CHAPTER 10

6.7K 338 8
                                    

Cek media kaka... ada kak aditya cast dari Gus Adnan 😍😍

Maaf yah kalo sering slow update

💐💐💐

Gus Adnan duduk di sofa depan rumah sambil mengetik proposal keperluan bulanan pondok yang akan diserahkan ke abinya. Deadlinenya nanti malam, Abinya pasti akan marah jika Gus Adnan tidak disiplin waktu. Gus Adnan sedikit kesulitan jika harus mengurus pondok dengan jarak jauh seperti sekarang, ia harus menghubungi rekan guru dipondok. Dan, ia mulai gusar lalu menggaruk kepala tanpa rasa gatal. Gus Adnan khawatir pada Asna, bagaimana mungkin ia membiarkan istrinya hanya bersama seorang ojek online. Ia takut akan segala kemungkinan di jalan raya. Apalagi Asna sedikit ceroboh dalam bertindak, berkali-kali lipat rasa cemasnya menggunung membuat gondok. Sesekali Gus Adnan melirik jam dinding yang terpasang di sebelah kalender untuk sekadar membunuh waktu.

"Mungkin secangkir kopi lebih baik.." Gus Adnan beranjak ke arah dapur untuk membuat kopi, ia bukan pecinta kopi yang fanatik.

Belum sampai ia didapur, dering telepon memecah keheningan rumahnya. Berasal dari ponsel pintar miliknya yang tergeletak di kasur kamar, ringtonenya adalah suara Gus Adnan saat membaca surah Ar-rahman sebagai mahar. kata Asna suaranya adem dan dia sendiri yang meng-setting ringtone itu. Karena itu sering kali saat keluar Gus Adnan meng-silent hapenya agar suaranya itu tak membuat orang lain heran. Ia agak malu suaranya dijadikan ringtone tapi Asna selalu bilang jangan pernah ganti. Ya sudah.

"Hah, Asna nelfon?" Ujar Gus Adnan mengamati seutas nama yang tertera di ponselnya. Gadis itu lebih sering mengirim pesan daripada telfon, hemat katanya.

"Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, ada apa Asna?"

"Waalaikumsalam pak, benar ini keluarga ibu Asna?"

"Hah?" Ujar Gus Adnan heran, "iya."

"Ibu Asna mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit Cipta Agung."

"Astaghfirullahaladzim, iya pak makasih infonya. Saya akan kesana, Wassalamualaikum pak."

"Waalaikumsalam."

Gus Adnan segera meraih kemeja di kapstok yang tadi pagi habis di setrika sama Asna. Kemeja itu berbau parfum milik Asna sebab kata Asna ia tak ingin ada wanita yang mendekati suaminya yang terlampau tampan. Gus Adnan tak punya banyak waktu untuk mengulik satu persatu kata-kata istrinya, ia memasukkan laptop kedalam kamar dan mengunci pintu rumah. Gus Adnan membuka garasi dan masuk ke dalam mobil jenis Pajero sport tersebut.

"Ya Allah Asna, kamu bikin khawatir.."

Gus Adnan menginjak gas dan melaju meningglkan pekarangan rumah. Ia mengatur nafas agar tak kalap dan malah mencelakakan diri sendiri, tapi ia tidak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Tiba-tiba dering pesan dari WA nya beruntutan. Gus Adnan memberhentikan mobil dipinggir jalan dan membuka pesan yang barangkali penting.

Haris J:

Astajim, lu apain inces gue gus agus?

Adnan:

Astaghfirullah saya juga baru tau.

Lagi,

Diki Andreas:

Busyet dah, si Asna kecelakaan ini. Tadi gue sama Haris bawa dia ke rumah sakit. Lu kemana agus? Jualan sayur lo ya?

Unfaedah

Adnan:

Iya, saya ini mau ke rumah sakit. Tolong jaga dulu istri saya. Diki.

Diki Andreas:
Lu kira gue babby sitter? Tapi yaudah karena itu inces geng gue jadi gue mau. Tapi cepetan dikit yah...

Adnan:

Makasih, iya saya sebentar lagi sampai.

Diki Andreas:
Ah, jadi baper. AGUS!!

Gus Adnan mendelik menahan tawa yang hampir pecah, Asna punya teman yang unik seperti alien. Astagfirullah, Gus Adnan kembali menancap gas ke rumah sakit. Beruntung jalanan kota agak sepi hanya ada beberapa pengguna motor dan enam atau tujuh mobil yang berlalu lalang, masih satu belokan lagi dan ia akan sampai di rumah sakit cipta Agung. Sekelebat figur Asna yang periang memenuhi seisi fikirannya, penuh bahkan sesak hingga ke ulu hati. Tak kurang dari beberapa menit, ia sudah di landmark rumah sakit yang agak penuh. Apa musim pancaroba membuat banyak orang sakit hingga sebanyak ini? Ah, Gus Adnan lupa kapau yang sakit satu tapi yang jenguk sekampung. Tapi itu baik karena menjenguk orang sakit Insyaa Allah bisa memperpanjang umur. Gus Adnan diarahkan oleh juru parkir dengan jaket kuning, ia masuk kedalam rumah sakit dari arah utara dan parkir disebelah deretan mobil lain yang berjajar rapi. Gus Adnan keluar dari mobil, ia berlari ke Bagian informasi.

"Ehm, afwan mbak. Saya mau nanya?"

"Iya, ada yang bisa saya bantu?"

"Pasien dengan nama Asna Alfiyah korban kecelakaan tadi ada diruang apa ya?"

"Sebentar," mbak-mbak berpakaian putih itu membuka data yang tercantum di buku besar. "Ah iya pak, ada di ruang kenanga 5."

"Baik mbak, makasih."

Gus Adnan berbalik, ia menunduk untuk memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia berjalan dan bahunya terbentur dengan bahu seorang wanita, berpakaian syar'i dengan warna coklat mengaduh kesakitan. Gus Adnan mundur untuk menjaga jarak karena bukan mahram. Ia menatap ke arah wanita yang masih memeggangi bahunya, dan Gus Adnan mematung sebab tercengang. Ini bukan Mesir juga bukan kairo, lalu gadis ini??

"Syifa???" Tanya Gus Adnan tak menyangka, kata Asna bahwa kakaknya itu kabur sebelum mereka menikah.

"Ah, Gus Adnan?" Syifa shock dan hampir terbata-bata.

"Syifa.. aku mau bicara."

"Aku ada urusan,," ujarnya berbalik memunggungi Gus Adnan.

Gus Adnan menghadang, " kasih saya waktu, saya tahu kamu suka saya. Maaf, sudah membuatmu kabur. Tapi tolong kembalilah!!"

"Saya tidak mungkin sanggup melihat Asna dan kamu,Gus. Saya takut melukai kalian dengan kehadiranku." Air mata gadis itu luruh membasahi pipi.

"Tidak. Kamu tidak melukai siapapun. Sebenarnya saya menerima untuk mengkhitbah anak dari abi kamu karena saya fikir itu kamu, Syifa Alfiyah. Tapi takdir berkata lain, sungguh saya belum bisa mencintai Asna."

Mata belok Syifa membulat penuh, ia tak percaya dengan yang ia dengar. Syifa takut menyalahi kehendak Allah, ia tak bisa merebut Gus Adnan seberapapun rasa yang tumbuh subur tanpa kemauannya. Syifa memandang nanar wajah Gus Adnan yang menunduk. Ia berlari menjauh dan hilang di antara lalu lalang orang, Gus Adnan mematung dengan segenap rasa bersalah yang merundungi dirinya. Hati ini sulit disuratkan dengan kalimat, ia hanya tak tega dengan Asna yang tampak begitu baik dengannya apalagi ia dengar dari Uminya Asna kalau gadis itu rentan penyakit. Gus Adnan tak bisa menolaknya, akan ada banyak hati yang ia lukai jika ia menolak perjodohan.

"Agus? lu suka sama Kak Syifa?"

Gus Adnan mendelik, ia dapat mendengar suara berat dari seorang laki-laki yang berdiri tepat dibelakangnya. Gus Adnan menoleh dan menemukan Diki mengulitinya dengan tatapan sinis.

"Dik, saya mohon jangan bilang ke Asna.. kasihan dia."

"..."

💐💐💐💐💐

Astaghfirullah, Gus Adnan tega.
Gimana coba perasaan Asna dipermainin gitu? Sakit pasti. Keep reading ya!

~jazakumullah katsiran~

Jodoh Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang