35

7.1K 546 30
                                    

Setelah berbagai drama dan kejadian di Selatan, Vena dan Sayre kembali ke Timur bersama. Namun, ketika sampai di Timur, Vena memutuskan untuk bersikap sebagaimana mereka sebelumnya, tidak terlalu dekat dan seakan kaku di depan publik. Sayre sempat memprotes hal itu, tetapi akhirnya menurut karena Vena menjelaskan jika mereka sebaiknya tetap menjaga sikap. Vena tidak mau didatangi bangsawan yang ingin mencari muka kepada Sayre begitu tahu mereka punya hubungan khusus. Ketenangannya bisa terganggu.

Begitu kembali, keduanya langsung disambut dengan undangan dari Cassius yang mengadakan pesta atas kehamilan permaisurinya, Lydia. Lagi-lagi, Vena tidak bisa menolak untuk pergi karena Icarus juga diundang untuk acara itu, tetapi lelaki itu memutuskan untuk menjadikan Vena sebagai perwakilannya dari Selatan. Laki-laki itu kadang menyebalkan.

Selain itu, Cassius juga sama menyebalkannya. Lelaki itu memanggilnya ke istana tanpa alasan. Namun, Vena tahu pasti jika Cassius ingin mengganggunya saja.

"Kau kelihatan lebih cerah setelah kembali dari Selatan," kata Cassius saat melihat wajah Vena. "Begitu juga Duke Hawthorne. Aku penasaran ada apa di Selatan sampai kalian berdua kelihatan lebih cerah begini?"

Vena memasang wajah masam, duduk di sofa sambil menatap Cassius yang dengan santai bersandar di sofanya. Hanya ada dirinya dan Cassius di dalam ruangan itu. Sepertinya, Cassius sengaja menyuruh Edwin pergi. Kalau ada Edwin juga, Vena tahu laki-laki itu akan berisik dan terus menegur Vena soal sikapnya.

"Udara di Selatan lebih baik, makanya saya kelihatan cerah," balas Vena sekenanya. "Apa itu teh putih?"

"Ya," jawab Cassius.

Vena langsung meraih cangkirnya tanpa menunggu Cassius mempersilakan dan meminumnya. "Ah, saya tidak suka datang ke istana!"

"Hei, jangan kasar begitu. Bagaimanapun juga, aku ini kaisarmu." Cassius menyipitkan mata, menatap Vena yang tampak tak peduli. Ia menghela napas. Oh, apa yang bisa ia lakukan pada Vena yang menyebalkan ini? "Aku mengundang putri dari Tenggara, Gladys Harbor ke istana. Saat ini, ia mungkin sedang berjalan di taman dengan ditemani oleh Duke Hawthorne."

"Saya pikir, Duke Hawthorne sedang latihan dengan Tuan Regis?" balas Vena tak acuh.

Namun, nadanya perlahan terdengar tajam, seakan mempertanyakan pernyataan Cassius. Matanya juga sedikit berubah, kelihatan lebih tegas. Yah, walau Tenggara sudah menjadi bagian dari kekaisaran, Vena masih bertanya-tanya apa hubungannya menikahkan Sayre dengan Gladys. Memangnya, kalau mereka menikah, hubungan Tenggara dan kekaisaran lebih kuat? Mereka 'kan, sudah menandatangani surat perjanjian damai dan menyatakan akan menjadi bagian dari kekaisaran!

"Harusnya begitu, tetapi ia memanggil Duke Hawthorne untuk menemaninya, sekalian bicara dengannya. Kau tahu, kudengar Gladys menyukai Duke Hawthorne."

Haruskah Vena meracuni perempuan itu? Kenapa ia mengejar seseorang yang tidak tertarik kepadanya? Ah, tidak. Selama ia belum melakukan sesuatu yang mengusiknya, sebaiknya Vena tidak melakukan tindakan yang tidak perlu.

"Oh, begitukah?" Vena memiringkan kepalanya tak peduli.

Cassius berdecak. "Ayolah! Apa reaksimu hanya seperti itu? Aku tahu apa yang terjadi di Selatan. Harry mengomel dan menceritakan kekesalannya pada Edwin dan Regis."

"Ck, laki-laki besar mulut itu!" decak Vena jengkel.

Cassius menyeringai lebar melihat adanya ekspresi lain di wajah Vena selain tak acuh. Ia meraih cangkir tehnya dan menatap wajah Vena. "Jangan khawatir, mereka tidak akan memberi tahu siapa-siapa selain aku."

"Saya tidak percaya," sahut Vena malas. "Jadi, apa tujuan Anda memberi tahu saya soal putri dari Tenggara itu?"

"Tidak ada. Aku hanya ingin tahu bagaimana kau akan merespon," balas Cassius. "Kau tahu, Sayre butuh istri sesegera mungkin, atau ia akan dinikahkan dengan putri dari Tenggara itu."

Vena tahu alasan Cassius mendesak Sayre supaya cepat menikah. Ia khawatir pada garis keturunan Hawthorne yang seakan hampir punah itu. Yah, dapat dipahami karena Sayre tidak pernah menunjukkan ketertarikannya kepada lawan jenis selama ini.

