"Iissshh... pokoknya gue bete banget sama si Rachel songong itu. Bisa-bisanya Rafael mau gantiin hukuman dia. Harusnya kan tadi dia yang dihukum, bukan My Honey Bunny Sweety!"
"Iya bener tuh Sher, gue aja kesel banget liatnya tau gak? Kan kasian Rafael. Cowok ganteng kayak gitu dibiarin panas-panasan."
"Gue setuju, kayaknya kita harus kasih dia pelajaran deh guys."
"Tapi kali ini rencana kita harus berhasil dong, jangan kayak yang tadi, Iya gak Bell?"
"Bener tuh kata Sherly Cin, kita harus atur ulang rencana kita."
"Iya juga ya? Berarti tadi gue sia-sia dong masukin katak ke tasnya si Rachel?"
Miss Sinta membelalakkan mata tidak percaya melihat video rekaman tersebut. Ia tidak menyangka bahwa Sherly membohonginya perihal kejadian kemarin.
Lalu Miss Sinta beralih menatap seorang remaja lelaki yang tadi menyerahkan video tersebut untuk diperlihatkan padanya.
Setelah video durasi beberapa menit itu berakhir, Miss Sinta mengembalikkan ponsel tersebut kepada pemiliknya. Ia berdeham singkat.
"Kamu dapat darimana video itu?" Tanyanya penasaran.
"Saya yang merekam sendiri Miss. Kemarin saya tidak sengaja berada di cafe yang sama dengan mereka." Ujarnya menjelaskan. Miss Sinta hanya menganggukan kepala.
"Lalu sekarang mau kamu apa?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Miss Sinta membuat remaja lelaki tersebut mengernyit tidak suka.
Guru macam apa ini? Pikirnya.
"Lho, Miss kok menanyakan apa mau saya? Jelas-jelas disitu terlihat percakapan Sherly dan teman-temannya. Dan itu berarti Rachel tidak bersalah Miss." Ucapnya tak habis pikir. Ia jadi bertanya-tanya sebenernya orang dihadapannya ini guru atau bukan?
"Iya saya tahu bahwa Rachel tidak bersalah, tetapi Rachel memang tidak menjalani hukumannya kan kemarin? Rafael yang menggantikannya. Jadi tidak ada yang perlu dipermasalahkan." Jawabnya santai. Seketika lawan bicaranya ingin sekali menjedotkan kepala Miss Sinta supaya ia sadar apa yang harus ia lakukan.
"Tidak bisa begitu dong Miss, Sherly dan teman-temannya terbukti bersalah. Mereka harus diberi hukuman." Ucapnya tak terima. Miss Sinta tampak berfikir sejenak. Lalu ia menampilkan senyum centil yang menurut lawan bicaranya lebih menyeramkan dibanding bangkitnya Voldemort.
"Oke, Miss akan turuti kemauan kamu untuk menghukum Sherly dan teman-temannya. Tapi ada satu syarat." Ujarnya masih dengan senyum centil.
"A-apa Miss?" Tanyanya takut-takut. Bagaimana ia tidak takut? Hampir semua syarat yang diberikan Miss Sinta untuk mengabulkan permintaan seseorang sangat aneh. Terutama untuk para cowok.
Misalnya Miss Sinta pernah memberikan syarat kepada salah satu murid laki-laki agar mengantar jemputnya ke sekolah selama satu minggu. Atau ada yang lebih parah, Miss Sinta juga pernah minta diberikan bunga dan cokelat di tengah lapangan ketika selesai upacara hari senin. Benar-benar gila. Pantas sampai sekarang belum laku.
Miss Sinta tetap menampilkan senyum centilnya sebelum kembali berkata. "Berikan no whatsApp kamu, kita dinner romantis malam ini!"
***
"LALALA..."
"YEYEYE..."
"LALALA..."
"YEYEYE..."
Bryan menggeram kesal. Warga kelasnya benar-benar memancing emosinya. Baru beberapa menit yang lalu seorang guru piket memberi tahu pada mereka bahwa hari ini guru yang mengajar di kelas mereka tidak masuk di karenakan sakit. Tetapi sekarang lihat, sedari tadi mereka terus bersorak seperti itu membuat Bryan ingin memutilasi mereka satu-satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badgirl Vs Anak Mami
Ficção Adolescente"Lo nurut, atau gue cium?" "Hah?" Cowok itu tidak paham. Mengapa di dunia ini ada cewek se-berani itu. Gadis itu semakin memajukan wajahnya. Membuat cowok itu mengerjap. "Lo ngapain deket-deket? Mundur sana. Atau Gue aduin ke Mami gue." "Ck, dasa...