Seyakin-yakinnya Irene terhadap omongan Seohyun, tetap dia lebih yakin sama diri sendiri.
Pada akhirnya,
Di keputusan final setelah satu jam pikirannya bercabang, Irene mutusin lepas maskernya dan ambil jaket lalu keluar buru-buru dari rumah sakit.
Persetan sama Seohyun, Irene paling gak bisa bikin anak orang kelamaan nunggu. Katanya gak sopan.
Dan ketika dia sampai di kedai, Wendy langsung berdiri seolah memperjelas posisinya yang duduk tepat di meja paling belakang, ada senyuman kecil yang menyambut datangnya Irene.
Ini asing, aneh. Perasaan senang mereka karena bisa lihat diri masing-masing itu gak bisa masuk ke logika.
Keduanya seolah menolak rasa baru, seperti gimana rasanya lidah yang gak sengaja jilat setitik darah di area bibir. Rasanya pasti aneh kan, karena itu rasa asing.
Wendy masih mempertahankan senyum sampai Irene sukses duduk di kursi.
“Sorry ya, kamu jadi nunggu lama.”
Kepala Wendy langsung geleng respon jawab dan ikut duduk setelah dia ambil paper bag dibawah meja keatas, kehadapan Irene.
Irene sedikit melongok kedalam paper bag, isinya jaket punyanya dia, lalu kembali ke posisi semula.
“Gak lama kok, biasa aja. Dan itu jaket kamu, udah aku cuci. Makasih ya, dan maaf aku balikin ini telat. Maaf juga aku gak sadar malam itu pulang bawa jaket kamu.”
Wendy punya basic manner yang bagus, barusan bilang maaf dan terimakasih. Irene apresiasi dengan senyuman lebar.
“Santai.” jawaban singkat dari Irene sukses bikin senyumnya Wendy juga gak kalah lebar.
Irene ambil paper bagnya dan dia simpen ke bawah meja lagi, lalu dia buang nafas sambil tarik resleting jaketnya kebawah.
Disitu mata Wendy jadi melotot, kaget, karena Irene masih pake baju dinasnya.
“Kak, kamu baru kelar kerja ya?”
“Iya, emang kenapa?”
“Kamu buru-buru dong kesini nyamperin aku.”
“Ya gapapa, santai aja.”
Bukan masalah gede juga sih, lagian Irene memang gak bisa bikin orang nungguin dia, bukan ke Wendy aja, ke semua orang yang sudah bikin janji juga gitu.
Tapi—disisi lain, di kehidupan Wendy sendiri. Prihal nungguin orang itu sudah tugasnya, Wendy gak terbiasa sama orang yang on time seperti Irene. Jadi ya dia keanehan aja sih.
Apalagi Irene yang kalau boleh ditebak; setelah kerjaannya beres, kemungkinan gak ada inisiatif buat ganti baju dulu. Itu yang bikin Wendy gak enak.
Irene lihat keatas meja yang belum ada apa-apa selain minuman Wendy yang sisa setengah gelas.
“Kamu belum makan?”
Wendy geleng kepala, “Belum, aku sengaja nunggu kamu biar kita bisa makan bareng.”
Irene melongo sama jawaban Wendy.
Masih gak habis pikir sama bocah ini, selama itu dia nungguin orang dan bisa bertahan cuma dengan setengah gelas air dingin.
“Kamu datengin aku bukan buat rating kumiko, jangan tahan-tahan buat makan kalau kamu udah laper, gak akan ada yang kasih kamu rating rendah karena makan duluan.”
Punggung Wendy reflek tegap, omongan Irene terlalu benar jadi ngefek ke pikiran dia, memang benar dia datang kesini bukan karena Irene yang sewa, dan Irene juga benar berbeda dengan Taeyeon.
Habits ini yang harus dihilangkan.
“Sorry kak.” kata maaf Wendy dapat atensi penuh dari Irene.
Mata Irene melirik wajah Wendy yang putih, cantik dan polos.
Irene gak terima dengan sesuatu yang entah itu apa, besar alasannya karena dia gak terima manusia se-syahdu Wendy bisa hidup di Kumiko.
Harusnya Wendy hidup biasa aja, seperti dia dan Seohyun, terus tiba-tiba mereka jadi teman, gimana aja caranya.
Pokoknya Irene mau Wendy yang baru, supaya Seohyun bisa terima dia juga. Karena omongan Seohyun itu pengaruhnya besar, Irene mau sahabatnya juga mendukung.
Jujur aja, Irene belum bisa dan belum nerima adanya Wendy dengan status lain selain pacar sewaan. Dia belum siap punya ikatan walaupun hanya batasan jadi seorang teman.
Irene mau teman yang bersih.
Entah Irene ini hobi ngelamun atau memang pemikir berat, soalnya setiap Wendy perhatiin ya manusia itu pasti asik melamun.
Mau pesen makanan aja jadi serba salah, takutnya Irene nanti bilang gak laper. Atau mungkin lebih baik hari ini pertemuan mereka cukup sampai disini.
“Kak,” panggil Wendy sementara dia tepuk punggung tangan Irene diatas meja supaya berhenti ngelamunin hal yang gak jelas.
Ternyata Irene masih ada di alam bawah sadar.
“Kak kalau kamu capek mending kita pulang aja, aku pamit duluan deh, aku cuma mau nganterin jaket aja.”
Begitu Wendy bangun, Irene langsung tarik lengan Wendy terus di tarik paksa biar bisa duduk lagi.
“Gak ada yang nyuruh kamu pulang, kamu gak sopan kalau pulang duluan sementara aku baru nyampe. Kamu duduk, dan jangan kemana-mana. Kita makan bareng.”
Wendy berasa ngomong sama Taeyeon. Di posisi duduknya—Wendy jadi bungkam. Cara dan intonasi bicara Irene tadi ternyata punya akurasi kemiripan dengan Taeyeon hampir 85%