Asna menutup pintu toilet rapat. Ia dijadwalkan pulang sore ini, setelah pengecekan terakhir nanti jam 3. Asna sedang pms dan harapan yang tertumpuk itu hanyut ditelan bumi. Pingsan dan lainnya hanya karna magh nya kumat bukan karna ia hamil muda. Praduganya salah. Kini, ia memilih berdiri dibalik kelambu biru di jendela dengan tatapan kosong. fikirannya kalut carut marut. Gus Adnan sudah pergi ke pondok pesantrennya, meninggalkan ia dengan luka. Setelah berucap akan pergi, Gus Adnan menghilang tanpa berpamitan. Takut melukai katanya, lalu apa yang lebih sakit dari ditinggalkan saat kita masih terlalu sayang?
"Ya Allah..." suara itu nampak diiringi deru nafas berat, ia tidak bisa menahan diri untuk menjauh dari suaminya. rasa itu terlanjur ada dan tumbuh sendirinya.
Asna mengecek ponselnya, mengusap sekali duakali pada layar lalu sampai pada whatsapp. Tak ada pesan sama sekali, hanya riwayat chat kemarin. Asna melenguh kesal. Ia mengigit bibir bawahnya menahan rasa gondok di ulu hatinya, Asna menekan nama Agusku di kontak. Dan, laki-laki itu sedang online. Tapi tak ada satu pun chat yang masuk untuknya. Asna tahu bahwa mungkin ada yang gus Adnan prioritaskan dari pada dia, seseorang yang harus dijaga hatinya bukan Asna tentunya. Gadis itu mencoba mengetik pesan, lalu kembali dihapus. Mengetik kembali lalu dihapus.
"Arrghh..." umpat Asna
Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyerobot ponselnya dan dibuka semua pesannya. Dia adalah Diki. Diki dan Haris tertawa menggodanya, ponselnya di bajak. Diki mengetik sesuatu yang Asna yakin itu akan menperburuk keadaan. Asna saja maih ragu untuk berkirim pesan.
"Sudah nih, gue udah bilang ke agus."
"Lah, bilang apa coba?" Asna menarik ponselnya lalu kelabakan mencari chat Gus Adnan, dan tidak ada.
"Kok ngga ada?" Ujar Asna melotot ke arah Diki yang nyengir kuda.
Diki duduk disofa sebelah ranjang rumah sakit sembari memakan apel dalam ranjang buah, pemberian Gus Adnan. Asna sengaja belum memakannya tapi sudah dijarah oleh sahabatnya. Diki dan Haris memangku ranjang buah itu dan Asna masih melempar tatapan tajam pada mereka yang kelakuannya masih kekanak-kanakan.
"Bilang apa!" Tukas Asna geram sampai ke ubun-ubun sebab diacuhkan oleh mereka.
"Uhuk...bentar gue seret. Minum-minum" ujar Diki
"Ailah.. nih gue kasih lee mineral. Biar elu manisan dikit biar ada yang naksir." Ucap Haris sembari melempar minuman ke arah Diki.
"Hmm."
"Killahadzil ard mataqfi..." nyanyi Haris dengan penuh penghayatan setengah terpejam. Tiba-tiba Asna mendelik.
"Udah, sekarang jawab tadi ngechat apa?" Kali ini, Asna berbicara lugas penuh penekanan. Kesabarannya sudah diujung tanduk. Jangan sampai ia mengamuk ala ukhty ukhty yang lagi pms. "Cepet."
"Iya... tadi gue bilang gini. Assalamualaikum wr.b Abiku, umi kangen abi tau?" Ujar Diki menggigit apel merah itu kembali.
Asna mendelik, " umi abi?? Sejak kapan gue manggil kek gitu, diki. Cari masalah nih." Ujar Asna frustasi.
"Ya..maap. biasanya kan gitu kalo pacaran udah halal, suka abi-umian gitu. Ya ngga ris?" Alibi Diki.
"Eh apaan, cari temen lu. Hajar aja Na, si diki kebanyakan main sama admin lambe turah tuh."
"Elu berarti, kan gue mainnya sama elu." Sahut Diki terpingkal membuat Haris mendesis kesal.
Drrttttt...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dalam Doa
Spiritual(SEBELUM BACA BUDAYAKAN FOLLOW DULU YAH, HAPPY READING) Rank: #2 ikhwan #3 religi #1 nikahmuda #1 perjodohan #1 islami #3 spiritual #69 fiction Semoga Doaku dan Doamu sama dan Allah meridhoi kita untuk bersama dalam ikatan halal dengan niat menggapa...