Vena masih menggunakan gaun tipisnya, duduk di ruang tamu sambil mengunyah kue tar yang dibawa oleh Harry dan Tristan. Pantas saja kedua orang itu menyelinap ke rumahnya tanpa mengetuk pintu. Ini hari ulang tahunnya, dan dua saudaranya yang baik dan manis mencoba memberinya kejutan. Sayangnya, merekalah yang terkejut karena melihat Vena bersama dengan Sayre.
Harry masih tidak bisa menerima kenyataan. Sejak tadi, ia terus menatap kesal pada Vena dengan mata berapi-api. Sementara, Tristan yang sudah memahami situasinya hanya memasang wajah antara malas, tak percaya, tetapi tidak terkejut karena kakaknya adalah Vena Lilian. Perempuan mesum yang membuat laki-laki lari ketakutan. Mereka tak saling bicara sampai Sayre keluar dari kamar Vena, mengenakan pakaiannya yang kemarin, kemeja dan celana hitam.
Saat melihat Sayre, Harry langsung berdiri dengan sikap hormat sempurna, membiarkan Sayre duduk di kursinya karena kursi di rumah Vena terbatas. Namun, Sayre malah memilih untuk duduk di kursi Vena, memangku perempuan itu sambil melingkarkan tangan di pinggang Vena erat. Melihat pemandangan itu, Harry semakin melebarkan matanya. Sementara, Tristan hanya bisa tersenyum kecut sambil menghela napas. Yah, sepertinya ia akan sering melihat hal ini. Sebaiknya ia mulai beradaptasi dan terbiasa.
"Ya-Yang Mulia ..." Harry terbata, membuat Sayre menatapnya tenang.
"Tidak apa-apa, Harry. Duduklah," perintah Sayre.
Harry kelihatan ingin memprotes, tetapi akhirnya menurut sambil menatap Vena yang masih sibuk makan kue tarnya di pangkuan Sayre. Ia melirik kepada Sayre, mengambil sepotong dan menyuapkannya ke mulut Sayre.
"Istri Tristan membuatkannya untukku," ujar Vena, menatap Sayre yang mengunyah kue yang Vena suapkan.
"Enak." Sayre tersenyum lembut dan mengecup pipi Vena. "Selamat ulang tahun, Vena."
Tidak cuma duduk berpangkuan, tapi saling berbagi alat makan dan mengecup pipi di depan mereka. Harry pikir ia akan gila. Tristan hanya menghela napas dengan wajah tak tertarik.
"Ayolah, apa kalian harus bersikap begitu karena sudah ketahuan?" protes Tristan membuat Vena menyeringai.
"Kenapa? Iri?" ledeknya.
Tristan berdecak. "Aku tidak iri, hanya memberitahumu untuk bersikap normal. Dan Yang Mulia, kalian ini belum menikah!" Ia kembali mengomel. "Setidaknya, jangan perlihatkan sikap ini kepada kami kalau kalian tidak bisa menyembunyikan bekas-bekas mesum di tubuh kalian itu!"
Sayre sedikit merona, tetapi berusaha memasang wajah datarnya. Sementara, Vena mengabaikan Tristan dan mengambil kue tarnya lagi. Tristan langsung menghentikan Vena dengan memukul tangannya.
"Hei, ini hari ulang tahunku! Apa kau harus kasar begitu di hari ulang tahunku?" omel Vena kesal. "Kami berdua sama-sama belum makan dan kelaparan. Cepat katakan saja yang mau kalian katakan, lalu tinggalkan kami!"
"Kalau kami meninggalkan kalian, memangnya kau mau berbuat apa?" Harry melotot pada Vena.
Perempuan itu tersenyum jenaka, dengan satu alis terangkat dan mata berkilat mesum. "Membuat keponakan untuk kalian?"
Tristan menendang kaki Vena pelan. "Kau harus menikah sebelum membuat keponakan, dasar kau mesum!"
"Tidak, kenapa Yang Mulia Duke harus menikahi adik kita yang mesum sementara ia bisa memperistri Tuan Putri dari Tenggara yang elegan itu?" protes Harry pada Tristan.
"Jangan protes padaku! Jika mereka memang mau menikah, kau harusnya protes pada Yang Mulia Duke!" sangga Tristan tak terima.
Harry memutar kepalanya, menatap Sayre dengan wajah berkerut. Tristan juga melirik pada lelaki yang berhasil dijebak oleh kakaknya itu. Mendapat atensi dari dua saudara Vena, Sayre berdeham. Ia tidak mengharapkan pertemuan keluarga seperti ini, tetapi karena mereka semua berada di sini, ia tak punya pilihan.
"Jika Vena tidak mau menikah, aku juga tidak akan menikah," kata Sayre datar.
Bibir Harry terbuka, dengan sorot mata berubah menjadi tak percaya. "Yang Mulia! Anda itu keturunan terakhir keluarga Hawthorne! Jika Anda tidak menikah-"
"Aku tidak peduli, Harry," balas Sayre rendah, menatap Harry tanpa ekspresi membuat Harry langsung tutup mulut. "Aku tidak menginginkan perempuan lain selain Vena."
