Vena menghabiskan malamnya di dalam tendanya sendirian, merendam kakinya pada air bersih yang diberi sedikit ramuan pereda nyeri oleh Emily. Karena pertandingan berburu diadakan selama tiga hari, semua orang berkemah di dekat hutan dengan penjagaan ketat dari prajurit setelah kejadian beruang yang masuk ke area aman mereka. Vena melirik lengan kanannya yang diperban, sudah diobati tabib dan dioleskan salep luka dari Selatan oleh Emily. Kakinya juga terluka, tetapi hanya lebam, tidak tergores untungnya.
"Vena."
Vena melirik ke arah pintu tendanya yang berupa tirai tertutup. Cahaya di tendanya hanya berupa sebuah lilin yang menghasilkan cahaya temaram. Sementara di luar tendanya dipasangi obor, sehingga Vena bisa melihat bayangan seseorang berdiri di depan pintu tendanya. Vena tidak perlu bertanya untuk tahu siapa yang berdiri di sana.
"Masuk sebelum ada yang melihatmu," ujar Vena datar.
Pintu tendanya tersibak, diikuti sosok Sayre yang mengenakan piyama hitam polos model kimono panjang sebetis, dengan bagian dada terbuka lebar. Karena mengenakan piyama model itu, lelaki itu tidak mengenakan celana. Vena berdecak saat melihat penampilan Sayre. Apa ia berkeliaran dengan pakaian seperti itu? Orang-orang akan mengira dirinya lelaki mesum yang suka menunjukan kemaluannya.
Belum selesai Vena mengamati lelaki itu, ia sudah melangkah mendekato Vena yang duduk di ranjang, mengenakan gaun tidur sepaha yang bagian bawahnya dipotong oleh Emily atas permintaan Vena. Sayre sempat membeku saat melihat kaki Vena yang jenjang. Wajahnya memerah, tetapi ia tetap meneruskan langkahnya dan berlutut di depan perempuan itu.
Tanpa diminta, Sayre mencelupkan tangannya ke dalam air ramuan, mengusapkannya ke bagian kaki Vena yang lebam. Matanya meredup, dengan ekspresi muram dan sendu.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Vena, menatap Sayre yang membasuh kakinya.
Sayre terdiam selama beberapa saat, membasuh kaki Vena lembut dengan harapan jika lebam di kakinya akan segera hilang. Namun, tentu saja lebam itu butuh waktu untuk bisa pulih. Sayre mendongak, memandangi wajah Vena yang menatapnya lurus. Perempuan itu menunggu Sayre menjawab pertanyaannya.
"Aku tidak menyukainya," kata Sayre pelan, berhenti membasuh kaki Vena dan menatapnya lekat. "Kenapa kau memintaku membantu Hailey, sementara yang terluka adalah dirimu?"
"Aku tidak mau membuat rumor tentangku dan kau yang merupakan sepasang kekasih. Itu akan mengganggu pekerjaanku," jawab Vena, memasang wajah sedikit jengkel masih dengan menatap wajah Sayre. "Tapi, kau malah kemari dengan pakaian seperti itu."
"Siapa yang akan peduli? Aku duke," balas Sayre pelan.
"Mereka tetap akan membicarakanmu walau kau seorang duke sekalipun." Vena mengulurkan tangannya, menyentuh wajah Sayre. "Walau begitu, aku cukup senang melihatmu menuruti ucapanku tadi siang supaya menolong Hailey lebih dulu."
Sayre menyentuh pergelangan tangan Vena dengan telapak tangannya yang basah setelah membasuh kaki Vena, menekan tangan Vena supaya menyentuh wajahnya lebih banyak. Vena tidak mengatakan apa-apa soal sikap Sayre. Ia memilih untuk mengamati apa yang akan dilakukan oleh lelaki itu. Selama beberapa saat, Sayre hanya diam sambil memegang pergelangan tangan Vena, sama sekali tidak melakukan pergerakan yang berarti.
Vena hampir tersenyum melihat Sayre yang bertekuk lutut kepadanya. Dari awal, Vena tidak ada niatan menaklukan lelaki itu. Namun, siapa sangka Sayre malah menyerahkan dirinya begitu saja kepada Vena. Sayre melepaskan genggamannya pada pergelangan tangan Vena, menatapnya sejenak sebelum kembali menyentuh kaki Vena. Lelaki itu kemudian membawa kaki kirinya menuju bibirnya, mengecup punggung kaki kiri Vena yang basah, sedikit menjilatinya dan menatap mata Vena lagi untuk melihat reaksinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Cure
RomantizmMATURE! [Completed] Vena Lilian adalah perempuan mesum bagi Sayre Hawthorne. Vena panggilannya, keturunan setengah manusia dan elf yang terkenal sebagai pemimpin Serikat Dagang Lily. Perempuan 25 tahun itu tidak punya keinginan menikah, makanya ia m...