"Anda bisa menikahkannya dengan putri Tenggara itu," ujar Vena membuat Cassius menatapnya dengan mata membelalak.

"Apa?"

Senyum di wajah Vena merekah. "Saya bilang, Anda bisa menikahkannya dengan putri Tenggara itu." Vena menatap Cassius dengan mata berkilat meledek dan menambahkan. "Kalau Anda bisa merebut Duke Hawthorne dari tangan saya."

Vena kelihatan penuh percaya diri saat mengucapkan kalimat itu. Senyumnya kelihatan menantang dan mengancam. Cassius pikir, ia akan melihat Vena cemburu, atau setidaknya menunjukkan ekspresi sedih. Namun, perempuan itu malah menunjukkan niat seakan dirinya siap mengajak siapapun bertarung dengannya jika berani mendekati Sayre Hawthorne.

Cassius langsung terbahak. Ini baru reaksi yang menghibur! Ia menatap Vena dengan mata berbinar-binar penasaran.

"Jadi, apa kau menentangku jika aku memerintahkannya menikahi Gladys?"

"Apa saya kelihatan akan membiarkan Anda begitu saja, Paduka?" balas Vena sambil menyeringai.

Vena Lilian adalah seorang ketua serikat dagang nomor satu. Ia punya kekuasaan, ia punya wajah cantik dan ia juga punya otak yang cerdas. Wajar jika ia sepercaya diri ini.

"Hei, perintahku itu mutlak tahu!" sahut Cassius, memutuskan untuk mengganggu Vena lebih jauh.

Vena masih tersenyum, tetapi matanya berkilat penuh peringatan dan ancaman. "Saya tidak peduli, Paduka. Keluarkan saja perintah Anda dan saya pastikan Anda akan melihat keturunan Hawthorne dilahirkan oleh saya seorang."

Cassius mengulum bibirnya, menahan seringai girang karena berhasil memancing emosi Vena. Kapan lagi ia bisa melihat seorang perempuan maju dan menjadi lebih dominan dari lelakinya? Cassius tak perlu melihat apa yang terjadi di dalam kamar Sayre dan Vena untuk tahu jika Venalah yang memegang kendali atas hubungan mereka.

"Kelihatannya akan menyenangkan," ujar Cassius. "Aku ingin melihat, apa yang sanggup kau dan Sayre lakukan."

"Oh, tentu saja banyak. Kalau Anda mau tahu, kami bisa berciuman di tengah pesta yang akan Anda selenggarakan, atau berhubungan badan di labirin yang ada di taman Anda." Vena memberi senyum congkak. "Kelihatannya, labirin itu sering dilalui beberapa penjaga. Akan menyenangkan bermain petak umpet di sana."

Senyum Cassius menghilang, berganti dengan ekspresi ngeri dan takut. Ia menatap Vena, bergidik membayangkan ada kejadian seperti itu di istananya.

"Hei, aku tidak akan memerintahkan Sayre menikah dengan Gladys Harbor. Jangan lakukan itu!" kata Cassius cepat. "Kau akan membuat istana ini jadi kotor! Uh, ada apa dengan otakmu yang tidak murni itu?"

"Kenapa? Sayre menyukainya," balas Vena, menatap Cassius lekat dan menyerangnya. "Mungkin, ia akan mengiyakan jika saya menculiknya dari Gladys Harbor dan membawanya ke labirin."

"Tolong, jangan," ketus Cassius. "Kau benar-benar punya fetish yang aneh!"

"Kalau saya punya fetish yang aneh, Sayre Hawthorne juga sama. Ia suka semua yang saya lakukan."

"Hentikan! Tolong, hentikan! Kau membuat bulu kudukku berdiri!"

Vena terkekeh. "Makanya jangan pernah mengajak orang yang bukan tandingan Anda berkelahi, Paduka."

Vena mengatakannya dengan nada ringan, tetapi Cassius tahu jika perempuan itu secara halus mengancamnya. Jika dirinya adalah bangsawan lain, Cassius akan memenggal kepalanya. Untunglah Vena adalah perempuan yang akan menjadi Duchess Hawthorne yang akan membantu Sayre dan melahirkan anak-anaknya.

"Wah, aku tidak tahu apakah Duke Hawthorne memilih perempuan terbaik di negeri ini, atau perempuan mesum dengan fetish yang membuat orang bergidik. Yang jelas, ia tidak akan pernah mau menikah jika bukan denganmu."

"Tentu saja," balas Vena tak acuh, sedikit angkuh dan penuh percaya diri. "Ia menyukai servisku. Siapa yang bisa memberinya servis sepertiku?"

Vena mengerling, membuat Cassius menghela napasnya. Detik ini juga, Cassius menyadari jika Sayre benar-benar menemukan perempuan yang cocok untuknya, cerdas, percaya diri, memiliki pesona yang unik dan agresif. Walau Vena sangat aneh dan mesum, Cassius merasa lega. Sayre akan bahagia dengan Vena.

Yah, mungkin sedikit kelelahan? Entahlah. Cassius tidak mau tahu apa pun yang terjadi dibalik pintu kamar mereka. Pokoknya, Cassius senang karena sahabatnya bertemu dengan Vena.

The Love CureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang