CHAPTER 48

693 33 8
                                    

"
"Harapan itu seperti sebilah pisau. Tajam dan menikam. Juga seperti sebuah bumerang bisa jadi tepat sasaran atau malah balik menyerang."

-------------------

Asna duduk di ujung dipan kamarnya. Sudah larut malam area sekitar ndalem juga hening yang tersisa hanya suara decit kali abdi ndalem yang memiliki jatah keamanan jaga pesantren dan beberapa suara jangkrik acap kali terdengar. Ia mengambil sebungkus plastik putih yang ia terima dari dua sahabatnya tadi siang. Mereka tidak mengucap sepatah dua patah kata apapun, langsung ngacir meninggalkan Asna dengan kebingungan. Pasalnya plastik itu diikat kencang bahkan mengintipnya pun agak susah. Asna mulai merabanya. kotak?

"Kado apaan nih gua kan masih lama ulang tahunnya?" Ucap Asna penasaran.

Iya memutar plastik itu ke kanan-kiri memastikan itu bukan sebuah sabu-sabu dan dua cecurut itu terlibat narkoba. Tapi Asna menggeleng kepala menepiskan pikirannya yang amat jauh.

"Buka aja deh." Usahanya membuka tidak membuahkan hasil. "Etdah ketimbang plastik Indomaret ngiketnya udah kek ngiket maling. Sobek aja lah!" Timpalnya kembali.

Iya tidak sesabar itu untuk berkutat dengan plastik hanya untuk membukanya. Bola matanya membulat melihat isi plastik pemberian sahabatnya, ia mematung sejenak mencerna apa yang ia lihat. Hening. Tanpa suara. Asna mengucak mata memastikan yang dilihat matanya.

"Ah, kalian paham ternyata." Matanya berkaca terenyuh.

"ASNA!!"

Asna kaget hingga sedikit melonjak dari dipan. Yang terlihat ada Gus Adnan dengan mata mengerling dan mematung tepat didepan iris matanya. Asna mendengus kesal, ada pintu sebesar itu diperuntukkan untuk diketuk sebelum masuk. Tapi laki-laki itu keras kepala sekali.

"Kenapa nggak ketuk pintu dulu?" Tanya Asna

"Kan aku suamimu."

Kali ini Asna kalah telak. Itu pernyataan yang tidak bisa ia sanggah dengan ungkapan apapun karena memang begitu kenyataannya, ia tidak bisa membuat tembok privasi apalagi ini bukan rumahnya.

"Kamu mau program hamil? Sampai beli susu?"

"Diki sama Haris mereka beliin aku ini. Mereka paham kesedihan aku saat dikucilkan masalah hamil tapi suami sendiri ga ngebela." Ketus Asna berjalan ke arah pintu.

"Kamu mau pergi kemana lagi? Sopan ada suami malah pergi?" Tanya Gus Adnan.

Asna memutar bola matanya malas "itu ada rak belakang kamu aku mau naruh susu ini. Pikiran kamu yah nggak pernah aku bener di mata kamu." Tukas Asna.

"A-akuuuuu ga gitu." Gagap Gus Adnan

Asna menutup pintu yang terbuka, ia hanya tidak nyaman urusan rumah tangganya yang kisruh didengar telinga orang luar biasa timbul berita fitnah.

"Lalu apa? Kamu bahkan mana tau sakitnya aku saat kamu nggak pernah sisain waktu buat aku, ngebela pun engga."

"Tapi aku sayang." Tukas Gus Adnan

"Sayang itu bukan ucapan tapi tindakan. Nasi jatuh juga dibilang sayang, kan?" Ujar Asna melepas hijabnya dan duduk di meja rias untuk skincare malam, "aku tidak cukup tenaga untuk mengemis perhatianmu. Kalau memang sayang harusnya itu ada tanpa harus diminta." Tukasnya kembali membuat lawan bicaranya kicep.

"Maaf."

"Maaf, dimaafin. Maaf. Dimaafin. Seseorang yang merasa dicintai kadang suka bersikap seenaknya. Bahkan menyepelekan kata maaf karena merasa akan selalu dimaafkan. Dan itu kamu mas!"

-----------------

Haris dan Diki mendapat jatah keamanan diperbatasan asrama putra -putri. Haris mondar-mandir sejak setengah jam yang lalu ditempat yang sama, ditembok dekat asrama putri. Sedangkan Diki hanya duduk meringkuk diujung gerbang perbatasan asrama. Matanya setengah Watt dan nggak memungkiri kadang sedetik dua detik ia terlelap. Membuat Haris bergidik kesal sampai menggertak giginya.

"Lu yah udah kek orang cacingan tidur Bae!"

"Sue banget." Tukasnya setengah sadar dan tetap melanjutkan tidurnya.

"Eh malah bangun apa lu. Masa gua jaga sendirian. Lu kaga denger pernah ada yang bunuh diri di gerbang yang ku dudukin." Ujar Haris asal.

Diki langsung bangkit dan melompat ke arah Haris memeluk laki-laki bertubuh tegap itu ketakutan. Ia sedikit ngeri pasalnya memang pesantren ini termasuk pesantren tua yang bisa dibilang pasti penghuni tak kasat mata nya juga lebih banyak.

Plak!!!!!

"Sakit ege!"

Diki mengelus lengannya yang ditampol oleh Haris tanpa merasa bersalah, padahal perihnya membuat ia sedikit meringis kesakitan.

"Lagian elu ngapa peluk gua. Gay yah lu?. Mending kalo sih Mecca yang meluk ini mah Dugong kek elu!" Ujarnya

"Dih, Gay nenek ku kayang!"

" Jadi cowok itu harus tegas. Masa Ama gituan aja takut!" Tegas Haris menggulung lengan kemeja kokonya dan bertolak pinggang membelakangi pagar perbatasan.

"Ini juga ngapain lu pegang pundak gua malih?" Tanya Haris kembali.

" Lah pegang, mata lu kotok? Gua aja tangannya lagi ngelus Bekasi tampolan lu!"

"Lah iya?" Haris shock.

"Jangan-jangan" ucap mereka berdua bergegas melirik ke arah belakang.

Hahhhhhhhhhhhg!!!!!!!!!

Diki dan Haris jongkok dan menutup mata mereka, ketakutan melihat wajah putih dengan wajah terang di depan mata mereka.

"Ampunnnn mbahhhhhh si Haris emang suka kencing di pojok gerbang kalau ga ada orang tapi ga bau kok!!!"

"Anjirrr itu mah elu." Ujar Haris menimpal sembari matanya masih tertutup, "engga mbahhhh saya ga begitu. Cuma kadang suka ngintip asrama putri doang dikit."

Plak!!!!!!!!!!

"Aduh!!!!!!!" Ujar mereka saat ditampol menggunakan sapu ijuk oleh sosok didepan mereka.

Ternyata ada si Mecca yang menggunakan mukena dan masker muka putih sedang jaga juga tapi mati lampu di kamarnya jadi pakai senter untuk penerangan.

"Pantes yah bintitan muluk ternyata tukang ngintip!!!"

Haris shock mendengar suara Mecca, "loh ada calon ayang disini. Engga kok itu tadi bercanda hehe."

"Dih bener tau mec.... Janda dikampung gua dulu aja Bekasi mantan Haris hahahahaha."

"Anjir lu!" Haris ketar ketir, "anjir image gua jatuh dah"

"Iya namanya mba wati. Mana celana Haris pernah kebawa dia." Ceplos Diki.

"Mampus!" Ujar Haris membekap mulut Diki dan mundur ke arah belakang.

"Aku pergi dulu yah, calon ayang. Ini sih Diki bengek kasian entar mati disini repot. "

"Mmphhhhhhhh"

---------------

Assalamualaikum wr WB

Haii guys, Hay readers maaf banyak ninggalin aku soalnya sering banget writers block but aku nggak lupa Ama Asna Adnan kok. Tetap update. Semoga kalian selalu suka dan nungguin. Semoga puasanya lancar yah kalian. Jangan lupa kritik saran dan komen yahhh. Luv

Regards
Rafzyanrm
Bekasi, 16 April 2023

Jodoh Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang