" kita satu yang sama dan dua yang semu. kemungkinan-kemungkinan yang tidak mungkin yang mati-matian diseduh."
-------
"tidak. mungkin aku yang salah. prasangkaku yang salah. sadar asna" ujarnya menatap pantulan wajahnya tepat didepan meja riasnya. cermin dengan ukiran khas jepara itu tak luput dari pandangannya sejak kurang lebih satu jam yang lalu. ia terus merutuki diri sendiri, sesekali tangannya menoyor kepala sendiri. rasanya ulu hatinya seperti tercekat bilahan benda tajam tak kasat mata, tak berdarah tapi menyengat. bayangan kejadian demi kejadian yang mulanya ia maklumi, semakin menggerayangi fikirannya perlahan tapi pasti. ini tentang keputusannya untuk membawa ashila tinggal di pondok sebulan yang lalu sembari terapi. niat baik yang berujung malapetaka, mungkin. kalau boleh jujur, hatinya sedang tidak baik-baik saja sekarang.
"astaghfirullah. tetep khusnudzon Asna. gus adnan itu pria baik." ucapnya penuh penekanan disetiap kalimatnya, sembari mengelus dadanya.
drttt
tubuhnya seketika meneggang, dingin tak karuan. degup jantungnya berlarian seperti hendak keluar dari tempatnya. ia mengetuk-ketuk meja, lalu mengela nafas panjang berusaha terlihat baik-baik saja. ia berbalik badan melempar sebuah senyum simpul kepada seseorang diujung ranjang kasur yang nampak sedang mengulitinya dengan pandangan aneh. pria itu beranjak dari tempatnya, lalu merangkulkan lengannya dibahu istrinya mesra.
"kamu kenapa sih? udah seharian gak keluar dari kamar." tanya gus adnan sembari memainkan rambut terurai milik Asna. "ada masalah yah? apa aku ada salah sama kamu?"
asna menunduk hampir saja buliran air bening itu jatuh membasahi pipinya. walau ia juga tak menampik kantung matanya penuh seperti hampir tumpah ruah. ia berdiri dan memeluk gus adnan erat, hingga tidak ad jarak diantara mereka. hembusan nafas asna yang tersengal masih bisa gus adnan rasakan. ia benar-benar panik melihat istrinya.
"kamu janji ya, gak akan ninggalin aku." tanya asna memandang dua bola matafus adnan dengan sejuta oesonanya yang bisa memikat ribuan wanita diluar sana.
"kamu kenapa sih. iya aku kan sudah janji didepan allah juga abi. buat jagain kamu seumur hidup aku. aku ada buat salah ya?" kini, asna bungkam.
tok..tok....
"permisi, bang adnan."
suara itu berhasil memecah suasana. ia kenal betul suara siapa yang menggelegar diluar.setengah mati asna berusaha tidak melonjak marah dan terus merajuk. ia melepaskan Gus Adnan untuk membuka pintu.
"ehm, yaudah kamu gak perlu jawab. aku buka pintu dulu yah." sahut gus adnan mengacak rambut asna dan berlalu pergi ke balik pintu.
gus katanya mau ajarin aku baca tajwid. ini aku udah siap.
oh, emang iya? afwan aku lupa. sebentar yah ashila.
iya, aku udah gak sabar.
kamu duluan aja ke aula. nanti aku nyusul.
gus adnan kembali, sudut matanya menatap ke arah rak kitab. tangannya menarik beberapa kitab yang tertata rapi disudut kamar dengan rak warna biru pilihan Asna. asna tersungut-sungut hatinya tidak terima, tapi ia tidak bisa bersikap kekanak-kanakan karena hal sepele.
"aku pergi ngajar ashila dulu yah sayang. kamu kalo bosen, bisa ke ndalem umi." ujar gus adnan mencium hangat kening Asna.
"ashila bukannya udah bisa tajwid yah?" tanya asna dengan menaikkan sebelah alisnya.
"katanya dia gak paham dibagian pembagian mad.udah dulu yah. Assalamualaikum"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Dalam Doa
Spiritual(SEBELUM BACA BUDAYAKAN FOLLOW DULU YAH, HAPPY READING) Rank: #2 ikhwan #3 religi #1 nikahmuda #1 perjodohan #1 islami #3 spiritual #69 fiction Semoga Doaku dan Doamu sama dan Allah meridhoi kita untuk bersama dalam ikatan halal dengan niat menggapa...