Ini adalah hari keempat Vena tak sadarkan diri.
Perang telah usai dan semua orang sibuk membangun semua yang hancur. Tim medis juga sangat sibuk mengobati prajurit yang terluka. Prajurit yang baik-baik saja secara bergantian menjaga keluarga kerajaan dari Tenggara agar tidak melarikan diri. Sayre bolak-balik mengurusi keluarga kerajaan dari Tenggara dan menemui Vena yang masih betah tertidur.
Menurut tabib, organ vital Vena baik-baik saja. Namun, saat ini, tubuhnya sedang berjuang melawan racun dari panah yang menancap di punggungnya, yang kini mulai menyebar di tubuhnya. Vena diberikan obat penawar oleh anggota serikat dagangnya setiap hari. Mereka juga mengirimkan pesan ke Selatan supaya memberikan penawar yang lebih mujarab untuk sang ketua. Meski sudah diminumkan, Vena masih belum sadar juga.
Dan itu membuat Sayre hampir menggila.
"Yang Mulia." Sayre menoleh, menatap Harry yang melangkah masuk sambil membawakan makanan untuknya. "Anda harus makan, Yang Mulia."
Sayre membuang muka, menatap Vena yang masih betah memejamkan matanya.
"Maafkan aku, Harry," lirih Sayre pelan sambil menatap Vena.
Setelah berkata demikian, Sayre terdiam. Tak ada kata lain yang terucap darinya. Harry menatap Sayre sekilas, melangkah mendekati lelaki itu dan meletakkan makanan untuk Sayre di nakasnya. Ia berdiri di sebelah Sayre yang duduk di kursi penjenguk. Sayre selalu kemari untuk menunggui Vena saat pekerjaannya selesai. Ia tidak pernah mau meninggalkan ruangan ini secara sukarela, kecuali jika terpaksa karena harus melakukan tugasnya.
Namun, sebagian besar waktunya ia habiskan untuk menunggui Vena.
"Vena akan baik-baik saja," kata Harry pelan sambil tersenyum tipis. "Jika ia ingin mati, ia akan mati saat itu juga. Namun, Anda sedang melihatnya berjuang untuk tetap hidup, Yang Mulia."
Sayre tidak menyahut, masih diam dengan pikiran berkecamuk. Ia takut, sangat takut jika Vena sampai tak pernah membuka matanya lagi. Sayre bisa kehilangan Issabel yang pernah ia cintai, tetapi ia tidak bisa kehilangan Vena. Ia tidak mau Vena pergi dari hidupnya. Sayre menelan ludah kasar dengan hati nyeri.
"Seharusnya, aku memastikan jika ia tidak keluar dari tenda kemah," bisik Sayre pelan.
Harry melirik Sayre sekilas, sedikit bingung dengan ucapan Sayre. Mereka tidak tidur setenda. Bagaimana Sayre bisa memastikan Vena tidak keluar dari tendanya? Lagi pula, mau dilarang seperti apa pun, Harry tahu jika adiknya yang keras kepala itu akan tetap maju ke medan perang.
Bukannya Harry tidak mengkhawatir Vena, tetapi ia tahu Vena akan segera pulih. Adiknya itu hanya butuh satu atau dua hari lagi untuk tetap tidur sampai seluruh kekuatannya kembali. Dan ia akan kembali bersikap menyebalkan dan mengganggu semua orang dengan kekurang ajarannya itu.
Namun, Sayre bertingkah seolah akan kehilangan adiknya walau sudah berulang kali diberi tahu bahwa perempuan itu akan baik-baik saja.
"Vena memang lemah, tetapi ia punya kemauan yang keras. Anda akan melihatnya bangun dan mengganggu Anda lagi," ujar Harry. "Bagaimana kalau Anda sebaiknya makan dan beristirahat, Yang Mulia? Paduka Kaisar meminta Anda melanjutkan introgasi dengan keluarga kerajaan Tenggara."
Sayre menarik napas panjang. "Kapan?"
"Tidak harus sekarang. Anda bisa mengintrogasi mereka setelah beristirahat cukup."
Sayre mengangguk pelan, menatap Harry dengan wajah kusut. "Kau bisa kembali dan beristirahat Harry. Persiapkan dirimu untuk perjalanan kembali ke pusat kota setelah semua ini selesai."
"Bagaimana dengan Anda, Yang Mulia?" tanya Harry.
"Aku akan berada di sini sebentar lagi."
***

KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Cure
RomansaMATURE! [Completed] Vena Lilian adalah perempuan mesum bagi Sayre Hawthorne. Vena panggilannya, keturunan setengah manusia dan elf yang terkenal sebagai pemimpin Serikat Dagang Lily. Perempuan 25 tahun itu tidak punya keinginan menikah, makanya ia m...