Ah, garis keturunan Hawthorne sedang dalam ambang krisis. Mata Harry beralih menatap Vena yang kelihatan tak peduli. Harry tahu betul Vena. Adiknya itu tidak suka komitmen dan tidak suka ikatan seumur hidup seperti pernikahan. Yang berarti, jika Vena bosan bermain-main dengan Sayre, ia akan meninggalkan lelaki itu dan menghancurkan tidak hanya Sayre, tetapi juga garis keturunan Hawthorne.
"Kau!" Harry menunjuk Vena dengan wajah galak. "Sebaiknya, kau menikahi Yang Mulia Duke kalau tidak mau kubuat latihan fisikmu semakin berat!"
"Jangan lakukan itu, Harry," bela Sayre. "Vena akan kelelahan."
Harry menatap Sayre tak percaya, seakan dikhianati. Sementara, Vena hanya tersenyum dan mengedipkan sebelah matanya kepada Harry.
"Ia milikku, Harry. Kau tidak bisa melakukan apa-apa," goda Vena sambil tertawa.
Harry kembali mencak-mencak, sementara Tristan mengamati keduanya. Sepertinya, Vena juga tidak akan melepaskan Sayre begitu saja. Walau tidak tahu akan seperti apa hubungan mereka, Tristan yakin jika mereka berdua akan sulit untuk dipisahkan. Walau rumor jika Sayre akan menikahi Gladys Harbor berhembus kencang, Tristan bisa melihat kepada siapa seluruh jiwa, raga dan hati Sayre berlabuh.
Laki-laki malang itu benar-benar dicengkeram sempurna oleh nenek sihir bernama Vena Lilian.
"Tenanglah, Kak!" Tristan menegur Harry, menghela napas berat dan menatap Vena dan Sayre yang masih berpangkuan dengan wajah kecut. "Aku tidak tahu kapan kalian mau berhenti main-main dan menikah saja, tetapi tolong perhatikan sekeliling kalian juga jika melakukan kegiatan dewasa!"
"A-apa? Hei, Tristan! Kenapa kau berkata begitu? Apa kau mendukung hubungan aneh mereka?" protes Harry kesal.
"Memangnya apa yang bisa kita lakukan? Mau diapakan juga, mereka tetap akan melakukannya." Harry beranjak berdiri. "Selamat ulang tahun, Kak. Aku akan mengadu pada istriku dan Icarus jika kau merusak bola mataku dan Kak Harry."
Usai berkata begitu, Tristan menarik Harry supaya ikut berdiri.
"Ayo!"
"Kita langsung pergi? Bagaimana dengan Yang Mulia Duke?" Harry menoleh pada Sayre yang kelihatan nyaman memangku Vena.
"Apanya yang bagaimana? Ia suka di sini! Ayo kembali! Mereka juga pasti akan kembali ke Timur." Tristan menarik Harry.
"Kau memang adikku yang pintar!" ujar Vena sambil menyeringai.
Tristan mendengkus, membawa Harry pergi bersamanya. Vena hanya menyeringai lebar, melambaikan tangannya kepada kedua saudaranya dengan wajah tak peduli. Setelah keduanya pergi, Vena bisa merasakan Sayre yang menghela napas berat dan bersandar di bahunya.
"Aku harusnya meminta izin pada mereka," kata Sayre pelan. "Bagaimana kalau mereka tak menyukaiku?"
Vena tertawa, berbalik untuk menangkup wajah Sayre lembut. "Kau tidak sadar ya? Justru yang terjadi, aku yang harus meminta izin mereka untuk memilikimu."
Sayre mengerjap mendengar ucapan Vena. Perempuan itu mengelus wajahnya.
"Wah, Duke Hawthorne. Kau sangat populer, sampai kakakku sendiri takut jika aku memperdayamu ke dalam pelukanku," kata Vena lagi.
Sayre merona, memeluk Vena erat. "Mau kau memperdayaku atau tidak, aku akan tetap memilih menjadi milikmu."
"Aku tahu." Vena mengulum senyum. "Kau sudah tergila-gila padaku, huh? Padahal dulu, kau sendiri yang bilang tidak mau menikahiku."
Sayre mencebik. "Aku menarik ucapanku."
"Ucapan tidak bisa ditarik, sayangku." Vena mengecup bibir Sayre. "Tapi, bisa diperbaiki. Mungkin, aku akan mengambil jam tidurmu untuk memperbaikinya?"
"Kau bisa mengambil semua jam tidurku, dan aku akan melakukannya dengan senang hati," lirih Sayre malu-malu. "Membuatmu bahagia, maksudku."
Vena tertawa kecil, mengecup dan menggigit bibir Sayre gemas. Yah, untuk sementara, ia dan Sayre sepertinya akan kehilangan banyak jam tidur.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Cure
RomanceMATURE! [Completed] Vena Lilian adalah perempuan mesum bagi Sayre Hawthorne. Vena panggilannya, keturunan setengah manusia dan elf yang terkenal sebagai pemimpin Serikat Dagang Lily. Perempuan 25 tahun itu tidak punya keinginan menikah, makanya ia m...