Sayre menatap Vena yang kelihatan sibuk memilih bahan untuk material persenjataan yang disediakannya. Ia yang memberikan daftar materialnya, tetapi semua keputusan ada di tangan Vena karena biaya awal berasal darinya. Perempuan itu kelihatan sangat serius sampai keningnya berkerut. Sayre menarik napas pendek, melirik ke arah novelnya dan mencoba untuk fokus membacanya.
Beberapa hari ini, ia melihat Vena sering berkeliaran dengan Icarus. Sebenarnya, bukan melihat. Sayre sengaja mengikutinya untuk tahu apa yang Vena lakukan. Ia kadang membuat-buat alasan untuk mencari tahu di mana keberadaan Vena dan Icarus. Ada rasa cemas di hatinya, mengetahui jika Vena merupakan calon istri potensial untuk Icarus. Apalagi, mereka berdua kelihatan akrab dan sangat nyaman satu sama lain. Sayre jadi semakin resah. Lelaki itu kembali melirik Vena lagi.
"Ada yang mau kau katakan?" tanya Vena dengan mata masih lekat menatap daftar laporan yang diusulkan oleh Sayre.
"Jika kontrakmu denganku selesai, apa kau akan kembali ke Selatan?" balas Sayre, bertanya dengan pelan membuat Vena berhenti membaca laporannya dan mengarahkan tatapannya kepada Sayre.
"Tentu saja. Aku ini orang yang sibuk," jawab Vena tak acuh.
"Apakah kau akan menikahi Archduke Alkaezar?"
Mata Sayre berpijar penuh harap. Jawaban apa yang diharapkan oleh lelaki itu? Vena meletakan laporannya ke meja, bersandar ke sofa dan menatap Sayre lekat.
"Itu bukan urusanmu."
Jawaban singkat Vena membuat Sayre semakin resah. Ia terdiam selama beberapa saat, menatap Vena dengan tatapan sendu sampai ia memutuskan untuk menutup novelnya dan beranjak turun dari ranjang. Lelaki itu melangkah mendekati Vena yang duduk santai di sofa. Setiap langkahnya terasa lambat, tetapi detak jantungnya begitu cepat, khawatir dan penuh harap.
Sayre berlutut di depan Vena, meletakan tangannya di pangkuan Vena dan mendongak untuk menatap wajahnya. Perasaannya campur aduk. Sayre tidak mengerti mengapa ia merasakan hal ini. Vena pernah bilang beberapa hari sebelumnya jika hal itu karena Sayre terkejut atas sentuhannya. Vena bilang, jika Sayre merasakan itu karena ia berpikir jika ia jatuh cinta pada Vena, padahal sebenarnya tidak. Sayre berusaha mempercayai dan mendengarkan yang dikatakan oleh Vena, tetapi malam ini, ia tidak bisa menahannya lagi.
Sayre tidak mungkin salah. Perasaan ini jauh lebih menyiksa dibandingkan perasaan yang pernah ia miliki untuk Issabel. Padahal, Sayre sudah mencintai Issabel selama sepuluh tahun, tetapi hanya dalam dua bulan saja, Vena mampu memporak-porandakan hatinya.
"Kurasa, aku tidak menyukai Hailey," lirih Sayre dengan wajah frustrasi. "Aku berusaha untuk tertarik kepadanya, tetapi aku tidak bisa."
"Kalau kau berusaha lebih keras lagi, mungkin kau bisa menyukainya," jawab Vena datar.
Dada Sayre terasa sesak. Ia putus asa. Semua yang Vena katakan, sudah ia lakukan. Namun, bukannya tertarik kepada Hailey, pikirannya terus saja tertuju kepada Vena. Tubuhnya terus merindukan sentuhan Vena dan hatinya menginginkan kehangatan cinta yang mungkin bisa ia dapatkan dari perempuan itu.
"Aku tidak bisa melakukannya," bisik Sayre parau. "Kepala dan hatiku terus menjeritkan namamu. Bagaimana aku bisa tertarik pada Hailey jika hal seperti ini terjadi?" Sayre meraih tangan Vena, menggenggamnya dengan erat. "Kau bilang, perasaan ini hanya sesaat. Jika hanya sesaat, kenapa begitu kuat, Vena? Kenapa perasaan ini melumpuhkan semua inderaku?"
Mata Sayre berkaca-kaca, kelihatan putus asa dan kacau. Vena menelan ludah melihat ekspresi Sayre. Ada perasaan menggelitik yang timbul di perutnya. Melihat Sayre yang begitu putus asa, Vena jadi ingin mempermainkannya. Ia ingin membuat Sayre memohon kepadanya karena hanya ia satu-satunya yang bisa melakukan semua itu. Namun, Vena menekan keinginan itu. Ia menarik napas panjang dan melepas genggaman Sayre dari tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Love Cure
RomanceMATURE! [Completed] Vena Lilian adalah perempuan mesum bagi Sayre Hawthorne. Vena panggilannya, keturunan setengah manusia dan elf yang terkenal sebagai pemimpin Serikat Dagang Lily. Perempuan 25 tahun itu tidak punya keinginan menikah, makanya ia m...