CHAPTER 47

697 47 6
                                    

" jika kamu merasa tidak bahagia dengan hidupmu, ingatlah ada seseorang yang bahagia hanya dengan kamu."

-------------

"Jadi ada salah satu hadits yang pernah saya baca, di kitab Fathul izar." Gus Adnan menghela nafas membuka kembali kitab Fathul izar yang ia pegang sedari tadi semenjak kelas dimulai. "Bunyinya......"

"Nikahilah olehmu wanita-wanita yang produktif (beranak) yang banyak kasih sayangnya kepada suami. Karena sesungguhnya aku akan berlomba-lomba dengan kalian memperbanyak umat di hari kiamat kelak." Terangnya kembali dengan lugas.

"Ada pertanyaan sampai sini?"

Kebetulan dikelas ini ada Asna yang memilih duduk diujung kelas tanpa bersuara, ia yang biasanya paling antusias mengajukan pertanyaan tak terduga kini duduk merunduk dengan tatapan kosong. Membuat Gus Adnan sedikit gusar, namun ia harus profesional. Tiba-tiba sebuah tangan terangkat keatas membuyarkan lamunannya. Salah seorang murid bertanya, "Gus.. maaf sebelumnya lalu kalau yang dinikahi itu tak kunjung hamil gimana? Apa dia berdosa dengan suaminya karena tidak memberi keturunan?"

Belum sempat Gus menjawab, Asna berdiri dan meninggalkan kelas membuat semua riuh meneriaki istri Gus yang tidak beretika.

"Asna.. masa istri Gus nggak beretika sih?"

"Iyaa... Orang mah beradab kek jangan kek anak jalanan."

Gus Adnan menggeleng kepala ia tahu persis perasaan istrinya. Tapi keadaan ini bukan saatnya untuk itu. Ia mengijinkan istrinya meninggalkan kelas.

"Asna kamu boleh keluar lebih dulu. Biasakan izin dulu yah." Ujar Gus Adnan

"Iya ijin keluar aku. Assalamualaikum."

"Eh.. waalaikumsalam."

Asna melenggang keluar kelas, ia berlari ke arah taman asrama yang basah karena hari ini gerimis tak kunjung reda. Ia menutup airmatanya dengan ujung jilbab miliknya. Menatap langit yang mendung awan yang menghitam dan petir yang bahkan ia acuhkan jikapun lewat didepan bola matanya.

"Anjinggggg semua. Gua juga nggak pernah minta kayak gini.....hhhhhhh" teriaknya kasar mengisi seluruh ruang lorong yang kebetulan kosong karena masih jam pelajaran.

Langkahnya lunglai, ia menyusuri lorong demi lorong asrama. Tak tentu arah tapi yang pasti dia tidak mau bertemu dengan suaminya lebih dulu. Rasanya sakit hingga menghunus ulu hati. Sehina itukah wanita yang susah hamil Dimata mereka.

Tiba-tiba sesuatu terasa erat menepuk pundaknya pelan. "Gapapa ga semuanya harus di dapat sekarang."

Ia pastikan hanya ada dia seorang di lorong ini, mengapa ada yang mengetahui keluh kesahnya. Tanpa ba-bi-bu wajahnya merah seperti kepiting rebus. Asna menoleh cepat dan didapatinya umi- nya Gus Adnan.

"Umi dulu juga lama pas hamil... Gapapa kalian kan bisa pacaran dulu." .

Asna terperangah tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut umi. Rasanya ia ingin menenggelamkan dirinya di lautan Palung paling dalam, malu bercampur aduk. Ujung matanya berembun tapi ia pastikan tidak ada satu tetes pun yang menetes melebihi sudut matanya. Didepan umi ia harus kuat.

Umi menarik lengan menantunya tenggelam dalam dekapannya, "nggak selalu kamu harus terlihat kuat. Menangis bukan berarti kamu lemah, sekalipun terlihat lemah kan kamu juga manusia sayang." Ucapnya mengusap jilbab menantunya yang sedetik kemudian terisak tanpa henti.

Jodoh Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang