CHAPTER 16

5.7K 304 1
                                    

    "manusia itu egois, datang karena sepi dan meninggalkan karena merasa tak sehati. Sama halnya kamu."

----------

"Gak bisa dihubungi, dik."

   Kini, yang bisa nampak dari raut wajah Diki dan Haris adalah masam. Lebih asam dari cuka, kesukaan Diki kalau makan mie ayam. Beberapa garis kerut berjajar didahi mereka tanpa disadari, rasanya kepala mereka ingin pecah. Ini lebih parah dari dosen galak yang ngasih nilai F di mata kuliahnya, ini masalah hidup dan mati itu yang dikatakan Haris seolah kiamat jika semuanya tak sesuai rencana. Gadis berjilabab itu sama sekali tak ada kabar semenjak berangkat hingga sekarang sudah berganti hari, siapa yang tidak cemas? Apalagi mereka tahu kalau Asna rentan sakit, membuat bayangan terkaan mereka malah semakin runyam.

"Wah, mati muda kita kalo gini. Bisa  digolok ama abah kalo sampai abah nelfon dan Asna gak ada kabar." Ujar Diki bolak-balik berjalan didepan Haris yang duduk memijat kening di balkon rumah.

"Au ah pusing. Lagian lu bolak-balik muluk kek setrikaan. Sepet ni mata."

"Emang lu gak panik. Lu tau kan abah kek gimana? Gue masih belum nikah, belum beli motor ninja merah.." cerocos Diki yang ditanggapi sinis Haris.

"Jijik gue, lu ngebet nikah. Sunat aja belum lu."

"Eh, kalo ngomong ya, gue gampar pakai uang 80 juta tahu rasa nih." Ujar Diki

"Gaya lu, tong. Utang lu aja belum bayar mau gampar pake uang jutaan. Ngutil dimana lu? Hahah"

"Au ah gelap."

Drrtttttt

Drrrttttt

  Baru saja ia ingin menimpali sahabatnya, tiba-tiba ponsel miliknya bergetar tanpa nada dering. Tercantum nama dengan huruf bercapslok semua, membuat Diki ngeri -- ABAH INCES. Ia malah melemparnya ke arah Haris yang untung saja ditangkap, kalau tidak ia harus menanggung kredit ponselnya yang belum lunas. Mereka kelabakan, Haris nekad saja mengangkat pannggilannya walaupun tetap saja ia hanya gelagapan tak jelas.

Assalamualaikum..Diki?

Waalaikumsalam eh Abah, ini teh Haris atuh.

    Mana Asna? Katanya dia ke jawa timur, tapi kenapa tidak telfon dari kemarin

Haris menutup lubang suara ponsel, lalu berbisik di daun telinga Diki pelan. Memastikan suaranya cukup rendah hingga tidak tersengar Abah.

"Gimana jawabnya?" Tanya Haris

"Eng.. hmm.. bilang aja lagi kehabisan pulsa. Lowbat kek. Hape kenapa kek."

     Haris berbalik ke ponsel, ia menemukan abah sudah marah-marah karna tidak ada jawaban dari Haris. Pasti Abah sudah naik pitam. Diki hanya duduk disebelah Haris sambil bersama-sama mendengarkan omelan Abah. Kepala mereka serasa disumpal bom yang siap meledak saat itu juga.

KALIAN INI BAGAIMANA? ANAK ABAH KEMANA? JANGAN CUMA DIAM YA!

"Mampus!" Ujar mereka bersamaan seraya menjauhkan ponsel dari telinga mereka sebelum jebol gendang telinga akibat suara Abah yang semacam geledek di siang bolong.

Jodoh Dalam DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang