu Dadar dan dibalas anggukan oleh Rachel.
"Haiii... nama gue Rachel Asya Gabriella gue pindahan dari london, semoga kalian mau jadi temen gue, mohon bantuannya." Selesai ia memperkenalkan diri, murid-murid berceloteh.
"Situ mau sekolah Apa mau mejeng?"
"Penampilan udah urakan, gimana kelakuannya?"
"Sok cantik banget sih."
"Rachel, minta id linenya dong?"
"Eh neng, duduk sama Aa aja!"
"Enak aja Lo, dia itu maunya duduk sama gue, Iya kan cantik?"
"Cantik? Yang kayak gini lo bilang cantik?"
"Hey, si Bianca mau dikemanain? Dasar playboy cap ikan teri."
"Suka-suka gue dong hidup-hidup gue."
"Awas aja Lo gue bilangin Bianca baru tau rasa!"
"Lu sirik ya mentang-mentang gak laku."
"Enak aja Lo ngatain gua gak laku. Kalo ngomong tuh yang salah jangan yang bener."
"Hahahaha..." seisi kelas tertawa mendengar celotehan aneh dua lelaki tersebut.
Bu Dadar dengan cepat melerai mereka.
"Hey kalian, sudah-sudah jangan ribut, Rachel kamu duduk di sebelah Rafael aja ya nanti, bangkunya dipojok sana dan untuk kalian semua ada pengumuman hari ini free class karena semua guru sedang rapat, jadi kalian jangan berisik, atau ibu hukum kalian semua." Perintah Bu Dadar pada penghuni kelas 11 IPA 1.
"Baik bu." Jawab mereka serempak.
"Yah, duduk sama Rafael."
"kenapa sih tiap ada cecan pasti Rafael yang dapet."
"Iya ya, mentang-mentang dia ganteng."
"Kenapa engga gue aja sih yang duduk sama Rafael?"
"Nyesel gue nganggurin bangku kosong sebelah Rafael."
"Gantengan juga gue kemana-mana."
"Yeee Lo kepedean."
"Awas aja dia kalau macem-macem sama ayang ael, baru tau rasa nanti."
Begitulah kira-kira celotehan-celotehan anak Laki-laki dan siswi dikelas tersebut saat tau bahwa Rachel duduk sebangku dengan Rafael.
Gadis itu semakin penasaran. Sebenarnya Rafael sosok seperti apa?
Tak mau ambil pusing memikirkan teman sebangku yang belum ditemuinya, Rachel memilih meihat kearah luar. Kebetulan bangku yang ia duduki berada di barisan paling belakang dan dekat jendela, sehingga ia bisa leluasa menatap halaman dan lapangan sekolahnya.
Ketika ia melihat keluar jendela, ia melihat cowok songong yang menjadi lawan debatnya pagi ini.
Rupanya cowok songong itu sedang menjalani hukuman yang ia terima karena keterlambatannya. Diam-diam Rachel tersenyum penuh kemenangan.
Makanya jadi orang jangan songong. Ucapnya dalam hati.
Saat sedang asyik melamun, tiba-tiba Rachel dikejutkan oleh suara cempreng dari arah kanannya.
"Haiiii...." sapa seorang gadis berkulit putih dengan mata bulat. Di sebelahnya terlihat gadis lain yang tersenyum ramah pada Rachel.
"Hai juga" jawab Rachel. Ia sedikit bersyukur karena masih ada yang mau berteman dengannya.
"By the way, kenalin nama gue Rahma, salken ya." Ucap gadis tersebut.
"Kalau nama gue Rani, salken ya." Ujar gadis disebelahnya.
"Salken juga ya." jawab Rachel sambil menampilkan senyumnya.
"By the way, nanti kantin bareng yuk?" Ajak Rahma.
"Boleh tuh." Jawab Rani.
"Ya udah nanti tungguin gue ya." Pinta Rachel pada mereka.
"Ok siiippp." jawab mereka berbarengan.
***
Mohon maaf klu ceritanya gaje dan typo bertebaran
Jangan lupa vote and coment ya...
See you next part...
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Vs Anak Mami
Teen Fiction"Lo nurut, atau gue cium?" "Hah?" Cowok itu tidak paham. Mengapa di dunia ini ada cewek se-berani itu. Gadis itu semakin memajukan wajahnya. Membuat cowok itu mengerjap. "Lo ngapain deket-deket? Mundur sana. Atau Gue aduin ke Mami gue." "Ck, dasa...