“Udah umur segini mau berharap apa selain finansial yang stabil dan hidup sama orang yang tepat.”
Lagi dan lagi ya.
Seohyun terus menyerang mental Irene bahkan waktu mereka sudah beres sama tugasnya.
Dan kenapa juga Irene harus perduli itu, omongan Seohyun harusnya bisa dia acuhkan aja kalau mau.
Iya gak sih?
Karena ini kan menyangkut hal yang pribadi. Memang benar kok Seohyun itu sahabatnya, tapi gak semuanya harus dia campur urusi.
Irene hela nafas capek, dia lepas maskernya dan diam begitu Seohyun beralih tatap dia intens.
Posisi masih di area rumah sakit tepat jam 7 malam. Mereka hening sejenak sebelum akhirnya Seohyun angkat bahunya itu acuh.
Seohyun simpan sandal crocs warna putihnya di loker dan biarin Irene melakukan hal yang sama.
Baju dinas mereka sukses berganti dengan pakaian yang lebih nyaman untuk dibawa pulang.
Irene mengekor dibelakang Seohyun yang punya postur tinggi menjulang, kadang juga suka bertanya-tanya ya—kenapa Seohyun selalu bahas soal pasangan sedangkan dia sendiri gak memikirkan itu.
“Ya karena aku peduli,”
Jawaban singkat dari Seohyun sukses bikin kekehan Irene keluar malam begini.
Mereka stop tepat di luar gedung rumah sakit, tanpa jinjingan yang bikin berat bawaan, tanpa protes juga karena angin lumayan bikin rambut mereka berantakan.
“Itu aja?”
“Lalu?”
“Yang lain selain itu, perduli kamu tuh beda, lebih terasa ada sesuatunya.”
“Aku bukan homo.”
Irene reflek usap wajahnya secara brutal dan dorong tubuh Seohyun sampai masuk mobil.
Seohyun responnya gak ada yang aneh, cuma ketawanya dia lebih kencang dari hari kemarin.
Masih ada satu obrolan lagi dari Seohyun sebelum mereka berpisah, Irene tunggu diluar mobil, dengan lengannya yang menempel di bibir jendela mobil Seohyun.
“Instal aplikasi rental girlfriend di ponsel kamu habis ini. Itung-itung pemanasan sebelum punya hubungan yang lebih serius sama orang lain.”
Perlu di garis bawahi kalau kata-kata girlfriend sedikit bikin Irene jadi berdiri tegap.
Memang sih sekarang ini lagi FOMO soal rental pacar, tapi kenapa Seohyun menyarankan hal yang gak seharusnya dia sarankan ke seseorang dalam konteks; antara 'girlfriend' dengan Bae JooHyun itu punya persamaan.
Yaitu sama-sama perempuan.
But anyway, Irene ngerti sekali kalau harapannya hidup bersama seorang lelaki hampir mustahil.
Seohyun bilang begitu ya wajar, mereka sahabatan lama nyaris lupa waktu.
Dan Seohyun juga tau sekali kalau Irene lebih tertarik dengan wanita cantik. Jadi mau bohong pun percuma, mau menyangkal keburu capek.
Jadi kalau misalkan Irene ngomong,
“Ih siapa yang suka sama cewek.”
Jawabannya cukup “Berak.”
;
Lama-lama kepikiran kan,
Irene masih di kawasan rumah sakit, dengan ponsel yang menyala di genggaman. Ragu dan bingung waktu dia pilih aplikasi rentgf paling bagus.
Kata Seohyun Kumiko paling bagus ratingnya, tapi Irene masih membatu di dalam mobil.
Kondisi begini jadi mengingatkan obrolan ringan bersama Seohyun tempo lalu.
“Kenapa sih kalau malem bawaannya pengen pacaran, hadeuhh bisa gak sih pacaran shift malem doang? Soalnya kalau siang aku sok sibuk.”
Yayaya mungkin dari obrolan gajelas itu Seohyun anggap serius. Susah memang kalau punya sohib yang apa-apanya di seriusin.
Irene jadi makin acak wajah capek nya berulang-ulang, Kumiko sudah di instal, dia makin deg-degan mau isi keterangan pribadi sebagai syarat login.
Dia bingung pilih foto mana yang harus dia pasang, Irene gak se-pede itu. Walaupun dia dokter forensik sekalipun.
Karena Irene dan Seohyun bukan seseorang yang overpride sama tittle dokternya atau Sneli Syndrome.
Jadi Irene lebih pede kalau vas bunga warna abu tanpa bunga yang jadi muka dia di Kumiko.