11

6.2K 556 6
                                    

Cassius tersenyum saat melihat Vena datang ke kantornya di istana. Perempuan itu tampak rapi dengan gaun formalnya yang berlengan panjang, berwarna hijau turmalin dengan kerah. Tidak seperti gaun-gaun para bangsawan yang sering Cassius lihat, Vena kelihatan sederhana tetapi berwibawa. Walau wajah malas dan enggannya masih lekat di sana.

"Anda meminta saya kemari. Apa yang Anda perlukan, Paduka?" tanya Vena.

Kantor Cassius sangat luas, dengan rak tinggi di setiap sisi dinding, satu meja di tengah ruangan dan meja ajudan di yang menyamping di sisi kirinya. Di sana, ada ajudannya yang duduk dengan wajah lelah, tetapi matanya menatap Vena sedikit jengkel karena masih saja bersikap tidak sopan kepada kaisar mereka. Menurut Sayre, lelaki itu bernama Edwin Vox. Entahlah, Vena tidak terlalu peduli.

Vena tidak repot-repot menyembunyikan kekesalannya karena dipaksa datang ke istana. Pesta Perayaannya saja masih tiga minggu lagi, tetapi Cassius malah memanggilnya.

"Sepertinya kau memang tidak suka basa-basi," gumam Cassius. "Aku ingin memintamu supaya mempersiapkan anggur merah untuk Pesta Perayaan. Kau pasti tahu mana kualitas terbaik."

"Memangnya, pegawai Anda tidak bisa membedakan anggur merah kualitas baik dan buruk?" tanya Vena heran.

"Mereka sedikit buruk dalam hal itu," ujar Cassius membuat Vena menghela napas.

"Apa gunanya Anda menggaji mereka jika tidak tahu bedanya anggur merah berkualitas dengan yang tidak?" sungutnya, membuat Edwin Vox menatap kepadanya dengan mata seakan mengeluarkan laser. "Apa bayaran saya tinggi? Saya tidak akan bekerja kalau tidak dibayar."

"Tentu." Cassius tersenyum. "Aku tidak mungkin, tidak membayarmu, Nona. Apalagi, dirimu adalah seorang ketua serikat dagang besar."

Vena tidak menyahut lagi, melirik sekeliling kantor Cassius sejenak. Yah, ruangan yang digunakan kaisar memang berbeda. Luasnya hampir menyamai rumahnya yang ada di Timur. Ruangan itu dibangun dengan aksen emas dan interior yang kelihatan ringkas, tetapi mewah.

"Saya akan mencarikan yang paling bagus," ujar Vena. "Mungkin, Anda akan mengeluarkan biaya yang lumayan tinggi-"

Ucapan Vena terhenti saat pintu kantor Cassius terbuka dan Sayre masuk ke dalam dengan terburu-buru. Lelaki itu memberi salam kepada Cassius dengan sopan, menatap Vena dengan wajah yang kelihatan cemas.

"Kebetulan, Duke Hawthorne sudah berada di sini. Kau akan pergi bersama dengannya," kata Cassius ringan. "Sayre bertanggung jawab untuk keamanan Pesta Perayaan bersama dengan Regis."

"Ah." Vena mangut-mangut, menatap Sayre yang masih kelihatan cemas. "Anda memang laki-laki yang sibuk, Yang Mulia Duke."

Sayre mengabaikan ucapan Vena, beralih pada Cassius. "Paduka, saya yakin saya bisa menangani Pesta Perayaan ini. Apa perlu sampai melibatkan Nona Lilian?"

Vena mengangkat sebelah alisnya heran. Sejak kapan Sayre peduli kepadanya? Yah, walau sedikit terlambat datang, Vena berterima kasih dalam hati kepada lelaki itu karena setidaknya mengungkapkan ketidaksukaannya kepada Cassius.

"Perlu tidak perlu, ia sudah menerima tawaranku, Duke. Lagi pula, mencari anggur merah bukan masalah besar untuk seorang ketua serikat dagang seperti Nona Lilian," sahut Cassius santai. "Benar, 'kan, Nona?"

"Memangnya saya bisa berkata tidak?" celetuk Vena sekenanya sambil mengorek telinganya yang tak gatal dengan tampang tak peduli. "Berhubung karena Yang Mulia Duke ada di sini, saya akan pergi supaya Paduka dan Yang Mulia Duke bisa bicara. Oh, soal kontrak kerja kita, biar saya yang membuatkannya. Kontrak itu akan saya kirim ke istana, paling lambat besok sore."

"Oh, tapi aku memanggil Duke Hawthorne karena ingin menyuruhnya menemanimu mengelilingi istana sebelum pergi." Cassius tersenyum. "Aku mengizinkanmu melihat-lihat sebelum pergi."

The Love CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang