Vena memulai ekspedisinya tiga hari kemudian. Sementara, rapat strategi perang berlangsung di istana bersama dengan komandan tinggi setiap kerajaan (kecuali Selatan), yang dipanggil setelah pertandingan berburu selesai.
Icarus memutuskan untuk ikut dengan Vena, alih-alih menunggu utusan dari Selatan untuk menjemputnya. Rombongan ekspedisi Vena dilengkapi dengan pasukan prajurit, pembunuh bayaran yang handal dalam melacak pergerakan mencurigakan dan beberapa kuda beserta keretanya. Perjalanan ke Selatan memakan waktu sekitar empat hari penuh. Rombongan Vena tiba di Selatan, beristirahat selama beberapa hari dan melanjutkan perjalanan ke Barat untuk membawakan rempah-rempah herbal yang dipesan oleh pedagang-pedagang serta bangsawan di daerah itu.
Sementara di Timur, Sayre meluncurkan pasukannya untuk menyerang Tenggara bersama dengan komandan pasukan yang lain. Peperangan berlangsung selama berminggu-minggu, memakan banyak korban jiwa dan juga menghabiskan banyak pendanaan dari kekaisaran. Namun, sejauh ini, pasukan kekaisaran unggul melawan pasukan dari Kerajaan Ernia yang memimpin Tenggara. Sayre jelas sangat sibuk memikirkan strategi untuk menaklukan Tenggara. Juga, ia sangat serius dengan semua yang ia lakukan karena ingin menyelesaikan semua ini secepatnya.
Vena masih tinggal di Selatan, bolak-balik ke Barat dan Utara untuk membawa barang dagang. Ia tidak bisa kembali ke Timur sementara waktu, karena adanya larangan memasuki wilayah Timur untuk mencegah masuknya mata-mata dari Tenggara.
Dalam kurun waktu itu, Sayre hampir kehilangan akalnya. Peperangan membuat fisik dan mentalnya lelah, tetapi tidak bertemu dengan Vena membuat Sayre lebih merasa lelah. Laki-laki itu sering menulis surat, mengirimkannya ke Selatan untuk Vena dengan harapan agar Vena menyuratinya juga. Namun, Sayre tak pernah mendapat balasan, membuatnya merasa semakin tertekan.
Malam itu, setelah rapat dan memeriksa perkemahan yang mereka bangun selama berperang, Sayre terbaring di ranjangnya. Tubuhnya lelah, pikirannya terbebani dan hatinya tak tenang. Sayre ingin beristirahat, tetapi ia tak bisa tidur. Selama perang, Sayre tidak bisa tertidur lelap karena ia harus sigap jika ada serangan dari Tenggara. Sayre bisa menghadapi semua itu. Ia sudah biasa. Namun, ia tidak bisa menahan rindunya.
Kepalanya penuh, memikirkan alasan mengapa Vena tidak membalas suratnya. Apakah Vena bosan padanya? Apakah ia sudah dilupakan? Apakah sekarang, Vena sedang bersama dengan laki-laki lain dan melakukan semua yang pernah ia lakukan pada Sayre?
Oh, memikirkan Vena bersama dengan lelaki lain saja sudah membuat Sayre ingin mengamuk, tantrum karena tidak akan membiarkan Vena memiliki lelaki lain selain dirinya. Ia menghela napas panjang, mengusap wajahnya dengan hati yang terasa kebas.
"Yang Mulia Duke, saya Harry."
Suara Harry terdengar dari luar tendanya. Sayre beranjak bangkit dari ranjang untuk duduk tegak.
"Masuklah," ujar Sayre datar.
Harry masuk ke dalam tendanya, masih memakai baju zirah, lengkap dengan senjatanya. Wajah Harry kelihatan lelah, sama sepertinya.
"Saya menerima surat dari Selatan dan adik saya meminta memberikan ini kepada Anda."
Mata Sayre berbinar, tetapi sebisanya ia menutupi perasaan berbunga yang muncul di hatinya. Harry membawa sebuah bingkisan kecil yang dibungkus rapi. Ia menggigit bibirnya, menahan diri agar tidak tersenyum lebar di depan Harry.
"Letakan di meja." Sayre bersikap biasa, seakan ia tak begitu tertarik pada isi bingkisan itu. Padahal, dalam hati ia sudah melompat kegirangan ingin membukanya. "Kau bisa kembali, Harry."
Harry meletakan bingkisan dari meja dengan wajah setengah khawatir. Yang Harry tahu, selama ini, Vena bekerja untuk Sayre supaya ia bisa menemukan calon istri yang baik. Dan juga, Vena sering bolak-balik kediaman duke untuk menyembuhkan insomnianya. Harry tak tahu bagaimana perkembangan pengobatan Vena, tetapi ia sangat meragukannya. Bagaimana kalau Vena bukannya menyembuhkan Sayre, malah melakukan sesuatu yang aneh?
"Yang Mulia, Anda tidak harus meminum apa pun obat yang dikirimkan oleh Vena jika mencurigakan," kata Harry sambil menatap Sayre. "Anak itu sedikit tidak waras, saya khawatir ia mengirim sesuatu yang aneh."
Harry menatap Sayre yang diam, menatap lurus ke arah bingkisan itu tanpa ekspresi. Selama ini, Sayre memang jarang memasang ekspresi di wajahnya. Lelaki itu selalu tenang, menghadapi semuanya dengan kepala dingin. Sayre juga selalu memperhitungkan setiap keputusan yang dilakukannya, baik selama perang, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Harry tidak mau adik tengahnya yang berandal itu sampai mengganggu Sayre yang sangat luar biasa itu.
"Jangan khawatirkan aku," balas Sayre tenang.
Walau Vena mengirimkan obat perangsang, Sayre akan meminum semuanya dan membiarkan Vena menuntaskan kebutuhan tubuhnya saat semua ini selesai. Harry tidak membalas, membungkuk sopan dan keluar dari tenda Sayre. Begitu Harry pergi, Sayre segera membuka bingkisan dari Vena. Di dalam bingkisan itu, ada sebuah gantungan yang dipasang di gagang pedang berwarna hijau seperti mata Sayre. Juga ada pakaian tidur perempuan yang bahannya sangat tipis, berenda dan berwarna merah muda pucat.
Sayre memerah saat melihat pakaian tidur itu. Ia meraih secarik kertas terlipat yang diletakan di atas semua benda itu.
Saat aku kembali, aku ingin melihatmu memakai pakaian itu. Kelihatannya akan menyenangkan.
Sayre berjongkok, bertumpu pada meja agar tidak kehilangan keseimbangannya. Lututnya terasa lemas, dan wajahnya memerah. Bagaimana ia bisa memakai pakaian tidur itu? Bukankah itu untuk perempuan?
Namun, Vena bilang ingin melihatnya memakai pakaian itu. Apa yang akan Vena lakukan padanya jika ia mengenakannya? Pikiran Sayre dengan liar merekayasa adegannya sendiri, memikirkan setiap kemungkinan yang akan terjadi jika Vena melihatnya memakai pakaian itu. Ia berjongkok cukup lama dengan wajah merah padam. Setelah berhasil mengendalikan diri, Sayre meraih pakaian tidur yang diberikan oleh Vena.
Ukurannya seolah sengaja dibuat supaya pas untuknya, tetapi bentuk pakaiannya benar-benar untuk perempuan. Bahkan celana dalamnya juga ... Sayre menelan ludah. Celana dalam itu berenda, tembus pandang dan hanya ada kain berbentuk segitiga, sedikit mengerucut tetapi Sayre tahu tidak akan bisa ia gunakan jika tidak mengekspos kejantanannya. Wajahnya memerah lagi.
Vena benar-benar mesum!
Sayre segera menyimpan pakaian itu kembali ke dalam bingkisan, meletakkannya di dalam kopernya. Ia hanya mengambil gantungan untuk gagang pedang dan memasangkannya ke gagang pedangnya. Wajahnya masih merah, pikirannya sudah membayangkan berbagai skenario dengan Vena. Sayre hampir meledak di dalam hatinya, tetapi ia berusaha menahannya.
Sepertinya, bukan hanya Vena yang mesum. Sayre juga. Jika Vena mengirimkan pakaian seperti itu, bukankah Sayre harusnya marah alih-alih mengantisipasi dan menanti-nanti hari semua ini selesai? Yah, Sayre memang sudah kehilangan akalnya. Apa yang bisa diharapkan darinya saat ini?
Sayre menutup wajahnya dengan kedua tangan, mengulum senyum dengan wajah merah di balik telapak tangannya. Harry ternyata benar soal isi bingkisan Vena walau ada sedikit kekeliruan. Vena memang mengirimkan sesuatu yang aneh bersama dengan sesuatu yang normal, tetapi bukan obat. Dan Sayre dengan senang hati menerima bingkisan itu.
Begitu perang ini selesai, Sayre bersumpah jika ia akan mengenakan pakaian yang Vena berikan dan membiarkan Vena melakukan apa pun yang ingin dilakukan Vena kepadanya.
Note:
Anda bayangin aja cowo2 badan kekar pakai lingerie.
Fix ini bukan Vena yg gaberes, guenya yg gaberes tapi ya udah. Emang gaberes wkwkkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Cure
RomantizmMATURE! [Completed] Vena Lilian adalah perempuan mesum bagi Sayre Hawthorne. Vena panggilannya, keturunan setengah manusia dan elf yang terkenal sebagai pemimpin Serikat Dagang Lily. Perempuan 25 tahun itu tidak punya keinginan menikah, makanya ia m...